Erdogan Ngamuk, Turki Bakal Lumat Haftar dan Singa LNA

VIVA Militer: Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan
Sumber :
  • The Yeshiva World

VIVA – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengutuk keras serangan membabi buta pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) di sejumlah tempat di Tripoli akhir pekan lalu. Turki dengan tegas menyebut tindakan pasukan Marsekal Khalifa Haftar sebagai kejahatan perang.

Sabotase Meningkat, Petinggi Militer NATO Imbau Pebisnis Bersiap Hadapi "Skenario Perang"

Bandara Internasional Mitiga, Pelabuhan Tripoli, pemukiman sipil, serta rumah Duta Besar Turki dan Italia, jadi sasaran rudal grad milik pasukan LNA, Sabtu 9 Mei 2020.

Menurut laporan The Libya Observer, pasukan LNA menghujani Tripoli dengan lebih dari 100 roket grad. Akibatnya, enam orang warga sipil tewas sementara lusinan orang mengalami luka-luka.

Sebanyak 1.198 Personil Keamanan Jaga 3.306 TPS Untuk Pilkada di Depok

Kabar serangan pasukan LNA sepertinya sudah sampai ke telinga Erdogan. Sebab, Kementerian Luar Negeri Turki memastikan bakal mengambil sikap tegas jika pasukan Haftar masih terus melakukan serangan. 

"Serangan ke Bandara Mitiga Tripoli pada Sabtu pagi, bagian dari rentetan tembakan artileri di ibukota, adalah kejahatan perang," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki dikutip Reuters.

Dewan Islam Prancis Sebut Putusan ICC Tangkap Netanyahu sebagai 'Secercah Harapan'

"Jika misi dan kepentingan kami di Libya menjadi sasaran (serangan), kami akan menganggap pasukan Haftar sebagai target yang sah," lanjut pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki.

Tak hanya itu, Kementerian Luar Negeri Turki juga mendesak Persatuang Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melakukan tindakan. 

Kemudian, kecaman juga dilayangkan kepada sejumlah negara yang memberikan dukungan kepada Haftar dan LNA yakni Mesir, Rusia, dan Uni Emirat Arab harus bertanggung jawab atas situasi chaos yang terjadi di Libya.

"Tidak bisa diterima bagi PBB untuk tetap diam terhadap pembantaian ini lebih lama," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki.

"Negara-negara yang menyediakan bantuan militer, keuangan, dan politik untuk Haftar, bertanggung jawab atas penderitaan yang dialami rakyat Libya, dan kekacauan serta ketidakstabilan yang sedang terjadi di negara ini," lanjut pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya