Gawat, Irak Siap Beli Rudal Rusia Buat Perangi Iran

VIVA Militer: Rudal jarak jauh Rusia, S-300
Sumber :
  • Middle East Monitor

VIVA – Serangan demi serangan yang dilancarkan milisi yang didukung Iran, membuat Irak kebakaran jenggot. Meski didukung militer Amerika Serikat (AS), Irak saat ini tengah berencana untuk membeli rudal dari Rusia.

Biden Rencanakan Serang Fasilitas Nuklir Iran Sebelum Lengser

Irak berkali-kali menerima serangan udara yang dilancarkan ke sejumlah target. Serangan-serangan yang diarahakn ke Iran kerap terkait dengan Angkatan Udara Garda Revolusi Iran (IRGCAF), dan milisi-milisi yang didukung Iran.

Dalam laporan Defense & Security Monitor, Irak pernah mengecam AS akibat serangan ke Bandara Internasional Baghdad awal Januari lalu. Tepatnya pada 3 Januari 2020, drone AS menghujani bandara utama Irak itu dengan bom.

Israel Lancarkan Serangan Fajar di Khan Younis, Tewaskan Kepala Polisi Gaza dan Wakilnya

Seperti yang diketahui, serangan drone militer AS ini mengakibatkan tewasnya Panglima IRGC, Jenderal Qassem Soleimani. AS berdalih, serangan itu adalah aksi balasan lantaran sebelumnya milisi Iran juga menyerang Kedutaan Besar AS di Baghdad.

Empat hari pasca serangan yang menewaskan Soleimani, giliran Iran yang membalas. Pangkalan Udara Al-Asad di wilayah Kegubernuran Al-Anbar, jadi sasaran rudal-rudal IRGC. 

Korban Tewas Serangan Mobil di New Orleans Bertambah Jadi 15 Orang

Yang terbaru, Bandara Internasional Baghdad kembali menjadi sasaran rudal-rudal, Rabu 6 Mei 2020 dini hari waktu setempat. Meski belum ada yang mengaku bertanggung jawab, AS dan Irak dipastikan bakal menuduh IRGC dan milisi bentukan Iran.

Oleh sebab itu, Irak merasa harus meningkatkan sistem pertahanan udaranya. Instruksi untuk memperkuat pertahanan udara dinyatakan langsung oleh Perdana Menteri Iran, Adel Abdul Mahdi. Komite Keamanan dan Pertahanan Parlemen Irak langsung merespons.

"Irak perlu meningkatkan sistem pertahanan udaranya untuk melindungi kedaulatan dan mencegah segala pelanggaran di wilayah udara Irak," ujar Ketua Komite Keamanan dan Pertahanan Parlemen Irak, Mohammed Redha al-Haidar.

Defense & Security Monitor melaporkan juga, sebenarnya Irak sudah mengemukakan niatnya untuk membeli sejumlah artileri udara dari AS. Sayangnya, hingga saat ini AS belum merestui niat Irak.

Artileri yang dimiliki Irak saat ini semisal AN/TWQ-1 Avenger, rudal jarak pendek Pantsir-S1, peluru kendali darat FIM-92 Stinger, dan rudal Sa-24 MANPAD, dinilai belum cukup. Al-Haidar menyebut bahwa pihaknya tengah berencana untuk mendatangkan dua rudal permukaan jarak jauh milik Rusia, S-300 dan S-400.

Opsi alternatif ini bakal dipilih Irak jika AS tidak memberi izin pembelian artileri sistem pertahanan udara. Di sisi lain, Irak tentu bakal mendapat sanksi dari AS jika membeli kedua rudal Rusia itu.

Sebab, AS memiliki Undang-undang Penentang Lawan AS Melalui Sanksi yang ditandantagani Irak pada 2017 lalu. Hal ini dilakukan AS untuk menekan negara yang menjadi pihak ketiga untuk menjauh dari produk-produk industri pertahanan Rusia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya