Ini Kata Gubernur Sumatera Barat Tentang Tour de Singkarak
Senin, 8 Agustus 2016 - 10:58 WIB
Sumber :
VIVA.co.id
- Tour de Singkarak 2016 sudah diluncurkan Menpar Arief Yahya di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kemenpar, Jalan Medan Merdeka Barat Jakarta, pekan lalu. Suasana peluncuran itu sangat meriah, dihadiri Gubernur Irwan Prayitno dan seluruh Bupati-Walikota yang dilintasi balapan sepeda internasional TdS 2016 tersebut.
Optimisme terus dibangun di Bumi Minang Kabau, dengan sport tourism yang sanggup mengangkat destinasi Sumbar di level global.
Menpar Arief hanya bercerita sedikit soal teknis TdS 2016 itu, karena event itu hanyalah cara untuk mencapai tujuan. Salah satu atraksi man made yang mengundang orang datang.
"Selebihnya, yang harus dipikirkan adalah 3A-nya, Atraksi, Akses dan Amenitas, sebagai destinasi berkelas dunia. Deatinasi halal, yang sedang didorong agar bisa mendatangkan wisman yang lebih besar," kata Arief Yahya.
Kalau soal ujung dari kemajuan pariwisata, itu sudah dibeberkan Menpar Arief di launching itu. Lalu bagaimana mengawalinya? Jawabannya adalah: CEO Commitment! Ketika Gubernur, Bupati, Walikota serius, penuh komitmen membangun pariwisata, semua akan lancar dan cepat menuju ujung tujuan. Begitu pun sebaliknya. Kalau tidak serius? Ya hanya akan menjadi wacana yang tak berujung.
Ada posting yang cukup menarik, dari tulisan Gubernur Irwan Prayitno dibawah ini:
Tour de Singkarak 2016
Oleh Irwan Prayitno
Di tengah kemeriahan dan optimisme persiapan TdS 2016 ini, tetap ada yang bertanya apakah TdS berpengaruh terhadap pariwisata Sumbar. Untuk menjawab hal ini, maka beberapa informasi berikut bisa menjelaskannya.
Setelah tujuh kali digelar TdS, ternyata sudah bermunculan destinasi wisata baru yang makin dikenal masyarakat lebih luas lagi. Tidak lagi Danau Singkarak semata. Beberapa di antaranya, Pantai Carocok, Pantai Gandoriah, Pantai Padang, Lembah Harau, Kelok 9, Pantai Tiram, Istana Pagaruyuang, dan masih ada lagi yang lainnya. Di samping itu juga ada Masjid Raya Sumbar, Tugu Perdamaian dan Tugu IORA yang sudah dijadikan tempat berfoto bagi para wisatawan.
Destinasi wisata ini makin dikenal masyarakat karena Start dan Finish setiap etape berada di destinasi wisata. Dengan diliput media dalam dan luar negeri seperti Euro Sport, menjadikan berbagai destinasi wisata tersebut makin dikenal masyarakat dalam penyajian yang berbeda, yaitu iven balap sepeda. Bahkan tumpukan kliping pemberitaan TdS setiap kali diadakan yang dikumpulkan oleh Kementerian Pariwisata RI tingginya mencapai 1 meter. Ini menunjukkan massifnya pemberitaan TdS oleh banyak media.
Selain itu, lebih 1.000 kilometer jalan yang diperbaiki setiap tahun untuk jalur balap sepeda menyebabkan semakin lancarnya arus orang, barang dan jasa. Sehingga turut memudahkan wisatawan mengunjungi berbagai destinasi wisata yang ada di Sumbar.
TdS juga merupakan event balap sepeda dengan jumlah penonton terbanyak peringkat ke-5 di dunia berdasarkan data Amouri Sport Organization (ASO) dan Union Cycliste Internationale (UCI). Dan diakui UCI sebagai iven dengan “very high level security.” Ini artinya, masyarakat mendukung dan menikmati iven TdS ini, karena juga sebagai hiburan bagi mereka.
Selain itu, dengan sudah berlangsungnya TdS selama 7 kali, semakin banyak masyarakat yang sadar bahwa iven ini bermanfaat pula untuk meningkatkan pendapatan mereka. Masyarakat bisa menjual oleh-oleh, souvenir, ragam kuliner maupun menyediakan penginapan di sekitar kawasan wisata, baik selama berlangsungnya TdS maupun di luar TdS.
Hotel dan penginapan lainnya setiap kali penyelenggaraan TdS ini umumnya penuh. Bahkan di beberapa tempat yang masuk di etape tertentu tidak tersedia hotel dan penginapan yang cukup sehingga rombongan yang ingin menginap akhirnya kembali ke Padang. Pertambahan hotel dan homestay di Sumbar sebenarnya cukup signifikan. Tahun 2010 jumlahnya 263 unit, kemudian meningkat menjadi 388 unit pada 2015. Atau dari jumlah kamar, ada tambahan hampir 3.000 kamar baru.
Komitmen dan konsistensi penyelenggaraan TdS di satu sisi memperlihatkan adanya iklim yang kondusif bagi pariwisata dan juga investasi. Karena dari situ bisa dilihat adanya keamanan yang baik sehingga pembangunan dan investasi bisa berjalan. Selain itu TdS juga menjadi sebab munculnya iven serupa di Indonesia seperti Tour de Ijen (Banyuwangi) dan Tour de Flores yang juga berkonsep “sport tourism.” Ini artinya pemerintah daerah lain melihat bahwa iven olah raga seperti balap sepeda bisa menjadi ajang promosi efektif destinasi wisata yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
TdS merupakan ajang promosi pariwisata dan budaya Sumbar kepada publik di Indonesia dan luar negeri. Meskipun pernah diselenggarakan pada masa sulit seperti masa pemulihan akibat gempa 2009, TdS sekaligus memperlihatkan kebangkitan kembali sekaligus eksistensi pariwisata Sumbar. Dari empat kota/kabupaten yang berpartisipasi pada awalnya, kini hampir seluruh kota/kabupaten berpartisipasi. Semoga dengan kebersamaan yang makin kokoh ini, pariwisata Sumbar semakin baik ke depannya, yang berujung kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat. (Webtorial)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Setelah tujuh kali digelar TdS, ternyata sudah bermunculan destinasi wisata baru yang makin dikenal masyarakat lebih luas lagi. Tidak lagi Danau Singkarak semata. Beberapa di antaranya, Pantai Carocok, Pantai Gandoriah, Pantai Padang, Lembah Harau, Kelok 9, Pantai Tiram, Istana Pagaruyuang, dan masih ada lagi yang lainnya. Di samping itu juga ada Masjid Raya Sumbar, Tugu Perdamaian dan Tugu IORA yang sudah dijadikan tempat berfoto bagi para wisatawan.