AS dan Sekutunya Kecam Peluncuran Satelit Iran, Rusia Pasang Badan
- Press TV
VIVA – Pasca peluncuran satelit militer pertamanya, Iran kembali mendapat kecaman dari Amerika Serikat (AS). Tak cuma AS, dua sekutunya di Eropa, Jerman dan Prancis, juga ikut mengambil reaksi keras terhadap Iran.
Menurut laporan Defenseworld.net, pada 22 April 2020 lalu, Iran untuk pertama kalinya berhasil meluncurkan satelit militer pertamanya. Satelit Noor (Cahaya), dibawa oleh roket Qassed, dan mengorbit 425 kilometer di atas permukaan bumi.
Dalam laporan lainnya, Iran meluncurkan satelit Noor untuk memperkuat data intelijen. Dengan satelit tersebut, Iran bisa Dengan cepat mengumpulkan data seluruh intelijen di Timur Tengah.
Peluncuran satelit ini memang diprediksi bakal mendapat kecaman dari negara-negara barat, terutama AS. Benar saja, prediksi ini akhirnya terjadi. Sebab, AS dan beberapa negara barat yakin, satelit adalah kamuflase dibalik rudal balistik.
Radio Farda melaporkan, AS, Jerman, dan Prancis menuduh Iran menuding Iran melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Ketiga negara itu mempertauakan sikap Iran terkait kesepakatan soal pengembangan nuklir tahun 2015 silam.
Prancis dengan tegas meminta Iran menghentikan seluruh aktivitas pengembangan rudal balistik, yang mampu membawa hulu ledak nuklir.
“Program balistik Iran adalah perhatian utama untuk keamanan regional dan internasional. Ini berkontribusi pada destabilisasi kawasan dan meningkatnya ketegangan, ” bunyi pernyataan Prancis.
Akan tetapi, sikap ketiga negara itu ternyata mendapat resistensi justru dari Rusia. Sebagai salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Rusia mengambil sikap untuk membela Iran.
Menteri Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menolak tudingan AS bahwa Iran melanggar perjanjian nuklir. Rusia malah menyebut bahwa AS lah yang sebenarnya melanggar perjanjian itu.
"Ini bukan yang pertama kalinya bahwa sebuah negara (AS) yang telah secara terang-terangan melanggar norma-norma hukum internasional dan melanggar resolusi UNSC 2231," ujar Zakharova.
"Mereka berusaha untuk mengelak dari kecaman internasional dengan tidak berdasar. Menuduh Iran dan ketidaksesuaiannya dengan persyaratan Dewan Keamanan," katanya.