Intelijen Amerika Bongkar Kebohongan China Soal Korban Tewas COVID-19

VIVA Militer: Donald Trump
Sumber :
  • Donald Trump

VIVA – Intelijen Amerika Serikat menuduh China telah berbohong mengenai serangan Virus Corona atau COVID-19. Negara tirai bambu itu diduga kuat telah menyembunyikan data sebenar-benarnya.

Kepala BIN: Orang Intel Kerja Senyap, Tapi Jangan Tidur!

Hal itu diungkapkan tiga pejabat penting di Negeri Paman Sam. Mereka mengaku mengetahui hal itu setelah intelijen Amerika Serikat mengirimkan laporan rahasia ke Gedung Putih.

Diberitakan Bloomberg seperti dikutip VIVA Militer, Sabtu 4 April 2020. Ketiga pejabat meminta identitas mereka tak dipublikasikan dengan alasan laporan yang mereka ketahui bersifat rahasia dan mereka tak mau membongkar seluruh isi laporan rahasia intelijen itu.

Prabowo Bakal ke Luar Negeri Setengah Bulan, Pakar Intelijen Minta TNI-Polri Waspada

Namun yang pasti dalam laporan rahasia itu, terungkap bahwa ada data menyebutkan pemerintah China telah menutupi jumlah korban meninggal dunia akibat serangan Virus Corona di negara itu. Dan semua data yang disiarkan China tentang korban corona adalah data bohong alias palsu.

Laporan rahasia itu sudah diterima Gedung Putih sejak pekan lalu. Virus corona mulai menyerang China pada akhir 2019 dimulai dari Kota Wuhan di Provinsi  Hubei.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

VIVA Militer: Donald Trump

Hanya saja dalam laporan resminya, China selama ini hanya mengklaim jumlah penduduk yang terinfeksi berada di angka 82.000 kasus dan 3.300 kematian.

Memang, Presiden Donald Trump sempat meragukan pengakuan China soal jumlah korban dan Trump mengklaim Amerika tak pernah berbohong tentang data penderita corona di nergaranya.

"Jumlah mereka tampaknya sedikit di sisi terang, dan saya bersikap baik ketika saya mengatakan itu," kata Trump dalam pidato penanganan corona di Gedung Putih.

Trump menambahkan bahwa AS dan China selalu berkomunikasi dan Beijing akan menghabiskan $ 250 miliar untuk membeli produk-produk Amerika. "Kami ingin menyimpannya, mereka ingin menyimpannya," katanya tentang kesepakatan perdagangan AS-China.

Bahkan Wakil Presiden Amerika Mike Pence menduga bahwa corona sebenarnya sudah menyerang China sebulan sebelum ada pengumuman resmi terkait serangan virus itu.

"Kenyataannya adalah bahwa kita bisa lebih baik jika China lebih terbuka. Apa yang tampak jelas sekarang adalah bahwa jauh sebelum dunia mengetahui pada bulan Desember bahwa Cina sedang menangani ini, dan mungkin sebanyak sebulan lebih awal dari itu, bahwa wabah itu nyata di China," kata Pence beberapa hari lalu.

VIVA Militer: Donald Trump

Salah satu yang membuat Amerika Serikat meragukan data China ialah, adanya tumpukan ribuan guci abu jenazah di luar rumah duka di Provinsi Hubei saat corona sedang ganas-ganasnya di negara komunis itu.

Ada yang menarik dari informasi terbaru tentang adanya laporan rahasia intelijen Amerika ini. Disebutkan Trump sudah mengetahui informasi ini sejak pekan lalu. Perlu diketahui, pekan lalu merupakan puncak mengganas corona di Amerika Serikat.

Jumlah penderita corona di Amerika Serikat bahkan langsung meledak tinggi hingga melampaui jumlah penderita corona di China. Bahkan, Amerika langsung ditetapkan sebagai pusat pandemi corona. Padahal sebelumnya status pusat pandemi corona disematkan WHO pada China.

Untuk diketahui, berdasarkan data terbaru Coronavirus COVID-19 Global Cases by Johns Hopkins CSSE, hingga pukul 05:00 WIB, Sabtu 4 April 2020, Amerika berada di urutan pertama dalam jumlah penderita corona terbanyak dunia. Total penderita corona di Amerika sudah mencapai 270.473 orang,  6.889 meninggal dunia dan 9.445 disembuhkan.

Baca: RS TNI AL dr Mintoharjo Dapat Amunisi Baru Tangani Pasien COVID-19

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya