10 Destinasi 'Bali Baru' Dipresentasikan di ITB Asia 2016
- Dok.ist
VIVA.co.id – 10 Bali Baru atau 10 Destinasi Prioritas yang sering disebut-sebut Presiden Joko Widodo dan Menpar Arief Yahya, rupanya mendapat perhatian serius oleh masyarakat Singapura.
Antusiasme itu dirasakan olah Hiramsyah Sambudhy Thaib, Ketua Pokja Percepatan Bali Baru saat 30 menit mempresentasikan 10 Top Destinasi itu di arena ITB Asia 2016, di Marina Bay Sands, Singapura.
"Bagaimana akses untuk sampai ke 10 titik wisata baru itu?" tanya seorang jurnalis.
"Pertanyaan bagus!" jawab Hiramsyah sambil memberi dua jempol ke arah penanya dari atas stage setinggi 60 cm itu. Strategi dalam pengembangan destinasi yang dilakukan Menpar Arief Yahya selali 3A, Atraksi, Akses dan Amenitas. Tiga hal yang tak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. "Tiga hal itulah yang telah, sedang dan akan terus kami sempurnakan!" kata Hiram.
Presentasi Hiram yang Mantan Ketua Asosiasi Kawasan Pariwisata Indonesia (AKPI) 2001-2005, lalu Dewan Pembina AKPI 2005-2010, Wakil Ketua Komite Kebijakan, Bidang Properti dan Kawasan Industri KADIN 2008-2011 itu ada tiga hal pokok. Pertama, meyakinkan bahwa komitmen Presiden, menteri-menteri dan pemerintah terhadap sektor pariwisata itu sudah bulat. Pariwisata menjadi core economy dan karena itu menjadi sektor prioritas selain infrastruktur, energi, pangan, dan maritim.
Kedua, memaparkan 10 Top Destinasi dari Danau Toba Sumatera Utara, Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Kepulauan Seribu dan Kota Tua Jakarta, Borobudur Jawa Tengah, Bromo Tengger Semeru (BTS) Jawa Timur, Mandalika Lombok NTB, Labuan Bako NTT, Wakatobi Sultra dan Morotai Maltara. Foto-foto alam dan keindahan 10 titik itu benar-benar membuat audience tertegun dan terdiam lama. Cantik, dan pantas Kemenpar menjadikan kawasan itu sebagai destinasi unggulan.
Ketiga, Hiram menyebut saat inilah timing yang paling tepat untuk berinvestasi di sektor pariwisata di Indonesia. Di saat komitmen pemerintah sangat tinggi, dan pariwisata betul-betul didorong untuk maju dan berkembang, menggantikan peran minyak, gas bumi, batubara dan minyak kelapa sawit, yang bertahun-tahun menjadi andalan Indonesia.
"Lihat di grafik, ketiganya terus menurun. Lihat pariwisata, menanjak pasti dan meyakinkan. Hanya pariwisata yang naik, inilah alasan mengapa Presiden Joko Widodo concern di pariwisata," ujar Hiram.
Bahkan, setiap tiga hari sekali tampil di destinasi wisata atau berbicara tentang komitmen di sektor pariwisata. Terakhir, 18 September 2016, Mantan Gubernur DKI dan juga Walikota Solo itu tiba-tiba ke Manado Tiwn Squere (Mantos), berwisata belanja, mencoba sepatu yang sedang diskon, dan sekaligus mengecek kesiapan semua infrastruktur yang dibutuhkan untuk menjadi destinasi kelas dunia. Kebetulan, di Ibu Kota Sulawesi Utara inilah wisman Tiongkok mulai berwisata.
Sebelumnya, Sabtu 15 Oktober lalu melaunching Sail Karimata 2016 di Kayong Utara, Kalimantan Barat. Event pariwisata juga, yang berbasis pada maritim atau bahari. Hampir semua destinasi penting sudah pernah didatangi Presiden, seperti Danau Toba, Belitung, Tanjung Lesung, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, Larantuka, Raja Ampat, Manado, Sumbar, sudah pernah dikunjungi. Â
Deputi Pengembangan Pemasaran Mancanegara I Gde Pitana dan Asdep Pengembangan Pemasaran Wilayah ASEAN Rizki Handayani ikut dalam forum Seminar Destination Showcase ITB Asia 2016. Ini adalah salah satu program di ITB Asia, Indonesia dapat slot untuk mempromosikan produk destinasi pariwisatanya dalam sebuah forum seminar yang dihadiri oleh buyers potential dan stakeholder yang berkecimpung di bidang pariwisata.
"Kita memang sedang membangun banyak destinasi, slot itu kami manfaatkan semaksimal mungkin," kata I Gde Pitana. Slot 1, Kemenpar menghadirkan Hiramsyah S Thaib untuk memaparkan 10 Top Destinasi atau Bali Bali baru dengan tema Treasures of Archipelago.
Lalu satu lagi, slot waktu presentasi itu digunakan Riyanto Sofyan Ketua Tim Percepatan Halal Tourism Kemenpar di Lantai 3, yang juga memperoleh respon yang antusias. Tema yang diangkat adalah National Strategies on Developing Halal Tourism. "Audience sangat antusias," katanya.
Deputi Pitana juga sempat memberi teka teki, apa bedanya business to business meeting di Singapura dengan sales mission lain di negara lain? "Yang paling menonjol adalah: betul-betul bicara bisnis! Efektif, disiplin waktu, to the point, tidak pakai basa basi. Mereka menghitung benefit, jadi paswordnya adalah benefit," kata Pitana di Pavilion Wonderful Indonesia di Marina Bay Sand, Singapura.
Tetapi, business culture seperti itu justru semakin baik dan memberi influence yang produktif bagi Kemenpar. Karena tiga hari memboyong 90 pelaku industri pariwisata itu menjadi sangat berkualitas.
"Jadi, di ITB Asia ini tidak boleh ada kesenian, bunyi-bunyian, karena mengganggu perbincangan bisnis antara buyers dan sellers," kata Pitana. (webtorial)