Jadikan Mudik sebagai Momen untuk Kembali Membangun Desa

Mudik Asik Bangun Desa
Sumber :
  • Dok. Kemendesa

Setiap tahun, Indonesia dihadapkan pada rutinitas mudik menjelang Hari Raya Idulfitri. Berjuta manusia akan mudik guna menikmati indahnya Hari Kemenangan. Ya, setiap menjelang Lebaran, orang-orang dari kota melakukan eksodus menuju dusun, kampung atau desa mereka.

Netizen Soroti Kesalahan Tata Bahasa Surat Menteri Desa yang Viral untuk Kepentingan Pribadi

Pemudik dari tahun ke tahun jumlahnya terus meningkat. Tahun 2018, jumlah pemudik mencapai angka 19,5 juta jiwa. Tahun ini, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memperkirakan bahwa jumlahnya akan mencapai 23 juta orang.

Melonjaknya jumlah pemudik ini tidak terlepas dari kian banyaknya masyarakat yang notabene sebagian besar berasal dari perdesaan yang terus memadati kawasan perkotaan. Artinya, ada peningkatan jumlah manusia yang melakukan urbanisasi ke kota-kota besar dan meninggalkan desa.

Gagas Jabatan Kades 9 Tahun, Gus Halim Bersyukur Dapat Dukungan Luas

Ada beberapa sebab mengapa minat orang desa sangat besar untuk datang, tinggal, dan bekerja di kota. Ketersediaan peluang ekonomi, sosial, maupun politik yang lebih besar di kawasan perkotaan tidak bisa dimungkiri menjadi semacam magnet kuat yang menyedot banyak orang untuk terus menyerbu kawasan perkotaan.

Apalagi kemudian kawasan perkotaan tidak terlepas dari pembangunan ekonomi negeri ini yang sejauh ini masih cenderung bersifat urban sentris alias lebih memusat di kawasan perkotaan. Hal inilah yang kemudian menyebabkan terjadi disparitas ekonomi yang lebar serta mencolok antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.

Resolusi 2023, Gus Halim: Harus Lebih Fokus, Detail dan Terintegrasi Antar Unit Kerja

Dana Desa dan Pembangunan Perekonomian Desa

Padahal, jika dilihat dengan jeli, kawasan perdesaan di Indonesia sesungguhnya memiliki banyak potensi besar yang layak dikembangkan untuk menjadi sumber aktivitas perekonomian. Sayangnya, karena kebijakan pembangunan ekonomi yang cenderung lebih memusat di kawasan perkotaan, maka banyak potensi besar yang ada di kawasan perdesaan menjadi kurang atau tidak tergarap dengan baik.

Masalah kurang berkembangnya perdesaan di Indonesia kemudian menjadi fokus penting di pemerintahan Jokowi-JK. Di era Jokowi ini, kemudian muncul slogan “membangun dari desa”, bahkan Jokowi mengatakan desa adalah bintang utama pembangunan selama pemerintahannya. Hal ini membuktikan niat pemerintahan Jokowi untuk membangun dari pinggir alias membangun mulai dari desa dengan melibatkan masyarakat desa secara lebih aktif.

Guna menjalankan pembangunan desa, Pemerintah Pusat menggelontorkan dana yang diperuntukkan bagi desa di seluruh Indonesia. Dalam penggunaan Dana Desa berdasarkan UU Desa, Kepala Desa berwenang untuk menetapkan program prioritas dalam melaksanakan pembangunan di desa dengan terlebih dahulu melewati musyawarah desa. Diharapkan pembangunan dan pengembangan perekonomian di desa menjadi lebih baik dengan adanya Dana Desa.

Sejalan dengan turunnya Dana Desa, kemudian Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi meluncurkan sebuah program yang bernama Program Inovasi Desa. Program ini memiliki tujuan membuat inkubasi agar masyarakat desa membuat inovasi-inovasi dalam penggunaan Dana Desa untuk peningkatan SDM dan ekonomi yang sesuai dengan potensi masing-masing.

Keberadaan Program Inovasi Desa, menurut Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo, dinilai bisa mempercepat peningkatan ekonomi sesuai dengan potensi desanya masing-masing. Keberhasilan Program Inovasi Desa sudah  banyak dilihat di desa-desa di Indonesia.

Desa-desa seperti Kutuh, Ponggok, dan Panggungharjo menjadi sangat sedikit dari banyak contoh Pemerintah Desa yang telah sukses melakukan inovasi pada potensi desa yang dimilikinya. Tak heran kalau kemudian Kementerian Desa PDDT terus berupaya mendorong desa-desa melakukan inovasi. Saat ini saja tercatat kurang lebih 30 ribu inovasi desa. Diharapkan inovasi dari desa sukses bisa dibagikan ke desa lainnya supaya bisa diikuti.

Keberhasilan inovasi desa dalam membangun dan meningkatkan kapasitas dan kinerja perekonomian desa tentu meninggalkan hasil yang positif. Misal, inovasi dalam bidang infrastruktur tentu akan terasa langsung dengan membaiknya jalan, membaiknya perairan atau yang lain. Inovasi di bidang produk unggulan desa tentu akan makin memperdayakan masyarakat desa. BUMDes pun terbangkitkan dengan adanya inovasi desa. Hasil-hasil inovasi desa bisa dikelola oleh BUMDes.

Semua hasil inovasi desa bisa tergambarkan dengan kemajuan yang ada di desa. Semakin maju desa, semakin baik pula pemberdayaan dan perekonomian masyarakat. Dengan makin membaiknya perekonomian desa, tentu akan mengurangi jumlah urbanisasi ke kota besar dan tentunya tidak makin menambah jumlah pemudik di masa depan. Mengapa mesti ke kota jika di desa sudah memiliki penghidupan yang cukup dan layak?

Lihat Desa Anda

Selama ini, pemudik selalu dikaitkan dengan masuknya uang ke desa atau peluang bagi desa untuk menerima perputaran dana besar melalui uang yang dibelanjakan pemudik. Namun, pandangan dari faktor ekonomi ini tidak dapat diandalkan sebagai satu-satunya keuntungan yang diperoleh desa saat pemudik pulang kampung. Ada faktor lain yang juga bisa menentukan haluan perkembangan desa, yakni narasi cerita pemudik di desanya.

Adalah hal biasa saat pemudik tiba di kampung halaman, mereka akan menceritakan narasi-narasi yang mereka rasakan tentang kota yang mereka tinggalkan. Jenis cerita ini menstimulasi masyarakat desa untuk mendapatkan gambaran tentang kemajuan kota, juga tentang bagaimana pelaku usaha di kota yang penuh dengan kreativitas dan inovasi. Ide-ide segar tentang pengembangan usaha ini pada titik tertentu dapat pula diimplementasikan di desa.

Di sisi lain, pemudik juga mendengar cerita dari warga lokal tentang apa yang terjadi di desa. Dari cerita tersebut, pemudik bisa melihat apa yang sudah terjadi di desanya selama ia tinggalkan. Apakah terjadi perubahan bernilai positif atau negatif? Jika perubahan yang terjadi adalah perubahan yang positif atau membangun desa, pemudik bisa mencari tahu apa yang menjadi trigger dari perubahan tersebut.

Kemudian, pemudik juga bisa melihat apakah masalah-masalah yang ada saat ia meninggalkan desa sudah terpecahkan. Jika sudah terpecahkan, pemudik bisa mendengar dan melihat apa jalan pemecahan masalah tersebut. Lalu, pemudik juga bisa melihat inovasi apa yang sudah dilakukan desanya yang bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Pemudik bisa mencatat dan merekam semua perubahan positif yang terjadi di desanya.

Namun, apa yang sudah dicatat dan direkam mengenai pembangunan yang terjadi di desa jangan disia-siakan. Alangkah baiknya jika pemudik membawa pulang berita baik tersebut ke kota tempat mereka tinggal dan menyebarkan berita pembangunan tersebut lewat cara mereka sendiri. Bukan hal yang tidak mungkin jika kemudian berita yang sudah tersebar itu bisa didengar, dilihat, dan dibaca oleh masyarakat desa lain dan kemudian mau meniru cara membangun desa yang sudah dilakukan desa sang pemudik.

Pemudik yang menjadi narasumber utama sekaligus penyebar berita pembangunan dan inovasi yang terjadi di desanya menjadikan berita tersebut aktual dan terpercaya. Berita itu menandakan bahwa desa sebenarnya memiliki potensi yang bisa diaktifkan untuk berkembang.

Dari segi finansial, dapat dipastikan bahwa desa memiliki kekuatan melalui Dana Desa yang besarnya bisa lebih dari Rp1 miliar per tahun. Dari segi potensi desa, tidak dapat disangkal bahwa setiap desa pasti memilikinya. Tinggal bagaimana masyarakat desa melakukan inovasi untuk mengembangkannya.

Nah, dengan potensi finansial dan potensi desa yang ada, alangkah baiknya kita turut membangun desa bukan malah meninggalkan desa. Selamat mudik!

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya