Semangat Anti-Yahudi, Akar Koalisi Nazi-Islam di Perang Dunia II
- DW
VIVA – Dunia pernah mencatat hegemoni Jerman di masa kepemimpinan Adolf Hitler bersama Partai Nazi-nya. Saat itu, Jerman Nazi yang juga dikenal dengan sebutan Reich Ketiga (Kekaisaran Ketiga), melakukan agresi di daratan Eropa termasuk mencaplok beberapa negara di Benua Biru.
Tak diragukan lagi, Jerman Nazi begitu superior saat Hitler tampil sebagai pemimpin negara ini mulai 1933 hingga keruntuhannya pada 1945. Di balik kekuatan mahadahsyat Jerman Nazi, terselip sebuah fakta bahwa Hitler pernah mengagumi kekuatan Islam. Meskipun pada akhirnya, Sang Fuhrer disebut hanya memanfaatkan Islam untuk mencapai tujuannya menguasai Eropa.
Seorang sejarawan asal Jerman, David Motadel, membuka fakta hubungan Islam dan Jerman Nazi di era Perang Dunia II, periode 1939 hingga 1945.
Dalam buku yang ditulis Motadel, "Islam dan Perang Jerman Nazi" terungkap sebuah fakta jika Hitler mulai membuka hubungan dengan negara-negara Islam. Ya, dalam kacamatanya, Hitler melihat Islam sebagai kekuatan yang sangat masif secara politik.
Menteri Persenjataan dan Produksi Perang Jerman Nazi, Albert Speer, menyebut bahwa salah satu cara menyebarkan keyakinan Islam adalah lewat peperangan. Pernyataan ini ditulis Speer dalam bukunya “Inside the Third Reich” selama 1942 hingga 1945.
"Agama yang percaya menyebarkan keimanannya dengan pedang dan menaklukkan semua bangsa dengan keyakinan itu. Keyakinan semacam itu sangat cocok dengan tempramen Jerman," bunyi pernyataan Speer dikutip DW.
Sekitar 1941 hingga 1942, Hitler bersama Nazi dan ideologi fasisnya dengan mudah mendapat respons positif dari negara-negara Islam. Tak lain, Hitler melakukan upaya signifikan untuk membangung aliansi dengan umat Islam, dengan dalih perlawanan terhadap Yahudi, Komunisme Uni Soviet, dan dua negara barat, Inggris dan Amerika Serikat (AS).
Benar saja, pada 1941 militer gabungan Jerman Nazi (Wehrmacht) dan organisasi paramiliter Partai Nazi, Schutzstaffel (SS), merekrut puluhan ribu pemuda Muslim. Dengan jumlah yang banyak, tentara Muslim Nazi berada di semua lini pertempuran.
Islam bahkan menjadi anak emas Nazi. Bagaimana tidak, Wehrmacht bahkan membuat dan mendistribusikan sebuah buku panduan bagi para tentara Muslim Nazi.
Saat menjalankan Operasi Barbarossa menuju Uni Soviet, Hitler memerintahkan pasukannya untuk membangun kembali masjid-masjid dan sekolah Islam yang sebelumnya dihancurkan oleh Tentara Merah di bawah Komando Josef Stalin.
Di satu sisi, kaum Muslim begitu yakin jika Jerman Nazi akan memenangkan pertempuran melawan Sekutu, dalam hal ini Uni Soviet, Inggris dan AS. Jerman Nazi diyakini bakal mengubah tatanan dunia yang anti-semit dan anti-liberalis.