Sandera Perompak Tertolong Pete dan Tempe
- www.dailymail.co.uk
SURABAYA POST - Adegan menegangkan itu masih terbayang di kepala , Masbukhin, Mualim 1 Kapal MV Sinar Kudus asal Kediri, Jawa Timur. Pada 16 Maret 2011 lalu, ia bersama awak kapal lain menjadi sandera perompak Somalia. Masbukhin masih ingat awal penyanderaan, kala itu mereka melihat dua kapal boat mendekati Sinar Kudus. Dengan panggilan radio seluruh awak kapal dikumpulkan di anjungan.
"Perompak naik ke kapal. Ada dua sampai empat orang menembaki dari lambung kiri ke kanan," kata Masbukhin mengawali cerita saat ditemui Surabaya Post di Bandara Juanda.
Sejak hari itu pengalaman pahit harus diterima seluruh awak kapal. Mulai makanan persediaan yang dirampas, kamar tidur dikuasai perompak, sehingga awak kapal dipaksa tidur di anjungan. Seluruh kegiatan awak kapal dijaga ketat dengan todongan senjata api.
Menurut, Sugiyanto yang juga berasal dari Kota Tahu, Kediri, dia sampai kehilangan berat badan hingga 5 kilogram. "Dari sebelumnya 53 kg sekarang tinggal 48 kg," ujarnya didampingi anak-istrinya.
Singkat cerita, beberapa hari menjelang bebas, ketegangan mulai terasa. Puncaknya, pada 27 April 2011. "Para perompak yang awalnya setuju dengan tebusan, menolak. Mereka ternyata pecah pandangan," katanya. Padahal, M. Salah, komandan perompak sudah meneken persetujuan besaran uang tebusan sekitar 3 juta dolar AS.
Kapten Kapal Slamet Juhari juga punya pengalaman yang tak kalah menegangkan. Bahkan dia sempat mengatakan mau tinggal bersama perompak asalkan anak buahnya bebas. Juhari juga keras berbicara kepada kepala perompak, agar tidak mencederai anak buahnya. Juhari mengaku manut saja saat isi dompetnya dikuras perompak.
Awalnya, saat perampok datang, mereka mengatakan salah tangkap. Apalagi tahu awal kapal sesama muslim dan berasal dari Indonesia. Bahkan, para perompak meminta Juhari ikut mencari target. "Saya ikuti saja muter-muter tiga hari tapi tidak dapat (target). Tapi , mereka tidak tahu kalau saya sudah menghubungi dunia bahwa kapal kami disandera," kata Juhari.
Meski demikian, karena sebagian besar ABK beragama muslim, perompak mengizinkan mereka melaksanakan salat bahkan mengajak berjamaah. Beberapa di antaranya pun tak segan membaca Al Quran bersama.
Di tengah ketakutan terhadap perompak Somalia, para ABK ini juga memiliki kisah lucu. Menurut Fajar Tri Cahyono, awak bagian mesin; pete, tempe, dan ikan asin merupakan bahan makanan yang dibawa dalam jumlah besar. Makanan ini ikut dirampas perompak Somalia yang berjumlah sekitar 60 orang. Namun hingga akhir penyaderaan tiga jenis makanan tersebut tak disentuh. "Mereka ternyata tidak doyan, dan akhirnya ya kami yang makan sisa rampasan mereka," ujarnya. Sementara, perompak memilih memotong kambing yang ikut dibawa.
Meski kini trauma masih menghantui mereka, tapi bagi Masbukhin dan teman-temannya laut adalah dunia mereka. Mereka mengaku tidak kapok untuk kembali berlayar. "Saya tidak bisa bekerja di darat," kata Juhari lagi. Sedangkan Masbukhin juga tidak kapok untuk berlayar suatu saat nanti, "asalkan jangan lewat Somalia." (kd)