GNA Tolak Gencatan Senjata, Libya Bak Neraka di Bulan Puasa
- Middle East Eye
VIVA – Konflik antara Tentara Nasional Libya (LNA) dan milisi Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) sepertinya bakal terus berlangsung. Aksi saling serang antara kedua kubu kian sering terjadi, meskipun sudah memasuki bulan suci Ramadan.
Pasukan LNA melalui juru bicaranya, Ahmed Al-Mismari, mendeklarasikan rencana gencatan senjata sepihak selama bulan Ramadhan. Akan tetapi, Mismari menegaskan bahwa LNA tetap memiliki hak untuk merespon berbagai tindakan atau serangan militer yang sewaktu-waktu dilakukan oleh tentara GNA.
"Semua operasi militer telah dihentikan selama bulan puasa," kata Ahmed Al-Mismari sebagaimana dilansir VIVA Militer dari Anadolu Agency, Jum'at, 1 Mei 2020.
Ajakan gencatan senjata pasukan Khalifah Haftar itu pun langsung mendapatkan tanggapan dari GNA di hari yang sama. GNA yang didukung Turki telah mengumumkan penolakannya terhadap gencatan senjata selama Ramadhan, yang diusulkan oleh LNA.
Penolakan GNA itu disampaikan langsung oleh Dewan Presiden yang berafiliasi dengan Pemerintah Al-Wefaq. Mereka juga menuding bahwa LNA telah mengkhianati kesepakatan gencatan senjata, yang ada dalam Perjanjian Skhirat pada 2015 lalu.
"Pelanggaran demi pelanggaran di atas membuat kita tidak pernah mempercayai apa yang dinyatakan sebagai gencatan senjata, karena (LNA) terbiasa dengan pengkhianatan,” bunyi pernyataan Dewan Pemerintah Al-Wefaq dikutip dari Al-Masdar News.
GNA juga menuding ajakan gencatan senjata selama bulan suci Ramadan yang disampaikan oleh LNA, sebagai salah satu strategi politik Khalifa Haftar untuk mendapatkan legitimasi atas pernyataan sang panglima sebelumnya.
Perlu diketahui, Haftar sebelumnya telah mengumumkan kepemimpinan LNA untuk mengambil alih tampuk kekuasaan di Libya.
"Setiap proses gencatan senjata, pemantauan pelanggaran, dan untuk mencapai gencatan senjata yang nyata dan benar membutuhkan sponsor internasional, jaminan dan mekanisme yang digunakan untuk mengaktifkan pekerjaan komite 5+5 yang diawasi oleh misi dukungan di Libya," lanjut pernyataan Dewan Pemerintah Al-Wefaq.
Respons negatif yang ditunjukkan GNA, tak lepas dari serangan LNA yang diarahkan ke fasilitas kesehatan di Tripoli. Serangan ini dilakukan tentara LNA hanya beberapa jam sebelum mendeklarasikan ajakan gencatan senjata.
Serangan roket yang dilancarkan oleh LNA mengakibatkan seorang petugas kesehatan tewas di tempat, dan enam petugas kesehatan lainnya mengalami luka bakar. Tidak hanya itu, kebakaran hebat juga terjadi di sebuah cagar alam bagian selatan Tripoli akibat serangan rudal yang dilakukan oleh tentara LNA.
Awal pekan ini, Hafar secara sepihak menyatakan dirinya sebagai penguasa Libya. Dalam sebuah pesan video, Haftar menunjuk demonstrasi jalanan di daerah-daerah di bawah kendalinya dan mengklaim bahwa ia "menerima mandat rakyat Libya" untuk memerintah negara itu.
Khalifa Haftar mengatakan perjanjian Skhirat yang ditandatangani pada 2015 oleh pihak-pihak yang bertikai di Libya di bawah naungan PBB adalah "sesuatu dari masa lalu."