Gawat, Komandan Kapal Induk Amerika Tantang Balik Militer China

VIVA Militer: Kapal Induk Amerika Serikat (AS), USS Ronald Reagan
Sumber :
  • Sea Cadets Ronald Reagan Division

VIVA – Tiga kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat sudah berada di Samudera Pasifik, untuk melakukan latihan gabungan dengan Australia dan Filipina. Tak hanya itu, armada tempur AS juga berpatroli di Laut China Selatan seiring meningkatnya kampanye militer China di wilayah tersebut.

Presiden China Xi Jinping: Solusi Dua-Negara Fundamental untuk Perdamaian Palestina

USS Theodore Roosevelt dan USS Nimitz adalah kapal induk AS yang akan memimpin latihan gabungan bersama Angkatan Laut Filipina, di Laut China Selatan.

Komandan kapal induk USS Theodore Roosevelt, Laksamana Muda Douglas Verissimo, merasa yakin pasukan Amerika akan mampu menjalankan misi pengamanan Pasifik, Indo-China, sekaligus Laut China Selatan, dengan maksimal.

China: Kegagalan Gencatan Senjata di Gaza Akar Penyebab Kekacauan di Timur Tengah

Meskipun ada ancaman rudal balistik anti-kapal milik Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), Dongfeng DF-21D, Verissimo sepertinya tak gentar. Sesumbar, Verissimo menegaskan bahwa belum ada negara yang mampu menyamai kehebatan kapal induk AS dalam pertempuran.

VIVA Militer: Tiga kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy)

Rudal Misterius Hantam Pangkalan Tempur Amerika

"Ini adalah sebuah kesempatan besar bagi kami untuk berlatih bersama dalam skenario yang kompleks. Dengan bekerjasama dalam lingkungan ini, kami meningkatkan keterampilan taktis dan kesiapan kami menghadapi wilayah yang semakin tertekan," ujar Verissimo dikutip VIVA Militer dari Sputnik News.

"Kapal induk AS memiliki fleksibilitas, daya tahan, daya tembak, kemampuan manuver, dan kemampuan lainnya yang tak tertandingi dalam sejarah perang," katanya.

Pernyataan Verissimo sangat berbeda dengan Komandan Korps Marinir AS, Jenderal David Hilberry Berger. Dalam berita sebelumnya, Berger justru mengutarakan kekhawatiran Amerika akan kalah telak jika menghadapi perang jangka panjang dengan China.

"Mengganti kapal yang hilang dalam pertempuran akan menjadi masalah, karena basis industri kami sedang menyusut. Sementara, musuh sepadan telah memperluas kapasitas pembuatan kapal mereka," ujar Berger dikutip VIVA Militer dari Forbes.

VIVA Militer: Armada Angkatan Laut Amerika Serikat di Samudera Pasifik

"Dalam konflik berkepanjangan, Amerika Serikat akan kalah dalam perlombaan produksi, atau membalikkan keunggulan. Kami melakukan itu dalam Perang Dunia II, saat kami terakhir kali bertempur melawan pesaing yang sepadan," katanya.

Latihan gabungan antara Angkatan Laut AS dan Filipina sudah digelar sejak Minggu 21 Juni 2020. Aksi AS dan Filipina ini diprediksi bakal membuat situasi dengan militer China semakin meruncing.

Pasalnya, pekan lalu China disebut akan merespons kedatangan armada laut AS ke Laut China Selatan dengan operasi "penanggulangan". Global Times menyebut, Tentara Pembebasan Rakyat China siap meluncurkan dua rudal balistik anti kapal, Dongfeng DF-21D, dan Dongfeng Df-26.

Khusus untuk rudal DF-26, China sangat mampu menghancurkan Pangkalan Andersen di Guam, tempat armada AS berkumpul. Kecepatan DF-26 yang sangat tinggi akan sangat sulit dihadang sistem pertahanan udara canggih milik AS.

VIVA Militer: Rudal MGM-140 ATACMS buatan Amerika Serikat

Intelijen Amerika: Rusia Tidak Mungkin Lancarkan Serangan Nuklir!

Sementara Putin menyatakan sebaliknya.

img_title
VIVA.co.id
28 November 2024