Singa Militer LNA Mengamuk, Mayat-mayat Bergelimpangan di Tripoli
- LNA
VIVA – Di saat dunia sedang dilanda wabah Virus Corona atau COVID-19, peperangan masih berlanjut di sejumlah kota di Libya.
Yang terbaru, pasukan Tentara Nasional Libya atau LNA telah merilis kondisi pertempuran di Kota Tripoli. LNA menampilkan kondisi pasukan GNA yang diamuk pasukan Singa LNA melalui serangan udara dan darat.
Dalam video yang mereka rilis, seperti dikutip VIVA Militer Sabtu 11 April 2020. Terlihat mayat-mayat pasukan GNA bergelimpangan di sepanjang jalan di wilayah Ain Zara, Tripoli
Gambar kondisi mayat-mayat pasukan GNA berhasil diabadikan LNA dengan menggunakan drone dari angkasa. Pada rekaman video terlihat lebih dari lima orang dalam kondisi tak bernyawa terbujur kaku di jalanan dan beberapa bangunan.
"Tubuh para GNA teroris bayaran Erdogan mengotori jalanan Ain Zara, Dibasmi oleh singa-singa Tentara Nasional Libya," tertulis dalam siaran resmi LNA.
Pasukan LNA di bawah pimpinan Jenderal Khalifa Haftar memang sedang gencar melancarkan gempuran ke Kota Tripoli. Pengerahan pasukan dilakukan besar-besaran untuk merebut kembali beberapa wilayah yang dikuasai pasukan koalisi LNA dan Turki.
Pada pekan lalu, 20 pasukan militer Turki terbunuh dalam serangan LNA ke Kota Misrata. Tak hanya itu saja, LNA juga telah membunuh cukup banyak pimpinan-pimpinan milisi yang terkait dengan GNA. Salah satunya ialah Ziad Balaam.
Balaam bukan teroris kacangan dia merupakan anak buah Osama Bin Laden di Al-Qaeda dan menjabat sebagai Pemimpin Dewan Syura Mujahidin Banghazi yang terkenal militan dan sadis.
Dia merupakan teroris paling dicari sejak tahun 2012. Dia merupakan salah satu teroris yang menyerang Kedutaan Besar Amerika Serikat di Benghazi.
Serangan Balaam ke Kedubes AS itu bahkan sempat difilmkan dengan judul "13 Hours: The Secret Soldiers of Benghazi". Film ini menggambarkan upaya putus asa oleh enam pria militer veteran untuk membela duta besar AS dan staf konsulat AS di Benghazi.
Dalam serangan itu, Balaam cs membunuh sejumlah warga Muslim, Duta Besar John Stevens dan Kepala Intelijen Sean Smith.
Baca: Gawat, Kapal Induk Nuklir Militer Prancis Diserang COVID-19 di Lautan