Ini Alasan Turki Mati-matian Dukung Pasukan GNA Lawan Rusia di Libya
- Erdogan
VIVA – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Kamis, 4 Juni 2020 kemarin baru saja mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Pemerintahan Kesepakatan Nasional Libya (GNA), Fayyez al-Sarraj di Ibukota Turki, Ankara.
Keduanya membahas kondisi terkini di Libya pasca terjadinya serangkaian pertempuran sengit antara pasukan militer pemerintah Libya (GNA) dengan pasukan militer Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Khalifa Haftar yang didukung Rusia di sejumlah daerah di Tripoli dan Libya timur satu bulan terakhir ini.
Dalam pertemuan itu, Erdogan menegaskan dukungannya terhadap pemerintahan nasional Libya yang diakui oleh internasional atau PBB dalam memperkuat pemerintahan Libya (GNA) dalam memerangi para pemberontak pasukan Singa LNA pimpinan Khalifa Haftar yang didukung oleh militer Rusia di sejumlah wilayah Libya.
Untuk diketahui, hubungan antara Turki dan pemerintahan GNA Libya memang cukup harmonis. Keharmonisan keduanya semakin menguat ketika terjadinya penandatanganan pakta kerjasama militer dan kesepakatan demarkasi maritim yang dilakukan pada bulan November 2019 lalu. Penandatanganan kerja sama dua negara itu telah memberi Ankara, Turki hak eksplorasi minyak di laut Mediterania timur yang sempat mendapatkan penolakan dari Yunani dan Siprus.
Iyaa, eksplorasi minyak di laut Mediterania itu lah yang disinyalir menjadi alasan kuat mengapa Turki mati-matian mendukung GNA dalam menghadapi Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Jenderal perang Khalifa Haftar yang didukung oleh dan negara-negara pendukungnya, seperti Rusia, Uni Emirat Arab, dan Mesir.
Laporan Al-Jazeera News menyebutkan, dukungan Turki sangat penting dalam upaya GNA untuk memukul mundur Tentara Nasional Libya (LNA) Khalifa Haftar, yang melancarkan serangan pada April lalu untuk merebut Tripoli.
"Ankara telah mengirim peralatan dan personel militer ke Tripoli setelah penandatanganan perjanjian dan mendesak pendukung Haftar untuk mengakhiri dukungan mereka terhadap pasukannya yang berbasis di timur. LNA telah didukung oleh Uni Emirat Arab, Rusia dan Mesir," tulis laporan Al-Jazeera sebagaimana dikutip Viva Militer, Jum'at, 5 Juni 2020.
Pertemuan antar petinggi dua negara di Ankara kemarin itu juga menegaskan langkah politik perbatasan Turki di sekitar Mediterania Timur dengan negara-negara tetangganya seperti Yunani dan Siprus yang menolak kerja sama eksplorasi di laut Mediterania timur itu.
Santer dikabarkan, eksplorasi minyak di perairan Mediterania timur akan dilakukan Turki dalam waktu dekat ini. Dan aktivitas pertambangan minyak itu pasti akan berdampak pada memanasnya suhu politik dan keamanan di Libya dan beberapa negara lainnya di sekitar Laut Mediterania.