- REUTERS/Guglielmo Mangiapane
VIVA - Dia adik dari supermodel terkenal dunia, saudara tiri sosialita dan bintang reality paling top di Hollywood serta putri bungsu Kris dan Bruce Jenner, sebelum bertransformasi menjadi Caitlyn Jenner. Namanya, Kylie Kristen Jenner atau populer dengan panggilan Kylie Jenner.
Kylie mulai dikenal publik sejak usia sembilan tahun, ketika ikut membintangi reality show keluarganya, Keeping Up with the Kardashians. Dari seorang bocah menggemaskan, Kylie menjelma menjadi gadis cantik dengan penampilan sangat seksi.
Sayangnya, itu tak terjadi secara alami. Bibirnya yang bervolume, hasil injeksi filler dan beberapa bagian tubuhnya, meski tak diakui tapi diduga hasil bedah plastik. Bullying atau perundungan dan ketidapercayaan diri menjadi alasannya mengambil jalan pintas melakukan permak tubuh demi mendapatkan penampilan sempurna secara instan.
Namun tak cuma soal itu, ada sisi lain yang membuatnya dipuja remaja sedunia hingga menjadi salah satu dari 10 seleb dengan jumlah pengikut terbanyak di bumi, 98,7 juta followers di Instagram. Wanita yang lahir pada 10 Agustus 1997 ini dikenal sebagai sosok yang tahu apa yang dimau dan gigih memperjuangkannya. Selain soal mengubah bentuk tubuh, contoh lainnya adalah passion-nya pada lipstik hingga membuatnya menciptakan lini kecantikan, Kylie Cosmetics dengan produk pertama adalah Kylie Lip Kit.
Produk kosmetiknya hingga kini selalu ludes terjual hanya dalam hitungan menit. Dengan keberhasilanya, wanita berusia 20 tahun itu menjadi sosok independen di usia muda.
Pendapatan adik Kendall Jenner tersebut dari bisnis kosmetik yang dibangun sejak November 2015 mencapai Rp5,6 triliun. Menempatkan Kylie menjadi salah satu wanita muda paling sukses di dunia.
Dia pun menjadi sosok yang paling banyak memengaruhi remaja-remaja seusianya. Banyak yang akhirnya mengikuti gaya pakaian, rambut, penampilan hingga bisnis yang digeluti.
Aurel Hermansyah (tengah) bersama Anang Hermansyah (kanan) dan Azriel Hermansyah (kiri) saat berada di Jakarta. (VIVA/Nuvola Gloria)
Salah satunya, penyanyi Tanah Air Aurel Hermansyah, putri sulung Anang Hemansyah dan Krisdayanti. Selain penampilannya yang dianggap mengekor Kylie, Aurel juga punya bisnis kecantikan dengan label Aurelie Cosmetics.
Sebenarnya tak hanya Aurel, masih banyak remaja lain yang mengadopsi gaya Kylie. Itu mengapa mantan kekasih Tyga ini masuk dalam 30 remaja paling berpengaruh tahun 2016 versi majalah Time. Namanya yang populer dan menjadi influencer tak terlepas dari peran internet.
Dia yang lahir pada era internet memang sudah fasih dengan teknologi dan internet sejak anak-anak. Internet dan media sosial telah menjadi sumber informasi sekaligus memengaruhi kehidupan banyak orang.
Dikutip dari Live Science, internet lahir pada awal 1990-an berkat jasa seorang ilmuwan komputer bernama Tim Berners-Lee yang menemukan konsep World Wide Web (WWW) pada 1990.
Kemudian pada 1994, dia mendirikan World Wide Web Consortium dan pada tahun yang sama, Netscape Communication lahir dan Microsoft menciptakan browser Web untuk Windows 95.
Lahirnya internet menandai munculnya generasi baru. Generasi Z atau kids zaman now, penerus generasi millennial yang lahir di awal tahun 1980-an. Badan Statistik Kanada mendeskripsikan bahwa generasi Z adalah anak yang lahir antara tahun 1995-2014.
Sementara studi yang dilakukan The Center for Generational Kinetics (CGK) baru-baru ini menyebut bahwa generasi Z adalah mereka yang lahir antara tahun 1996 hingga 2015. Menurut CGK, generasi Z akan segera menjadi generasi pekerja, konsumen dan trendsetter yang paling cepat berkembang.
Generasi Z juga lebih berpengaruh daripada kalangan millennial, salah satunya karena pola pikir yang lebih realistis pada usia sangat dini.
Millenial Branding, sebuah grup konsultan dan penelitian Gen Y (millennial) menambahkan dan menegaskan bahwa generasi Z lebih berwirausahawan, lebih cepat terjun ke dunia kerja, praktis, realistis daripada optimistis, lebih melek teknologi dan siap untuk sukses dibanding generasi sebelumnya. Dan Kylie adalah anak generasi Z dengan karakteristik tersebut.
Selanjutnya, Tuntutan zaman
***
Tuntutan zaman
Generasi Z dari dalam negeri, Omar Daniel Assegaf mengatakan bahwa karakter pada generasi Z tercipta untuk menyesuaikan tuntutan era saat ini yang serba cepat dan praktis. Di sisi lain, dia yang lahir pada 5 April 1995, menyukai kebebasan, lebih ekspresif dan kreatif. Peraturan hanya akan menghambat perkembangan.
Anak generasi Z juga lebih rebel alias pemberontak, merasa lebih pintar dan egois karena punya pemikiran dan pengalaman di bidang tertentu, meski kenyataannya tak semua begitu.
"Meski rebel, tapi kami jauh lebih aktif, ekspresif dan tidak biasa untuk dikekang. Kami lebih bisa mengekspresikan apa yang kami mau," kata aktor berusia 22 tahun tersebut kepada VIVA.co.id.
Dan sebagai seorang figur publik yang lahir di era internet, pria kelahiran Surakarta ini aktif di media sosial. Generasi Z memang cenderung lebih intens menjalin komunikasi lewat media sosial.
Dan media sosial bagi anak generasi Z golongan pertama ini, sangat penting karena tak hanya menghubungkan dia dengan keluarga dan teman atau organisasi tapi juga tempat untuk mencari hiburan dan inspirasi di tengah keterbatasan waktu dan kesibukan.
Apalagi sejak Omar menjadi selebriti dan tinggal di kota berbeda dengan orangtua, media sosial menjadi penghubung utama, pelepas rindu dan 'mata'-nya melihat keluarga. Karena itu, setiap saat waktu kosong, pemain Berkah Cinta itu tak akan membuang kesempatan mengakses internet.
"Enggak munafik ya, internet sudah bagian dari hidup, enggak bisa dihitung (berapa lama mengakses internet)," ujarnya.
Seorang gadis melakukan swafoto (selfie) di sebuah murah taman di Jakarta. (REUTERS/Agoes Rudianto)
Dan meski generasi Z senang pamer foto dan mengumbar privasi mereka di dunia maya, namun ternyata ada yang tetap menjaga privasinya, seperti Omar. Dia meski senang menggunggah beberapa foto diri dan aktivitasnya di media sosial, namun tidak untuk kehidupan keluarganya.
Untuk mengunggah sesuatu ke media sosial, Omar pun bakal mempertimbangkan dampaknya. Dia akan memilih mengunggah sesuatu yang menyenangkan dan dapat memberi dampak positif.
"Karena apa pun yang ada di internet itu tidak akan hilang sampai kapan pun, jadi harus hati-hati," katanya.
Soal penggunaan internet, jika Omar begitu akrab dengan internet dan gawainya, YouTuber dan influencer berusia 17 tahun bernama Dinda Shafayana ini justru mengunakan seperlunya. Dia hanya memakai internet untuk YouTube dan mencari sesuatu yang membuatnya penasaran.
"Aku pakai internet secukupnya karena aku bukan tipikal yang gadget-an 24/7 (setiap hari). Kalau aku ketemu sesuatu tapi enggak tahu itu apa, aku bakal langsung searching," ujarnya kepada VIVA.co.id.
Dibanding tenggelam dengan internet dan media sosial, Dinda lebih suka mencari kesibukan yang tidak ada kaitannya dengan internet. Dan ketika menggunakan internet, remaja yang menggunggah video pertama di YouTube pada Juli 2015 lalu ini tak asal menggunakannya.
Selanjutnya, Lebih produktif dan modis
***
Lebih produktif dan modis
Dengan pengikut 29,6 ribu di Instagram, Dinda memakai internet untuk memberikan manfaat kepada orang lain, bukan melakukan hal bodoh untuk membuatnya terkenal.
Beberapa konten video di channel YouTube miliknya memang sangat bermanfaat karena berisi DIY things, tutorial, travel serta hal-hal menarik dan menyenangkan.
Remaja-remaja generasi Z ini memang lebih produktif dibanding generasi sebelumnya. Di usianya yang belum genap 20 tahun, Dinda sudah memiliki 200 ribu orang yang mengikuti kegiatannya. Dia juga sudah bekerja sama dengan label besar.
Bahkan dalam salah satu videonya, Dinda buka-bukaan habis belanja tas bermerek dengan nilai hampir Rp100 juta dari koceknya sendiri. Tas yang dibelinya adalah tas bermerek, seperti Coach, Michael Kors, Kate Spade, dan Longchamp. Tidak hanya untuk pribadi, tapi Dinda juga membeli untuk ibu dan saudaranya. Ini tentu saja bukan lagi privasi.
Tapi itu membuktikan bahwa di usia masih sangat muda, dia sudah menghasilkan uang dengan kreativitas dan produktivitasnya. Sama dengan Dinda, Omar juga sudah menghasilkan pundi-pundi rupiah dari profesinya sebagai bintang iklan, model dan aktor ketika masih kuliah. Ini sesuai dengan penelitian CGK yang menyebutkan, generasi Z lebih cerdas soal duit, membayar kuliah atau belanja dengan tabungan pribadi, dan bekerja sambil kuliah.
Tak cuma itu, mereka juga peduli pada penampilan karena busana dan dandanan yang baik akan memberi kesan yang positif.
Dinda sendiri mulai memperhatikan penampilan sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), ketika dia sadar bahwa tampil cantik itu penting. Dinda suka gaya busana yang berbeda karena senang menjadi pusat perhatian. Namun, pada dasarnya, gaya sporty dan dress adalah favoritnya, dengan tas menjadi item wajibnya.
Sementara soal riasan, dia mulai mengenal make-up dua tahun lalu. Meski telah memakai make-up sejak usia 15 tahun, namun sebagai vlogger, Dinda tak selalu tampil full make-up. Kadang dia membebaskan wajahnya dari riasan.
"Sometimes, aku cuma pakai lip tint, lip balm dan moisturizer yang ada sunscrene-nya," kata remaja kelahiran Jakarta ini.
Sedangkan bagi Omar meski fesyen itu penting, namun dia tak ingin menjadi korban mode. Omar hanya memakai pakaian yang disukainya, sesuai karakter dan nyaman.
Dia juga akan membeli pakaian berkualitas karena akan membuatnya merasa lebih percaya diri. Kendati demikian, Omar tak mengalokasikan anggaran khusus untuk fesyen.
Memang tak hanya karakter, internet juga mengubah gaya hidup generasinya. Soal ini, pengamat gaya hidup Sonny Muchlison mengatakan, generasi Z menjadi acuh dengan lingkungan sekitar karena lebih banyak menghabiskan waktu dengan media sosial.
"Mereka enggak peduli ada peraturan yang sebenarnya, kecuali orang-orang yang telah diajarkan segala sesuatu di rumah," tutur dia kepada VIVA.co.id.
Seorang warga sedang mengakses smartphone-nya di pinggir jalan. (REUTERS/Thomas Peter)
Di samping itu, di generasi ini, etika dan kesopanan mulai luntur. Generasi Z juga banyak memakai kosakata atau akronim saat berbicara yang hanya dipahami oleh generasinya saja. Meski terlihat kreatif, namun menurut Sonny, jika kebablasan dan tidak digunakan pada waktu, tempat dan lawan bicara yang tepat akan berbahaya.
Menanggapi ini, Dinda mengatakan, memang ada sebagian generasi Z yang kurang beretika lantaran terlalu dimanja sehingga memiliki ego tinggi dan ketika ditegur akan melawan. Omar pun ikut bersuara. Menurutnya, beretika atau tidak, itu kembali ke individu masing-masing.
"Tergantung orangnya karena banyak generasi Z yang masih beretika, memegang budaya dan nilai sopan santun tapi ada juga yang sengaja atau enggak merasa harus mengikuti budaya modern. Tapi saya juga tak menutup mata bahwa ada yang tidak beretika," tuturnya.
Mengenai penggunaan kosakata dan akronim, Omar setuju harus disesuaikan dengan topik dan momennya serta kepada siapa berbicara. Tapi perlu diketahui bahwa setiap pergantian generasi, pasti ada sesuatu yang baru dan beda dari sebelumnya. Itulah namanya perubahan dan begitulah takdirnya.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan kids zaman now, faktanya mereka adalah generasi yang akan menggantikan generasi millennial untuk membuat perubahan nyata di masa depan.
Golongan awal generasi Z kini sudah berusia 22 tahun dan memasuki dunia kerja, golongan berikutnya akan dewasa dan dari ide serta tangan mereka akan lahir produk baru yang menandai era mereka. (ms)