SOROT 445

Perempuan Pendorong Perubahan

Ketua Yayasan Komunitas Guru Belajar, Najeela Shihab (berkerudung hitam).
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Diza Liane Sahputri

VIVA.co.id – Tidak ada kata cukup bagi praktisi pendidikan sekaligus psikolog lulusan Universitas Indonesia, Najeela Shihab untuk terus melakukan inisiatif dalam bidang pendidikan. Lihat saja bagaimana ia begitu aktif mendirikan berbagai organisasi pendidikan dengan beragam program di dalamnya.

Sebut saja Sekolah Cikal, Kampus Guru Cikal, Keluarga Kita, dan Inibudi. Hebatnya, lewat organisasi-organisasi itu, Najeela mampu menggerakkan ratusan orang untuk ikut menyebarkan perubahan positif bagi pendidikan di Indonesia.

"Karena pendidikan itu sebenarnya kompleks, kalau kita mau melakukan perubahan pendidikan yang aku percaya itu semua pemangku kepentingan harus ikut. Misalnya gurunya sudah keren banget di sekolah, tapi orangtuanya tidak peduli dan tidak terlibat dalam pendidikan, itu tidak bisa," ujarnya kepada VIVA.co.id.

Maka, Najeela pun menginisiasi Rangkul, para relawan yang berasal dari para orangtua yang memberikan kembali ilmu mereka kepada orangtua lain. Para relawan Rangkul bahkan sudah tersebar hingga ke 57 daerah di Indonesia.

Tak berhenti di situ, Najeela juga menginisiasi Inibudi, sebuah program di mana para guru bisa membuat video pengajaran yang kemudian di sebarkan ke seluruh wilayah Indonesia. Inibudi akan mengedit video tersebut menggunakan animasi agar lebih menarik bagi anak-anak. Hingga kini, sudah tercipta 1.000 video yang digunakan oleh 20.000 sekolah di Indonesia.

Cara ini, kata Najeela, ia buat untuk mengatasi masalah kekurangan jumlah guru di wilayah terpencil Indonesia. Melalui program ini pula, ia ingin agar anak-anak Indonesia tidak hanya pandai dalam pelajaran, tapi juga tahu jurusan apa yang akan diambilnya ketika kuliah nanti.

"Relawan yang terlibat mudah-mudahan bisa jadi contoh praktik baik supaya Indonesia perubahan pendidikannya cepat terjadi," ucapnya.

Selanjutnya, Membalikkan Proses Pendidikan 

Membalikkan proses pendidikan Indonesia

Perhatian besar Najeela terhadap pendidikan di Indonesia bukan tanpa sebab. Semua berakar dari pengalamannya sendiri, dan mungkin pengalaman hampir seluruh warga Indonesia, ketika mengenyam pendidikan di sekolah negeri.

Meski mendapat predikat pintar dan sukses dalam pelajaran, tapi itu tidak membuatnya puas. Sebabnya, ia melihat bahwa proses pendidikan di Indonesia bukanlah proses pendidikan yang ideal karena apa yang dipelajari di sekolah tidak relevan dengan apa yang terjadi di kehidupan.

"Dan tidak semua pemangku kepentingan ikut di dalamnya. Sekolah itu seperti hanya mengurusi muridnya saja," kata dia.

Padahal, dalam pandangannya, pendidikan adalah kunci dari perjalanan sukses sebuah bangsa dan ditegakkannya demokrasi. Kalau pendidikan tidak diubah, dampaknya anak-anak tidak akan mendapatkan pendidikan yang memerdekakan.

Apa yang dialami anak-anak sekarang di dalam kelas, masih sama dengan apa yang dilalui anak-anak puluhan tahun lalu. Sementara perubahan sudah begitu pesat."Jadi berarti perubahan pendidikan itu urgent, harus terjadi secepat-cepatnya," ucapnya.

Ia pun beranggapan, pendidikan di Indonesia itu sebenarnya banyak salah kaprah. Untuk itulah, melalui kampus guru cikal, sekolah cikal, keluarga kita dan inibudi, Najeela berusaha melawan ‘si salah kaprah’.

Semangat Kartini, Kesetaraan dan Pemberdayaan Perempuan Terus Didorong

Namun katanya, meyakinkan orang butuh waktu. Apalagi, program-program yang dibuatnya, tidak melibatkan para ahli.Padahal, belajar sesuatu sebenarnya bisa dilakukan dengan siapa saja. Ia memberi contoh, di komunitasnya guru cikal, seorang guru diyakinkan tidak harus belajar dengan ahli. Guru, juga bisa belajar dari sesama guru lain, orangtua pun juga begitu.

"Orang merasa enggak percaya kita bisa belajar dari orang lain bukan dari profesor, itu susah meyakinkan orang."

Maknai Semangat RA Kartini, Shandy Purnamasari: Perempuan Tak Cuma Jadi Istri dan Ibu

Ini seolah jadi miskonsepsi yang mengakar. Sehingga, bukan hal yang mudah meyakinkan semua orang. Ibu tiga anak ini bahkan pernah merasa frustasi, karena proses perubahan dari apa yang digagasnya berjalan sangat lambat. 

Apalagi, ketika training untuk guru banyak diberikan, tapi perubahan perilakunya susah. Atau sudah membuat riset-riset tentang kebijakan, namun kebijakan lama kembali lagi. 

Kasus DBD Naik, PPDI Minta Perempuan RI Ikut Donor Darah

"Memang proses perubahannya lama, sehingga kadang kaya frustasi, sebenarnya kita melakukan sesuatu itu ada dampaknya ada atau tidak."

"Sering juga yang aku rasain dahulu itu rasanya sendirian. Jadi banyak orang yang ngerjain sesuatu di pendidikan ini tapi jarang kerja sama."

Padahal, jika antara guru saling kolaborasi dan saling bertukar pikiran tentang cara dan program mengajar yang keren, akan sangat mendatangkan manfaat. Namun yang terjadi, justru para guru lebih suka mengembangkan metode pengajaran sendiri-sendiri.

"Itu juga yang aku berusaha kalau mengerjakan sesuatu coba berkolaborasi dengan yang lain. Karena bisa dampaknya lebih besar dan belajar satu sama lain jadi rasanya enggak frustasi dan kesepian."

Untuk itu, agar menarik perhatian banyak orang, Najeela mengakali dengan merangkul kelompok-kelompok kecil. "Mulainya kecil dahulu, memang cari orang-orang yang memang inovator jadi setiap kelompok-kelompok itu ada penggeraknya, cari itu dahulu kemudian minta tolong bantuan mereka untuk menyebarkannya."

Selanjutnya, 20 Tahun Perbaiki Pendidikan

20 tahun perbaiki pendidikan Tanah Air

Tinggal dan tumbuh di dalam keluarga pendidik, akhirnya semakin memperkuat tekad Najeela untuk mengabdikan diri pada pendidikan. Ia pun memulai karier pendidikan sebagai seorang dosen psikologi. Kemudian, dari pengalaman itu ia membangun Sekolah Cikal lalu Kampus Guru Cikal, hingga Keluarga Kita.

Selama 20 tahun ia terus menapaki upaya memperbaiki pendidikan di Tanah Air. Hasilnya cukup bisa membuat senyum Najeela mengembang.

"Sekarang masyarakat lebih berdaya untuk melakukan perubahan sendiri. Bukan sekadar menunggu program pemerintah di bidang pendidikan. Karena keinginan mereka sendiri untuk membuat perubahan," kata dia.

Inilah jalan yang memang dirancangnya untuk mewujudkan mimpi di dunia pendidikan, membalikkan proses pendidikan yang sudah terlanjur mengakar di Indonesia. Jadi, bukan lagi pemerintah yang merancang program yang memerintahkan sekolah-sekolah serta para guru menjalankannya. Melainkan, menjadikan masyarakat berdaya sehingga mampu melakukan banyak hal sendiri.

Kemudian dari situ, mereka bisa menjadi contoh praktik-praktik baik yang bisa ditiru oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Dengan demikian, akan semakin banyak orang yang ikut berperan dalam perubahan pendidikan di Indonesia.

Pendidik perempuan pendorong perubahan

Pendidikan tentu tidak akan berjalan tanpa kehadiran pendidik. Bukan hanya pendidik sebagai guru yang mengajar di dalam kelas, tapi semua masyarakat juga punya tanggung jawab sebagai pendidik.

"Semua orang harus terus belajar dan semua orang bisa jadi guru walaupun enggak harus berprofesi sebagai guru di dalam kelas. Tapi, dengan menjadi teladan, menyampaikan pesan yang baik, itu sebenarnya kita sudah jadi guru," kata Najeela.

Terutama di sini adalah kehadiran pendidik perempuan. Termasuk ibu. Menurut Najeela, semakin banyak pendidik perempuan yang jadi teladan, akan semakin banyak pula pendidik perempuan yang mendorong perubahan. Hal ini akan memberikan efek yang luar biasa bagi anak-anak.

Pendidik perempuan bisa menjadi media untuk mengenalkan pada anak perempuan maupun laki-laki mengenai tokoh penemu atau pahlawan perempuan, sehingga anak-anak mengenal bahwa tidak hanya laki-laki saja yang bisa menjadi pahlawan.

Misalnya Kartini yang juga merupakan pendidik perempuan. Lewat pemikiran yang dituangkan dalam tulisan, Kartini bisa menginspirasi banyak orang. Bahkan juga berani mendorong perubahan serta mendidik lingkungannya.

"Saya melihat perayaan Kartini bukan perayaan untuk Kartini seorang, tapi merayakan semua perempuan yang sudah berkontribusi di bidang pendidikan atau bidang lain. Kalau perlu kita punya berjuta-juta Kartini di sini," ujar Najeela.

Sebagai perempuan, Najeela menginginkan agar para perempuan juga bisa mengoptimalkan apapun potensi yang ada dalam dirinya. Tidak perlu berusaha keras menjadi wanita ideal, tapi bisa menyalurkan apa yang menjadi potensinya di bidang yang menjadi pilihannya. (ms)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya