Menpar: Aceh Go Digital to World Best Halal Destination 2016

Menteri Pariwisata, Arief Yahya
Sumber :
  • Miranti Hirschmann/Berlin

VIVA.co.id – Dua hal yang menarik dari pidato Gubernur Aceh Zaini Abdullah, pada Rakor Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh, di Hotel Hermes, 19 Setember 2016 itu. Di hadapan Menteri Pariwisata Arief Yahya, orang nomor satu di Nangroe Aceh Darussalam itu bertekat bulat membangun destinasi halal kelas dunia. Lalu menggunakan Go Digital be The Best untuk mempercepat progress Aceh sebagai destinasi wisata halal itu.

Dukung Pariwisata Indonesia, Waketum Koordinator Kadin Sebut Stakeholders Harus Bekerja Sama

Kata-kata itu muncul di penghujung sambutan Gubernur Zaini selama 25 menit di hadapan seluruh stakeholder pariwisata di sana. "Kami ingin menuju Aceh sebagai destinasi halal kelas dunia. Kami ingin menggunakan teknologi dan go digital untuk percepatan," kata Gubernur Zaini Abdullah yang disambut tepuk tangan.

Statemen itu dilanjutkan dengan deklarasi bersama Pemprov Aceh dan Pemkab/Pemkot se Aceh tentang kawasan tersebut menjadi destinasi wisata halal unggulan.  Ada 4 poin dalam deklarasi itu. Pertama, menjadikan Aceh sebagai destinasi wisata halal unggulan.

Ketika Pariwisata Lebih dari Sekadar Destinasi

Kedua, memprioritaskan program percepatan pembangunan dan pengembangan sektor pariwisata sehingga menjadi leading sector dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di masing-masing daerah. Ketiga, menjadi tanggung jawab bersama dalam memajukan pariwisata halal di Aceh dengan melibatkan semua elemen, khususnya pemerintah, tokoh masyarakat, akademisi, pelaku bisnis, media, dan komunitas.

Keempat, memprioritaskan pariwisata halal di Aceh melalui beberapa tahap. Yakni, penyiapan  dan peningkatan konektivitas, aksesibilitas, amenitas dan kualitas atraksi di beberapa obyek wisata unggulan.

Tiket Pesawat Domestik Turun 10 Persen pada Nomen Nataru, Airlangga Ungkap untuk Dongkrak Wisata Lokal

Lalu, peningkatan kualitas promosi dan publikasi wisata halal di tingkat daerah, nasional, maupun internasional. Peningkatan sumberdaya manusia dan kelembagaan pariwisata halal. Memajukan, menyiapkan, dan meningkatkan industri wisata halal di Aceh. Dan, mendorong pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat. Deklarasi itu dibuat sebagai acuan pada semua pihak untuk menjadikan Aceh Sebagai Destinasi Wisata Halal Unggulan. Ditandatangani 19 September 2016, yang diketahui Menpar Arief Yahya.

"Saya melihat semua sangat serius dan bersemangat," kata Arief Yahya.

Arief Yahya mengingatkan agar para CEO (Bupati, Walikota, Gubernur, red) untuk serius membangun komitmen. Tanpa itu, hampir bisa dipastikan, program yang sudah dideklarasikan itu akan mandek dan tak bergerak.

"Saya setuju dengan branding The Light of Aceh! Cahaya Aceh. Tinggal logonya yang harus di-connecting dengan logo national branding kita, Wonderful Indonesia atau Pesona Indonesia," ujar Arief Yahya.

Mengapa harus connect? Ada unsur warna-warni merah, biru, kuning, orange, hijau? "Agar nyambung dengan kombinasi warna logo Wonderful Indonesia yang sudah dipromoaikan ke seluruh penjuru dunia. Sudah habis ratusan miliar rupiah untuk mempopulerkan Wonderful Indonesia itu diberbagai media terbesar. Kalau tidak dicantolkan dengan itu, sayang banget!" ujarnya.

Arief mencontohkan logo Halal Tourism by Wonderful Indonesia. Logonya bagus, huruf Arab: hak, lam, lam, yang jika disatukan menghasilkan kata: halal. Unsur warnanya sudah memenuhi syarat. "Masih cukup waktu untuk memperbaiki warna warni logo The Light of Aceh," kata dia.

Selain mengisi satu sesi di Rakor, Menpar juga mengunjungi kampus Politeknik Aceh. Ditemani Deputi Kelembagaan dan SDM Ahman Sya, Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Dadang Rizky, Kadisbudpar Aceh Reza Pahlevi, berencana membuka program studi pariwisata di sana.

Di bawah Kemenpar itu ada 4 kampus pariwisata yang sudah lama beroperasi. STP NHI Bandung, STP Nusa Dua Bali, Poltekpar Medan dan Poltekpar Makassar. Dua lagi mulai dibangun Poltekpar Palembang dan Poltekpar Lombok. "Sekarang ini 100 persen lulusannya sudah diserap industri pariwisata, 30 persen bekerja di luar negeri. STP Bandung malah 40 persen diserappasar asing," kata Arief Yahya yang berasal dari Banyuwangi itu.

Politeknik Aceh sudah lama berdiri, hanya belum ada program studi pariwisata. "Kali ini di Aceh, kami bekerjasama dengan Poltek, yang sudah punya kampus dan mahasiswa lumayan. Tinggal membuka program studi baru saja, jurusan pariwisata," kata Deputi Kelembagaan dan SDM Kemenpar Ahman Sya.

Sementara itu, Reza Pahlevi Kadibudpar Aceh sudah mulai menggandeng para pegiat media sosial untuk mempromosikan Aceh dengan tanda pagar (tagar) atau hashtag #TheLightOfAceh. Saat Menpar Arief Yahya hadir di Hermes, MC langsung menginformasikan bahwa saat itu, 19 September 2016, #TheLightOfAceh sedang naik trending topic nasional di Twitter. Hastag itu mengalahkan #SidangJessica yang sedang on dan live di TV.

Surprise Reza Pahlevi itu disambut tepuk tangan riuh di ruangan itu. Antara statemen Gubernur Aceh Zaini Abdullah dengan apa yang dikerjakan Kadisbudparnya betul-betul nyambung. Salam Pesona ‘Cahaya Aceh!’ (webtorial)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya