Wisata ke Toba, Mampirlah ke Tomok Tempat Patung Sigale-gale

Tarian Batak Toba
Sumber :
  • Antara/ Irsan Mulyadi

VIVA.co.id – Anda sudah menyaksikan Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba (KKPDT) 2016 di Parapat, Kabupaten Simalungun dan Balige, Kabupaten Tobasa? Sempatkanlah menonton pertunjukan Sigale-gale menari yang asli, yang ada di pulau Samosir, sebuah boneka yang memiliki cerita mistis. Cerita ini hidup dalam benak masyarakat di Batak Toba. Penuh teka-teki. Dan kisahnya, sudah berlangsung sejak lama.

Jelang Liburan Nataru, Wamen Pariwisata Cek Toilet Taman Safari di Bogor

“Cerita itu juga karya budaya, yang sudah turun temurun dan dipercaya oleh masyarakat. Pasti ada banyak hikmah di balik cerita legenda seperti Sigale-gale itu. Karena itu, boleh juga disimak cerita langsung dan melihat dengan mata kepala sendiri di lokasi tempat asal muasal cerita itu dibuat,” kata Menteri Pariwisata RI Arief Yahya.

Namanya juga cerita legenda, itu bisa faktual atau pernah terjadi, bisa juga rekaan tokoh-tokoh di sana yang selama turun-temurun ditambah kurangi, sehingga menjadi kemasan cerita yang seru. Terlepas dari percaya atau tidak percaya, storyline itu penting buat dunia Pariwisata.

Dukung Pariwisata Indonesia, Waketum Koordinator Kadin Sebut Stakeholders Harus Bekerja Sama

“Sekarang di Korea, apa saja dibuat monumental dan ramai dikunjungi orang, untuk selfie dan berwisata budaya,” kata Menpar Arief Yahya.

Nah, pertunjukan ini bisa Anda saksikan di Desa Tomok. Lokasinya tak jauh dari Parapat. Cukup satu jam menyeberang via kapal ferry, Anda sudah sampai di Tomok, desa yang menjadi destinasi wisata budaya boneka Sigale-gale.

Ketika Pariwisata Lebih dari Sekadar Destinasi

Lantas, apa sih boneka Sigale-gale itu? Kenapa juga banyak wisatawan yang penasaran? Legenda bercerita, boneka Sigale-gale itu adalah merupakan boneka kayu yang dibuat untuk membahagiakan Raja Rahat. Dia adalah seorang raja dari salah satu kerajaan di Pulau Samosir yang dikelilingi Danau Toba di Sumatera Utara kini. Dan pada masanya, Si Raja Rahat memiliki seorang putra bernama Raja Manggale.

Suatu ketika, sang raja mengirim putranya untuk berperang. Namun tak dinyana, Si Raja Manggale tumbang di medan perang. Tragisnya lagi, jenazahnya tak ditemukan. Si Raja Rahat sedih kehilangan putra semata wayang yang akan mewarisi kerajaannya, tersungkur melawan musuhnya.

Konon cerita, Raja pun akhirnya jatuh sakit, karena selalu memikirkan anaknya. Akhirnya para dukun membuat patung mirip Manggale. Lalu dipanggillah rohnya sehingga bisa menggerak-gerakkan tangannya. Perlahan sang raja mulai pulih dari sakit. Sejak saat itu orang Batak menyebut boneka itu sebagai Sigale-gale atau si lemas-lemas.

Dalam pertunjukan sekarang ini tentu boneka tidak dimasuki roh. Untuk menggerakkan dibuatkan sistem penggerak mekanis. Bahkan ada yang sampai dapat membuat boneka itu menangis.

Pertunjukkan patung Sigale-gale menari biasanya dimainkan dengan iringan musikal Sordam dan Gondang Sabangunan. Biasanya ada sekitar tujuh macam cara musik ritual Batak untuk memainkan tarian patung Sigale-gale ini.  Atraksi tarian Sigale-gale juga dilengkapi dengan 8-10 orang penari yang mengiringinya. Mereka akan menari tor-tor sesuai musik meskipun fokus utama tetap pada patung Sigale-gale.

Pertunjukan tarian mistis ini rupanya masih melekat dalam budaya Batak Toba dan tidak punah tergerus zaman. Hingga kini masih dapat dijumpai sejumlah patung yang dipahat puluhan tahun silam.Tak ingin kehilangan momentum, Sigale-gale, satu dari sejumlah legenda di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, mulai disiapkan menjadi andalan untuk menarik wisatawan.

"Kita akan bangun patung Sigale-gale setinggi 100 meter lebih beserta cable car (kereta gantung). Kami ingin menjadikan Kabupaten Samosir sebagai destinasi utama wisatawan di Sumatera Utara,” kata Bupati Samosir, Rapidin Simbolon, Rabu 17 Agustus 2016.

Biaya yang disiapkan? Cukup fantastis. Untuk Sigale-gale raksasa seukuran Monas, Rapidin mengaku sudah menyiapkan anggaran sebesar Rp80 M. Sementara untuk cable car, investasi yang disiapkan sebesar Rp120 miliar.

“Jadi kalau ada KKPDT lagi, wilayah kami sudah punya infrastruktur pariwisata yang bagus. Wisatawan jadi makin nyaman berwisata ke daerah kami,” ujarnya. (webtorial)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya