- dok. pribadi
VIVA.co.id – Nurul gelisah. Temannya di Indonesia tak kunjung menjawab panggilan teleponnya. Sementara, petugas counter check-in Bandara Internasional Tan Son Nhat, Saigon, Vietnam, berkali-kali memeriksa kelengkapan dokumennnya. Petugas juga menanyakan mahram, pendamping lawan jenis yang hukumnya haram dinikahi.
Pagi itu, 27 Januari 2016, Nurul tiba lebih pagi dari jadwal penerbangannya. Ia berjalan santai menikmati suasana bandara Tan Son Nhat yang belum terlalu padat. Hatinya membuncah bahagia, membayangkan mimpinya yang sudah di depan mata. Ya, hari itu, Nurul akan berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah umrah. Ia akan melalui rute Saigon - Kuala Lumpur - Jeddah.
Namun kebahagiaan itu mendadak buyar, saat sadar bahwa ia sendirian, tanpa mahram, tanpa rombongan. Petugas bandara menahannya, mengonfirmasi tujuan dan berusaha memastikan adanya mahram yang diwajibkan Pemerintah Arab. Nurul berusaha menjelaskan, bahwa dia tak benar-benar sendirian. Ada rombongan, termasuk mahram, yang akan berangkat bersamanya dari Kuala Lumpur.
Beruntung, tak lama kemudian, petugas maskapai menghampiri dan menjelaskan kepada petugas bandara. Akhirnya ia pun diizinkan berangkat. Nurul diminta melakukan check-in ulang di Kuala Lumpur bersama mahram dan rombongannya. Mahasiswa pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini pun lega.
Wanita bernama lengkap Nurul Zuhro, yang di tahun 2016 kala itu masih berstatus mahasiswa tak berpikir panjang untuk memutuskan pergi umrah ketika kesempatan menghampirinya. Pasalnya, wanita ini sudah bermimpi ke Tanah Suci sejak lama. Menyandang status mahasiswa, Nurul belum sepenuhnya bebas finansial karena harus membayar biaya kuliah pascasarjana 2 semester, indekosnya di Jakarta, dan semua biaya hidup yang tak lagi ditanggung orangtuanya.
Namun, nasib berkata lain. Nurul bertekad untuk menyambangi Kakbah, tatkala seseorang memberitahunya, bahwa Allah tidak memanggil orang mampu untuk umrah, tapi memampukan orang yang dipanggil untuk umrah. Akhirnya, tepat di penghujung Januari 2016, Nurul terbang memenuhi panggilan-Nya.
Selanjutnya, berburu tiket murah.
Berburu Tiket Murah
Umrah Nurul saat itu bukan perjalanan yang mahal dan mewah. Sejak awal, dia memburu tiket murah sendiri lewat di dunia maya. Nurul berhasil mendapatkan tiket murah meriah, meski dengan rute yang panjang. Pilihannya jatuh pada rute pergi-pulang, Saigon - Kuala Lumpur - Jeddah.
Tak berhenti di sana, perburuan tiket masih berlanjut mengingat dia harus berangkat dari Ho Chi Minh City atau yang biasa dikenal Saigon, Vietnam. Lagi-lagi dengan upayanya yang keras, Nurul berhasil mendapatkan harga tiket penerbangan Jakarta - Kuala Lumpur, Kuala Lumpur - Saigon, serta tiket pulang kembali menuju Jakarta dengan total harga tak sampai Rp2 juta tanpa bagasi.
Nurul tak sendiri. Diah Andrini dan Julia Wingantini juga melakukan hal yang sama. Mereka memburu tiket pesawat murah untuk berangkat umrah. Diah yang merupakan karyawan swasta di Jakarta ini bercerita, tak ingin melewatkan kesempatan emas saat Agustus 2016 lalu ada tiket promo untuk penerbangan Kuala Lumpur - Jeddah - Kuala Lumpur.
Fantastis, karena Diah hanya membayar seharga Rp1.300.000 sudah termasuk bagasi 30 kg untuk keberangkatan Februari 2017 silam. Sementara tarif penerbangan Jakarta - Kuala Lumpur - Jakarta, ia membelinya dengan harga Rp980 ribu. Agak berbeda dengan Diah, Julia, saat dihubungi VIVA.co.id, Kamis, 24 Agustus 2017, mengaku mendapat harga tiket Rp5.400.000, namun untuk rute penerbangan langsung Jakarta - Jeddah - Jakarta.
Murahnya harga tiket pesawat menuju Jeddah, Arab Saudi, saat masa promosi rupanya menjadi salah satu cara jitu menyiasati biaya umrah agar lebih hemat. Pemangkasan tarif dinilai sangat menggiurkan dibanding memilih umrah dengan jalur reguler bersama agen travel. Umrah model ini biasa disebut dengan umrah mandiri atau backpacker. Selain faktor murah, rupanya ada beberapa hal lain yang membuat banyak orang tertarik melakukan perjalanan ibadah ini dengan cara tersebut.
Diah Andrini Dewi, Pelaku Umrah Mandiri
Selanjutnya, umrah mandiri.
Umrah Mandiri
Istilah umrah mandiri atau umrah backpacker muncul untuk menggambarkan aktivitas umrah yang dilakukan seseorang dengan biaya lebih murah dibanding umrah reguler yang tarif paketnya sudah ditetapkan agen travel. Namun, umrah mandiri bukan berarti tanpa bantuan agen. Sebab, pembuatan visa dan landing arrangement atau pengurusan segala sesuatu di Arab Saudi tak bisa dilakukan sendiri.
Menurut Diah, umrah mandiri tanpa bantuan agen memungkinkan dilakukan jika seseorang memiliki visa bisnis atau kerja, visa panggilan bagi yang memiliki kerabat di Arab Saudi sebagai penjamin, atau visa transit. Namun, negeri tersebut, berdasarkan hukum Islam dan alasan keamanan, juga mewajibkan setiap wanita untuk memiliki mahram atau pria yang haram untuk dinikahi sebagai pendamping. Karenanya, bagi calon jemaah wanita yang ingin melakukan umrah mandiri dan berangkat sendiri, Surat Keterangan Mahram jadi syarat yang dibutuhkan.
Umrah mandiri sebenarnya tak jauh berbeda dengan umrah reguler umumnya. Nining, Direktur Al Bayt, agen travel yang biasa melayani para pelaku umrah mandiri mengatakan, perbedaan kedua jenis umrah ini hanya pada pengurusan keberangkatan di Indonesia.
"Sama aja, bedanya kalau yang backpacker, jemaah lebih mandiri. Buat grup sendiri atau cari teman-teman sendiri. Beli tiket sendiri atau hunting tiket promo, karena komponen terbesar umrah adalah tiket. Normalnya sekitar Rp12-16 jutaan, kalau ada tiket promo yang harga Rp5-7 juta kan jadi hemat banyak," ujarnya kepada VIVA.co.id.
Berdasarkan pengalamannya, Diah menambahkan, selain masalah biaya, ada beberapa hal yang membedakan umrah mandiri dengan umrah reguler. Beberapa di antaranya terkait ustaz pembimbing, atribut jemaah, dan akomodasi selama di Arab.
"Umrah regular, pihak travel akan turut memberangkatkan ustaz pembimbing dari Jakarta untuk menyertai perjalanan jemaah. Sementara untuk umrah backpacking, ustaz pembimbing yang ditunjuk pihak travel merupakan ustaz (orang Indonesia) yang berdomisili di Arab Saudi dan baru akan mulai membimbing jemaah sesampainya kami di Arab Saudi," ujar wanita yang akrab disapa Dee ini kepada VIVA.co.id.
Sementara itu, atribut atau perlengkapan para jemaah yang biasanya disediakan agen travel untuk pelaku umrah reguler juga jadi pembeda. Dalam hal ini, terjadi kesepakatan di masing-masing grup umrah mandiri. Diah, misalnya, mengaku tidak mendapatkan koper, mukena, baju seragam, tas kecil, pakaian ihram, bergo, dan peci dari pihak agen demi memangkas biaya. Grupnya saat itu hanya mendapat buku doa, syal sebagai tanda pengenal, dan bantal leher sebagai suvenir dari pihak agen travel.
Adapun seragam, ia dan teman-teman yang akan berangkat bersamanya sepakat untuk mencari sendiri dengan dikoordinir oleh satu orang dalam kelompok, tidak difasilitasi oleh pihak agen travel. Keperluan pribadi lainnya biasanya mencari masing-masing. "Untuk akomodasi dan transportasi tidak jauh berbeda, antara di hotel bintang 4 atau bintang 3, tergantung dari bagaimana pihak travel mengatur alokasi bujetnya. Alhamdulillah tempo hari saya dapat hotel bintang 4 selama umrah.”
Selanjutnya, cara umrah mandiri.
Kolektif
Al Bayt yang sudah berkecimpung di bidang ini sejak tahun 2013 menyebut, syarat utama bagi calon jemaah umrah mandiri adalah memiliki grup dengan jumlah minimal 15 orang dan tentunya tiket pesawat pergi-pulang.
Para pelaku umrah mandiri ini punya cerita serupa tentang bagaimana akhirnya mereka membentuk grup untuk bisa mendaftarkan diri ke agen travel. Pertama, mereka akan berburu tiket promo masing-masing. Setelah berhasil, pencarian komunitas dilakukan. Mereka akan mencari orang lain yang sudah memiliki tiket dengan tanggal keberangkatan yang sama di sejumlah komunitas online, mulai dari Facebook hingga forum para pecinta jalan-jalan, seperti Kaskus, Backpacker Indonesia, dan lain sebagainya.
Mereka kemudian akan melanjutkan dengan perkenalan dan koordinasi detail lewat aplikasi obrolan instan, seperti WhatsApp, Line, dan lain-lain. Tak jarang, mereka juga menggelar pertemuan untuk membahas rencana perjalanan tersebut.
"Teknisnya dimulai dengan mencari tiket promo, mencari agen travel yang dapat mengakomodir kebutuhan kami sesuai dengan bujet yang dianggarkan. Bersama pihak agen travel mengurus kelengkapan dokumen untuk pembuatan visa dan surat mahram, suntik vaksin meningitis, dan mendiskusikan itinerary yang akan dijalankan. Sebab bilamana memungkinkan, jemaah bisa mengusulkan destinasi tambahan untuk dikunjungi, tentu biaya destinasi tambahan di luar harga paket awal," ujar Diah.
Proses selanjutnya adalah tahap pembayaran. Rata-rata, pembayaran untuk pembuatan visa dilakukan 40 hari sebelum tanggal keberangkatan. Sementara itu, biaya landing arrangement selama di Arab Saudi akan dibayarkan kepada pihak agen travel paling lambat 30 hari sebelumnya.
"Setelah mengirim berkas (permohonan pengajuan visa) ke travel, lalu melakukan pembayaran biaya visa H-40. Sedangkan kalau land arrangment paling lambat H-30 keberangkatan," kata Julia.
Rombongan Jemaah Umrah Mandiri
Biaya umrah mandiri berbeda-beda setiap orangnya. Terkait tiket pesawat, tentu saja bergantung pada kelihaian dan keberuntungan masing-masing dalam memburu harga promo. Namun pada biaya landing arrangement, satu sama lain rupanya tak jauh berbeda. Nurul, misalnya. Di tahun 2016 lalu, ia membayar US$550 untuk perjalanan ibadahnya selama 9 hari. Julia sendiri mendapat harga US$590 untuk jumlah hari yang sama dan Diah US$505 untuk 7 hari perjalalan. Jika dikonversikan dengan kurs dolar saat ini, biaya landing arrangement masing-masing secara berurutan berada pada kisaran Rp7,3 juta, Rp7,8 juta, dan Rp6,8 juta.
Landing arrangement biasanya meliputi fasilitas hotel, makan, bus sebagai moda transportasi, ustaz pembimbing, dan fasilitas lain yang berbeda-beda tergantung agen travelnya. Biaya pokok lain yang harus dibayar para jemaah umrah mandiri meliputi visa yang berkisar US$75 atau sekitar Rp1 jutaan, Surat Keterangan Mahram jika perlu sekitar Rp250 ribu, dan vaksin meningitis sebesar Rp305 ribu.
Jika ditotal, landing arrangement untuk lama 7 hingga 9 hari perjalanan hanya memakan kisaran Rp7 hingga Rp8 jutaan saja. Sementara biaya pokok lain seperti visa dan sebagainya sekitar Rp1,5 juta. Harga tiket akan menjadi pembeda yang mencolok. Berdasarkan keterangan para pelaku umrah mandiri yang dihubungi VIVA.co.id, harga termahal tiket pesawat menuju Jeddah hingga kembali ke Tanah Air adalah Rp5,4 juta. Seperti pengakuan Diah, total biaya pokok untuk perjalanan umrah mandirinya yang lalu selama 7 hari sekitar Rp10 jutaan. Sementara Julia menyebut, ia menghabiskan sekitar Rp13 jutaan total biaya pokok perjalanan 9 harinya.
Nining punya estimasi bujet para pelaku umrah mandiri. Menurutnya, harga tiket pesawat pergi-pulang termahal para pelaku umrah mandiri sekitar Rp7,5 juta. "Umrah backpacker atau mandiri tergantung tiket. Paling mahal biasanya mereka dapat Rp7,5 juta (Garuda promo) + biaya visa + LA (landing arrangement) sekitar Rp7 juta, jadi Rp14,5 sudah bisa berangkat umrah, kalau reguler paling murah Rp19,5 juta," ujarnya.
Selanjutnya, umrah mandiri kian diminati.
Kian Diminati
Tren umrah mandiri ini sebenarnya sudah terlihat sejak tahun 2012. Tiap tahun, gaya umrah yang dinilai hemat ini makin mewabah dan menjamur di mana-mana. Al Bayt mendata, setidaknya ada seribu jemaah yang berangkat umrah mandiri setiap tahunnya. Selain biaya, ada sejumlah faktor lain yang rupanya jadi pertimbangan para pelaku umrah mandiri ini.
"Alasan awalnya klise, lebih murah. Keuntungannya ya memang bisa memangkas harga perjalanan itu tadi dan risikonya tidak terlalu banyak. Ada bebeberapa hal yang bisa dipangkas seperti biaya tiket, seragam, dan koper. Contoh koper (yang termasuk paket agen travel umrah reguler) kita siasati dengan menggunakan koper kita (pribadi), bisa hemat sampai Rp1,5 juta. Yang terpenting lebih aman soalnya enggak perlu ada dana awal yang harus disetorkan. Kita juga bisa me-refund tiket kalau misalkan tidak bisa berangkat, kalau biaya land arrangement 30 hari sebelum keberangkatan, jadi kita tidak mengeluarkan biaya awal di muka," tutur Julia.
Diah dan Nurul punya alasan serupa. Umrah mandiri jadi pilihan, karena dianggap lebih ekonomis. Selain itu, mengatur sendiri perjalanan suci ini jadi keseruan yang punya nilai lebih bagi mereka.
"Kita pun akan terlibat secara langsung dalam proses dan mekanisme persiapan untuk keberangkatannya, mulai dari mencari tiket promo ke Jeddah, memilih agen travel yang dapat mengakomodir kebutuhan kami sesuai dengan bujet yang kami anggarkan sampai sumbang saran mengenai itinerary yang akan kami jalani, serta melakukan koordinasi dengan teman-teman yang akan turut umrah bersama, di mana hal itu merupakan pengalaman yang cukup berharga bagi saya dan teman-teman," kata Diah.
Berdasarkan pengalaman yang mereka alami, tak ada kendala yang berarti dari proses perencanaan, persiapan, hingga pelaksanaan umrah mandiri. Umumnya, mereka mengaku kesulitan dalam komunikasi dan koordinasi antaranggota grup karena setiap orang berasal dari domisili yang beragam.
"Menurut pengalaman saya, baik pribadi maupun grup teman-teman yang lain, lebih ke komunikasi. Karena lokasi kami berbeda, sedangkan hal-hal seperti mengurus seragam umrah, kelengkapan dokumen, pengadaan buku manasik, dan sebagainya dilaksanakan bersama-sama, jadi perlu koordinasi semua member sesuai dengan pembagian tugasnya. Selain itu, agak sulit jika ada perubahan aturan baik dari maskapai maupun kedutaan yang tak bisa diprediksi," ujar Nurul. (mus)