Mantan Bos Intelijen Inggris: China Tutupi Kebenaran Soal Corona
- New York Post
VIVA – Ada yang beranggapan bahwa China memang sengaja menciptakan Virus Corona atau COVID-19 dengan tujuan tertentu. Ada juga yang yakin bahwa pandemi ini dibuat oleh kekuatan besar lainnya, Amerika Serikat (AS).
Pada Desember 2019, kasus pertama COVID-19 terjadi di Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei, China. Sejumlah kasus pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui, diketahui pada 31 Desember 2019.
Otoritas Kesehatan China berhasil melacak jika orang-orang yang terinfeksi pneumonia itu memiliki hubungan dengan Pasar Grosir Makanan Laut Huanan. Dugaan lainnya adalah kebocoran yang terjadi di Laboratorium Hubei, yang diduga tengah mengembangkan senjata biologis.
Pada awalnya, China jadi negara dengan jumlah kasus COVID-19 tertinggi di dunia. Akan tetapi, sercara perlahan Negeri Tirai Bambu berhasil menekan angka penyebaran. Malahan, saat ini AS yang menduduki posisi teratas kasus COVID-19.
Menurut data WHO, saat ini China menduduki posisi ketujuh dengan catatan 82.295 kasus, dengan 3.342 jumlah korban meninggal. Sementara itu, AS tercatat memiliki 641.919 kasus dengan jumlah 28.399 kematian.
Melihat penyebaran COVID-19 yang semakin mengganas, seorang mantan intelijen Inggris, John Sawers, menduga ada sesuatu yang ditutupi oleh China soal Virus Corona. Sawers dengan tegas menyebut bahwa China menyembunyikan sesuatu di balik pandemi ini.
Mantan Kepala MI6 (Badan Intelijen Inggris) ini menuduh China menghindari banyak tanggung jawab soal wabah yang menjangkiti 200 negara di seluruh dunia.
"Ada kemarahan mendalam di Amerika (Serikat) atas apa yang mereka lihat, yang telah ditimpakan kepada kita semua oleh China. Dan China, mereka menghindari banyak tanggung jawab atas asal mula virus ini. Karena, pada awalnya mereka gagal mengatasinya," ujar Sawers dikutip NEW EUROPE.
"Kami tudak bisa memiliki rantai pasokan yang bergantung selamanya kepada China, dan dicontohkan oleh krisis saat ini. Kami harus memperhatikan teknologi dan sumber daya masa depan," katanya.
Hingga saat ini, kasus COVID-19 di seluruh dunia sudah mencapai 2.060.927 kasus. Virus ini juga sudah membunuh 134.354 manusia selama masa penyebarannya.