Turki Klaim Rusia Setuju Gencatan Senjata di Libya
- Viva.co.id
VIVA – Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyatakan, upaya diplomasi terkait usulan gencatan senjata antara pasukan militer Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) dan pasukan militer Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Khalifa Haftar sudah menemui titik terang.
Menurut Cavusoglu, Rusia yang selama ini diketahui salah satu pendukung pasukan militer Khalifa Haftar sudah sepakat untuk memilih gencatan senjata demi perdamaian di Libya. Dia juga membantah issu yang mengatakan telah terjadi perbedaan pendapat yang signifikan antara Turki dan Rusia pasca pembicaraannya dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov yang berujung deadlock pada hari Minggu kemarin, 14 Juni 2020.
"Kami tidak memiliki masalah dalam diskusi dengan Rusia... Tidak, bukan itu masalahnya. Tapi gencatan senjata yang dapat membawa Libya ke proses politik - kami membutuhkan lebih banyak diskusi untuk memungkinkan itu. Hanya setelah mereka diklarifikasi dapatkah kita berkumpul di tingkat menteri dan menandatangani dokumen bersama," kata Cavusoglu sebagaimana dikutip VIVA Militer dari Sputnik News, Senin, 15 Juni 2020.
Lebih jauh Menteri Luar Negeri Rusia, Cavusoglu menjelaskan, dirinya sempat berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov sebanyak dua kali pada hari Minggu kemarin. Keduanya sudah setuju untuk melakukan gencatan senjata di Libya. Hanya saja, lanjut Cavusoglu, pertemuan tatap muka antara Menteri Rusia yang mewakili LNA pimpinan Marsekal Khalifa Haftar dan pejabat Turki yang mewakili Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) harus ditunda hingga diskusi di tingkat ahli tentang masalah Libya selesai.
"Tidak ada aspek lain untuk itu, itu tidak ada hubungannya dengan Idlib (Suriah). Dan kami tidak memiliki perbedaan pendapat yang signifikan. Tentu saja, kami berada di sisi yang berbeda ya, tapi ketika menyangkut gencatan senjata, tidak ada pendapat yang berbeda, tidak ada krisis atau hal semacam itu yang menyebabkan penundaan," papar Cavusoglu.
Untuk diketahui, pada pekan lalu Presiden Mesir Abdel Fattah Sisi sempat menawarkan kesepakatan gencatan senjata kepada Turki. Turki menolak usulan Mesir tersebut. Bahkan, pada saat yang bersamaan intensitas serangan yang dilakukan oleh militer GNA yang didukung Turki terjadi sangat ofensif di sekitar basis pertahanan Khalifa Haftar, kota Sirte. GNA dan Turki dikabarkan berhasil memukul mundur pasukan Singa LNA dan Rusia di kota Sirte.