Jenderal Iran: Amerika Ada dalam Pengawasan Kami!
- Teheran Times
VIVA – Iran memberikan respons keras pasca pernyataan ancaman yang dilontarkan oleh Amerika Serikat (AS). Demi mencapai keinginannyauntuk memperpanjang masa sanksi embargo Iran, Amerika memberikan ancaman menggunakan kekuatan militernya. Akan tetapi, Iran dengan berani membalas pernyataan Amerika.
Dalam berita sebelumnya, seorang utusan Amerika Serikat yang dikirim ke pertemuan Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Brian Hook, memastikan bahwa opsi menurunkan armada militer akan selalu ada jika Iran tak menghentikan program nuklirnya.
"Kami telah membuat segalanya sangat jelas. Presiden (Trump) juga telah (menyatakan) bahwa Iran tidak akan pernah memperoleh senjata nuklir. Dan, opsi militer selalu berada di atas meja," ujar Hook kepada Channel 13 News Israel yang dikutip VIVA Militer.
Ancaman yang dilontarkan oleh Hook tak membuat Iran tinggal diam. Menteri Pertahanan Iran, Brigadir Jenderal Amir Hatami, menyebut Amerika sudah ketakutan. Selain itu, Hatami juga memastikan bahwa Iran senantiasa mengawasi seluruh aktivitas Amerika di semua sektor, terutama militer.
"Kegiatan anti-Iran Amerika di berbagai tingkat politik, ekonomo, dan sosial, bertujuan untuk memecah perlawanan rakyat serta mengganggu stablitas keamanan negara. Tetapi, Amerika akan dikalahkan oleh rakyat Iran saat ini. Itu sudah terjadi di masa-masa sebelumnya," ujar Hatami dilansir Mehr Agency.
"Angkatan Bersenjata Iran bekerja sesuai dengan arahan Pemimpin Revolusi, Imam Khamenei, dalam memperkuat kemampuannya membela rakyat dan negara. Kami secara sadar memantau semua aktivitas musuh yang putus asa dan akan selalu tegas menanggapi mereka," katanya.
Perseteruan antara Amerika dan Iran kembali memanas setelah Presiden AS, Donald Trump, memutuskan menarik negaranya dari perjanjian nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), pada 2018.Â
Bukan cuma itu, aksi Amerika meminta dukungan kepada sekutunya dan PBB untuk menambah masa sanksi embargo juga membuat Iran semakin marah.
Hubungan Washington dengan Teheran semakin memburuk pasca serangan drone Amerika di Bandara Internasional Baghdad 3 Januari 2020, menewaskan Panglima Garda Revolusi Iran (IRGC), Mayor Jenderal Qasssem Soleimani.