Jamu Kunyit Desa Bengkala, Olahan Sehat Kelompok Disabilitas ‘Kolok’

Jamu Kunyit Desa Bengkala, Sakuntala.
Sumber :

VIVA – Indonesia kaya. Kaya akan keindahan alam dan hasil alamnya. Setidaknya itulah yang terlihat dari Desa Bengkala, salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kubu Tambahan Kabupaten Buleleng Provinsi Bali. Di antara pepohonan jati yang menjulang tinggi, juga pohon pisang, mangga, jambu mete, dan bunga-bunga bougenville yang bermekaran, tanah Desa Bengkala juga dianugerahi oleh tumbuhnya kunyit. 

Selain pare, rumput gajah, dan ketela pohon, tanaman rempah-rempah berwarna jingga yang menjadi salah satu tanaman semusim ini juga tumbuh subur di Desa Bengkala. Bukan hanya itu saja, Desa Bengkala sendiri juga terbilang desa yang istimewa. Pasalnya, Desa ini dikenal karena keberadaan masyarakat tuli-bisu atau kolok yang hidup rukun dan berdampingan dengan masyarakat normal. 

Bahkan saking rukunnya, masyarakat normal yang hidup di Bengkala sekitar 80%-nya bisa berbahasa isyarat demi agar dapat berkomunikasi dengan masyarakat yang tuli-bisu. 

Nah, untuk kunyit yang tumbuh di Desa Bengkala pun menjadi primadona di pasar lokal Buleleng. Berangkat dari hal tersebut, kunyit kemudian diolah oleh warga setempat menjadi minuman sehat yang menyegarkan. 

Pengolahan hasil panen kunyit di Desa Bengkala merupakan hasil dari pengembangan Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM) yang ditujukan kepada keluarga penyandang tuli bisu khusus di Desa Bengkala. 

Hal ini pun seperti dijelaskan I Made Arpan, Kepala Desa Bengkala bahwa sumber pendapatan masyarakat secara umum menggantungkan pada sektor pertanian. Salah satu komoditasnya adalah kunyit.

“Namun kebanyakan, kunyit dijual ke pasar belum diolah menjadi barang jadi atau bentuk produk turunan, misalnya jamu ataupun ekstrak kunyit sebagai bahan pembuat kosmetik,” jelas I Made Arpan kepada tim Viva melalui pesan singkat. 

Karena kondisi yang terbatas inilah, I Made mengatakan sekitar tahun 2014 pemerintah desa bekerja sama dengan BUMN melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) memberikan bekal keterampilan hidup untuk komunitas kokok. 

“Sekitar tahun 2014, Pertamina masuk dan menjalin kerjasama dengan Pemerintah Desa Bengkala melalui program CSR-nya dan membuat serangkaian program/kegiatan untuk menguatkan keterampilan hidup (life skill),” papar I Made.

Wamenkeu Thomas Ajak Masyarakat Ikut Awasi Penggunaan Dana Desa

Pemetaan kegiatan ini, lanjut I Made, yaitu terfokus pada potensi ekonomi strategis desa yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi komunitas kolok sebagai pelaku ekonomi lokal desa. 

“Dalam pemetaan ini didapatkan lah komunitas kunyit. Kita melaksanakan kegiatan pelatihan keterampilan minuman kunyit asam. Pelatihannya, mulai dari teknik pembuatannya hingga pemasaran serta membangun gazebo sebagai show room dan balai pemasaran produk,” ujar I Made.

Thomas Djiwandono Ungkap Bukti Dana Desa Turunkan Angka Kemiskinan dan Majukan Ekonomi

Baru setelah program CSR berhenti, pada tahun 2016- 2017 pemerintah desa membuat rencana program dan alokasi anggaran untuk melanjutkan warisan program kerjasama desa-BUMN tadi dalam bentuk pengetahuan dan kelembagaan ekonomi masyarakat kolok.

“Kami mendapatkan anggaran sebesar Rp33.500.000 dalam APBDesa 2017 untuk pelatihan Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM),” kata I Made.

Prabowo Bakal Lanjutkan Komitmen Jokowi Membangun Desa, Kata Bamsoet

Hasilnya, kini masyarakat kolok memiliki keterampilan tambahan dalam dunia usaha pertanian kunyit. Kapasitas produksi kunyit pun meningkat. Kegiatan produksi jamu ini, per-harinya bisa menghabiskan bahan baku kunyit antara 5 – 10 Kg, sedangkan produktifitas per- tahunnya mencapai 20 – 40 Ton.

Tidak hanya itu, produksi kunyit Desa Bengkala pun dinyatakan sebagai kunyit kualitas super yang memiliki tingkat kekuningan kunyit yang maksimal dan rasa yang lebih pekat jika dibandingkan dengan kunyit dari daerah lainnya di Buleleng. 

Menteri Desa dan Daerah Tertinggal Yandri Susanto

Mendes Yandri Tegaskan 20 Persen Dana Desa untuk Ketahanan Pangan, Nilainya Capai Rp 16 Triliun

Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto mengungkapkan bahwa sebesar 20 persen dari total anggaran dana desa dialokasikan untuk ketahanan pangan.

img_title
VIVA.co.id
25 November 2024