Surabaya Macet, Rp1 Triliun Menguap

Kendaraan terjebak macet.
Sumber :
  • ANTARA/Jafkhairi

SURABAYA POST – Semakin tingginya tingkat kemacetan di Surabaya berpotensi menimbulkan kerugian materiil. Menurut perhitungan pakar statistik, Kresnayana Yahya, akibat padatnya lalulintas sekitar Rp 1 triliun bisa menguap per harinya.

Presiden Vietnam Sampai Uber Prabowo Subianto Demi Bisa Foto Bersama Menterinya

“Perputaran uang di Surabaya mencapai Rp 4 trilliun tiap harinya, karena kemacetan menguap sekitar 25 persen, berarti sekitar Rp 1 trilliun yang hilang,” katanya saat dihubungi, Kamis (23/9).

Menurutnya, jumlah tersebut masuk dalam kategori unpredictional cost yang hilang ketika distribusi barang. Dampaknya, distribusi barang melambat sehingga stok barang tidak bisa lancar. Jika semakin parah, distribusi yang terhambat bisa mengakibatkan kenaikan barang akibat stok yang menipis.

Amanda Manopo Ungkap Tren Kecantikan 2025, Natural dan Bebas Operasi Plastik

“Selain berdampak pada sisi harga, omzet perdagangan dipastikan menurun terkena dampak kemacetan,” katanya.

Krenayana menilai kemacetan selain disebabkan ketidakmapanan infrastruktur juga dikarenakan lambatnya proses administrasi dalam proses bongkar muat. Jika ditelisik, kata dia, kemacetan sudah dimulai semenjak proses bongkar muat. Proses yang panjang mengakibatkan biaya yang harus dikeluarkan menjadi membengkak. Baik dari segi tenaga kerja maupun biaya transportasi. “Opportunity cost-nya menjadi lebih besar karena proses yang panjang akibat kemacetan tersebut, penjualan pun bisa menurun,” katanya.

Erick Thohir Beri Kode, Ole Romeny Pemain Naturalisasi Selanjutnya Timnas Indonesia

Secara terpisah, Pengamat Regional Economic Development Institute (REDI), Indra Nur Fauzi mengatakan kemacetan secara kasat mata pasti akan menyebabkan kenaikan konsumsi bahan bakar.

“Ada dua dampak, yaitu secara langsung seperti waktu maupun tidak langsung,” katanya.

Dampak langsung terkait waktu distribusi yang lebih panjang. Akibatnya, jumlah bahan bakar yang digunakan ketika proses distribusi menjadi bertambah. Selain itu, panjangnya waktu distribusi membuat tenaga kerja yang diperlukan menjadi bertambah. Sedangkan dampak tidak langsung dilihat dari sisi konsumen.

Kemacetan mengakibatkan konsumen juga mengeluarkan biaya yang lebih besar, sehingga potensi memicu penurunan alokasi belanja tiap bulannya.

“Kalau konsumsi bahan bakar meningkat akibat kemacetan, otomatis jumlah biaya yang dikeluarkan semakin tinggi,” katanya.

Dari sisi bisnis, dampak kerugian yang dialami oleh masing-masing jenis industri berbeda. Tentunya, sektor transportasi yang paling terpukul akibat jalanan yang semakin macet. Ini tak lain karena bahan bakar menjadi salah satu biaya terbesar dalam industri transportasi. “Saya belum menghitung berapa jumlahnya, tetapi untuk tiap jenis industri kerugiannya pasti berbeda,” imbuhnya.

Lebih lanjut Indra menyatakan dampak kemacetan juga menimpa Pemerintah. Akibat jumlah konsumsi bahan bakar yang semakin meningkat, kuota BBM bersubsidi makin tinggi.

“Otomatis, pemerintah juga terkena imbasnya, subsidi semakin meningkat dan semakin cepat habis,” ujaranya.

Pengamat ekonomi makro Unair, Subagyo juga memprediksi kemecetan bisa menjadi pendorong inflasi Surabaya menggeser  bahan pangan.

”Kalau sekarang bahan pangan yang menjadi penyebab inflasi, nantinya bisa jadi konsumsi energi akibat transportasi yang menjadi penyebab tingginya inflasi,” ujarnya.

Subagyo mengatakan, kemacetan tentu berimbas kepada biaya produksi. Akibat lebih lamanya waktu di jalan otomatis konsumsi energi juga akan bertambah. Sebagai efek lanjutan, tentunya subsidi BBM juga akan meningkat karena sampai saat ini pengguna BBM bersubsidi jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan BBM non subsidi.
Lingkar Barat

Makin padatnya arus lalulintas (lalin), mendorong Pemkot  Surabaya untuk melakukan berbagai terobosan. Sukses dengan pembangunan frontage road A Yani sisi Timur, sekarang digeber frontage road A Yani sisi barat.

Selain itu, pasca pembangunan lingkar Timur dalam (MERR II C), Pemkot juga akan segera menyelesaikan jalur lingkar Barat dalam.
Proyek ini dibangun dari Wiyung-PTC-Darmo Indah-Margomulyo. Program jalan ini sudah hampir terhubung dan tinggal penetapannya sebagai jalan lingkar dalam Surabaya barat.

Sedangkan untuk lingkar luar atau disebut west outer ring road (WORR) dibangun dari Lakarsantri-Citraland-Benowo-Pakal-Romokalisari. Khusus untuk jangkar lingkar luar Surabaya, rencananya pada 2011 diadakan pembebasan lahan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya