Ketahuan, Ini Senjata Tentara China yang Dipakai Bunuh Prajurit India
- Task and Purpose
VIVA – 20 tentara Angkatan Bersenjata India (BSS) tewas dalam bentrokan maut dengan pasukan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), di wilayah perbatasan Ladakh, Rabu 17 Juni 2020. Terungkap, senjata yang digunakan tentara China untuk membantai prajurit India.
Dalam laporan BBC yang dikutip VIVA Militer, para personel militer baik dari pihak India maupun China sama-sama tak menggunakan senjata api. Sebab, bentrokan berdarah yang terjadi itu justru hanya berselang beberapa hari setelah pemerintah kedua negara sepakat berdamai.
Dalam kesepakatan antara India dan China, terdapat poin penarikan sejumlah senjata, mulai dari artileri ringan hingga artileri berat.Â
Pertanyaannya, bagaimana bisa tentara China yang diklaim banyak membunuh tentara India? Dengan senjata apa para pasukan China ini bisa menghabisi nyawa 20 tentara India?
Menurut laporan News18 yang dikutip VIVA Militer, seorang perwira tinggi Angkatan Bersenjata India yang tak disebutkan namanya, menyatakan bahwa ada 300 tentara China yang menyerang tentara India yang hanya berjumlah 50.
Terungkap, para tentara China membawa senjata berupa pentungan besi yang dililit oleh kawat berduri. Sementara itu, perwira tinggi militer India ini juga mengatakan bahwa anak buahnya melakukan perlawanan hanya dengan tangan kosong.
"Mereka memukuli kepala pasukan kami dengan tongkat logam yang dibungkus dengan kawat berduri. Sementara pasukan kami berperang dengan tangan kosong," ujar perwira tinggi militer India itu.
Pernyataan perwira tinggi militer India ini bertentangan dengan apa yang sebelumnya dikatakan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian. Dalam berita sebelumnya, Lijian menegaskan bahwa tentara india lah yang lebih dulu memasuki wilayah China secara ilegal dan melakukan serangan.
"Pasukan India dua kali melintasi garis perbatasan. Itu adalah kegiatan ilegal dan menyerang personil (militer) China yang menyebabkan konflik fisik yang serius antara kedua belah pihak," ujar Lijian dikutip Hindustan Times.