Kepala BKP Kementan Ungkap Tantangan Ketahanan Pangan Indonesia

Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi
Sumber :

VIVA – Menurut Agung, beberapa tantangan dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia, salah satunya adalah peningkatan jumlah penduduk yang diperkirakan mencapai 305 juta jiwa di tahun 2035. Peningkatan jumlah penduduk selalu diiringi oleh peningkatan jumlah pangan.

Sampaikan Amanat Presiden Prabowo, Wamen Ossy Pimpin Upacara HUT ke-53 KORPRI di Kementerian ATR/BPN

"Fokus kita saat ini bukan hanya feeding the world, tetapi juga bagaimana mencapai sasaran akhir pembangunan ketahanan pangan, yaitu terwujudnya Sumberdaya Manusia yang tangguh, sehat, aktif dan produktif," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi,
dihadapan Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada Fakultas Teknologi Pertanian pada Seminar Teknologi Pertanian Jabodetabek di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BB Mektan) Serpong-Banten, Kamis (09/08).

Agung melanjutkan, "kebutuhan konsumsi beras kita akan naik 19,6% dan jagung 20%, dan diikuti komoditas lainnya.”

Indonesia memiliki peluang dalam peningkatan produksi, apalagi sumberdaya lahan yang dimiliki Indonesia begitu besar. "Daratan kita lebih dari 190 juta hektar, 23% lahan basah dan 77% sisanya (145 juta) hektar adalah lahan kering. Ini bisa kita optimalisasi dengan sentuhan mekanisasi pertanian," kata Agung.

Agung juga menjelaskan, berbagai terobosan telah dilakukan Kementerian Pertanian untuk optimalisasi lahan dan peningkatan produksi, diantaranya: (1) peningkatan alat mesin pertanian >2000%, rehabilitasi irigasi meningkat 500%, lahan untuk benih unggul meningkat > 562%. 

Namun ditengah-tengah upaya terobosan, masih menyisakan masalah, yaitu mekanisasi pertani masih terkendala jumlah SDM.  "Lulusan mekanisasi pertanian dari Universitas Gadjah Mada sangat minim.
Di BB Mektan ini ada 40 lulusan mekanisasi dari GAMA tetapi ini masih kurang, sementara di ditjen-ditjen lain juga kekurangan," jelas Agung. 

"Bagaimana mungkin kita bisa melatih operator-operator di lapangan jika pelatihnya tidak ada? ini mohon menjadi cacatan kita bersama," tegas Agung. Agung berharap mekanisasi pertanian kedepan bukan hanya membahas masalah optimalisasi alat, tetapi juga pengembangan teknologinya, sehingga industri Agro kedepan semakin mendunia.

Pada bagian lain Agung menjelaskan, Industri agro saat ini masih didominasi sawit. Namun bio-industri berbasis biomassa juga sudah kembangkan dengan fokus pada empat komoditas, yaitu Jagung di Gorontalo, Sulteng, NTT. Sagu di Riau, Maluku, Sulsel, Papua dan Papua Barat. Ubi Kayu di Lampung, Jabar dan Jatim, dan Pisang di Sumut, Lampung dan Jateng.

Dalam Seminar ini, Agung mengajak wakil dekan III FTP UGM dan seluruh Alumni Teknologi Pangan UGM mengembangkan alat-alat mesin pertanian dengan secara mandiri dan mengandalkan generasi muda.

"Saya yakin kita mampu melakukan itu bersama," pungkas Agung.