Intelijen Turki Dapat Instruksi Tangkap al-Islam Hidup atau Mati
- Standard.co.uk
VIVA – Tak ada yang tahu di mana keberadaan Saif al-Islam Gaddafi, pasca dibebaskan dari penjara pada 2017 lalu. Ternyata, putra kedua mendiang mantan diktator Libya, Muammar Gaddafi, jadi salah satu target buruan Badan Intelijen Turki (MIT).
Anadolu Agency menjelaskan bahwa al-Islam sempat ditangkap oleh para pemberontak saat Perang Saudara Libya meletus pada 2011 lalu. Saat itu, al-Islam tengah dalam perjalanan untuk melarikan diri dekat perbatasan dengan Niger.
Al-Islam juga sempat mengaku sebagai seorang penggembala uunta sebelum pada akhirnya ditangkap pasukan pemberontak, dan dijeboloskan ke dalam penjara.
Pria kelahiran 25 Juni 1969 ini adalah salah satu tokoh penting dalam lingkaran kediktatoran keluarga Gaddafi di Libya. Al-Islam adalah salah satu buronan Pengadilan Pidana Internasional, akibat kejahatannya terhadap kemanusiaan. Al-Islam diduga banyak menyiksa dan membunuh rakyat Libya selama periode kekuasan ayahnya.
Yang terbaru, The Africa News Portal menyebut bahwa saat ini MIT tengah melakukan pencarian intensif untuk menemukan keberadaan al-Islam. Perintahnya, menangkap al-Islam hidup atau mati.
Badan Intelijen Turki disebut membuat sebuah markas di ibukota Libya, Tripoli. MIT menunjuk oleh seorang bernama Khaled Al-Sharif, yang merupakan mantan pengawas penjara Hadaba di Tripoli, tempat al-Islam pernah dikurung. Satu orang lainnya pemimpin operasi pencarian al-Islam diketahui bernama Abdul Hakim Al-Hajj.
MIT juga memastikan bahwa operasi pencarian al-Islam mendapat dukungan penuh dari pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya (GNA),
"Unsur-unsur investigasi dari milisi Pasukan Khusus Pencegah Kementerian Dalam Negeri pemerintah Al-Wefaq, telah menyusup ke kota Zintan yang terletak di 136 kilometer barat daya Tripoli, di puncak pegunungan barat untuk mencari Saif al-Islam," bunyi pernyataan MIT.
"Operasi dilakukan dengan dukungan partai pro-pemerintah Fayez al-Sarraj di kota yang (di dalamnya) terbagi antara pendukung Tentara Nasional Libya (LNA) dan pendukung setia pemerintah rekonsiliasi (GNA)," lanjut pernyataan MIT.
Di sisi lain, seorang aktivis politik Libtya, Mohammed al-Abani, sempat menyebut bahwa al-Islam masih hidup dalam keadaan sehat. Al-Abani mengatakan bahwa al-Islam berada di tempat yang aman di bawah penjagaan super ketat.