- VIVA.co.id/Purna Karyanto
VIVA.co.id – "Bak...buk...bak...buk." Kegaduhan itu menggema ke penjuru ruangan. Rupanya ada latihan "baku hantam" - yang terletak di sudut Gedung Olahraga Manahan, Kota Solo. Suasananya cukup menegangkan.
Di atas ring, sesosok perempuan sedang giat berlatih gulat dengan rekannya. Tak peduli riasan di wajahnya luntur dengan peluh keringat.
Dia adalah Linda Darrow. Bagi banyak pemerhati turnamen One Pride mixed martial arts – yang rutin disiarkan stasiun televisi tvOne - Linda merupakan salah satu pesona.
Ajang Ultimate Fighting Championship di luar negeri telah memiliki banyak petarung wanita tangguh, macam Ronda Rousey, Misha Tate, hingga Paige VanZant. Di Indonesia, masih belum banyak kaum hawa yang berani maupun berkesempatan bertarung di atas ring One Pride MMA .
Linda kini dikenal sebagai wanita petarung yang eksis dan memiliki banyak prestasi di MMA saat ini. Kemampuannya tak perlu diragukan lagi.
Sampai sekarang, Linda belum pernah kalah. Menariknya, dia selalu menang di ronde pertama selama perhelatan One Pride MMA.
Selebrasi petarung wanita Han Academy, Linda Darrow (atas) usai memenangkan duel melawan petarung Egyptian Top Team asal Mesir, Amira Badr dalam partai internasional One Pride MMA yang digelar di GOR Soemantri Brodjonegoro, Jakarta, Sabtu, 3 Desember 2016. (VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar)
Kemenangan paling manis adalah ketika Linda berduel dengan petarung Mesir asal sasana Egyptian Top Team, Amira Badr, pada Desember 2016. Petarung 26 tahun tersebut mampu mengunci kemenangan KO hanya dalam tempo 16 detik.
Amira sebenarnya bukan lawan yang sembarangan. Dia pernah tampil di pentas MMA internasional, namun Linda mampu membekuknya dalam tempo yang begitu singkat.
Sebenarnya, ukuran tubuh Linda tak terlalu besar. Perawakannya sedang dengan tinggi sekitar 160 meter dan berat badan 53 kilogram.
Hanya saja, tenaganya memang begitu besar. Terbilang wajar, karena porsi latihannya sangat tinggi.
Selanjutnya...Tak Peduli Cibiran
Tak Peduli Cibiran
Dengan fakta tersebut, Linda pun kerap mendapatkan cibiran dari orang-orang luar. Mereka yang menganggap profesi petarung bukan untuk wanita, kerap ada yang salah paham melihat Linda. Padahal, Wanita kelahiran Jambi itu sudah memiliki suami dan dua orang anak.
"Kalau keluarga, mereka sudah memahami kondisi saya. Tapi, kadang orang di luar itu menganggap ada yang aneh dengan saya," kata Linda kepada VIVA.co.id. Bahkan ada yang mempertanyakan orientasi seksualnya.
"Banyak yang bilang, saya ini lesbian. Saya dikira memiliki kepribadian lain. Sebenarnya, sangat mengganggu. Tapi, saya usahakan untuk tidak mempengaruhi performa saya," lanjutnya.
Sebenarnya, menjadi atlet MMA bukanlah cita-cita awal bagi Linda. Petarung yang memegang rekor kemenangan tercepat One Pride MMA tersebut ternyata ingin berkecimpung sebagai tenaga medis, baik menjadi dokter, perawat, atau apa pun.
"Dari kecil senang menganalisis tentang kesehatan," kata Linda.
Petarung wanita One Pride Mixed Martial Arts, Linda Darrow (kanan), belum terbendung saat mengalahkan Vita Nopanti (kiri) pada semifinal kelas straw wanita di One Pride MMA Season 3 di Jakarta, 15 April 2017. (VIVA.co.id/Muhamad Solihin)
Cita-cita tersebut akhirnya tak tercapai. Linda justru berkiprah sebagai petarung. Memang berseberangan, tapi sebenarnya, menurut Linda, menjadi petarung bisa membuatnya lebih peduli tentang kesehatan.
"Terbawa sampai sekarang. Saya sering memperingatkan rekan-rekan untuk menjaga kesehatan, jangan makan banyak karbohidrat. Makan, pakai nasi merah. Dan, kurangi makan nasi merah," ujar Linda.
Tak bisa dipungkiri, beladiri memang olahraga yang begitu keras dan lekat dengan pria. Tapi, stigma tersebut tak membuat Linda minder. Sebaliknya, Linda justru nyaman berkecimpung di olahraga beladiri. Dia mengaku mendapatkan kenyamanan saat bekerja di olahraga ini.
"Memang sejak kecil sudah hobi. Saya sudah belajar gulat, tinju, muaythai, dan jiu-jitsu. Kalau MMA baru empat tahun terakhir belajar," ungkap Linda.
Tak perlu heran jika Linda hobi bela diri. Sebab, ayahnya merupakan atlet judo. Setelah pensiun jadi atlet, ayahnya pun menjadi pelatih judo di kesatuan TNI Angkatan Darat.
Apalagi, suaminya adalah legenda MMA Indonesia, Yohan Mulia Legowo. Dukungan bagi Linda untuk berkecimpung di MMA pun kian kuat.
Selanjutnya...Tak Lupa Kodrat
Tak Lupa Kodrat
Menjadi petarung bukan berarti Linda melupakan sebagai kodrat sebagai wanita. Saat di rumah ia tetap menjadi seorang ibu yang mendidik anaknya dan juga seorang istri yang melayani suami.
"Kalau sudah di rumah, ya seperti ibu-ibu lain. Pake daster, pokoknya ‘The real ibu rumah tangga, ‘" candanya.
Di ranah domestik menjadi ibu rumah tangga, lantas di luar rumah menjadi petarung. Begitu lah keseharian Linda.
Dia rutin berlatih di Han Fighting Academy dari sore hingga malam. Namun, pada siang hari Linda mengajar privat beragam jenis olahraga. Mulai dari muay thai, jiu jiutsu, boxing, wushu hingga MMA.
"Jadi sore di Manahan. Kebetulan suami juga atlet. Terus anak-anak, Rickson Legawa dan Gibran Alfarizi, juga sudah berlatih di sini ,Han Fighting Academy,. Mereka umur 12 tahun dan 10 tahun. Jadi kalau latihan bareng-bareng," jelas dia.
Linda termasuk dalam wanita yang telah menginspirasi banyak perempuan untuk belajar bela diri. Terbukti, jumlah peserta didiknya di Han Academy dari kalangan perempuan meningkat.
Linda Darrow dan keluarga saat berlatih di Han Fighting Academy, Kota Solo, Jawa Tengah. ( VIVA.co.id / Fajar Sodiq )
Ada sekitar 30 wanita dari 200 peserta yang belajar beladiri di Han Academy. Linda merasa bersyukur dengan pencapaian tersebut.
"Dari puluhan perempuan itu ada dari kalangan pekerja kantoran, pekerja lapangan. Mereka biasanya belajar beladiri untuk pertahanan. Bagus dengan kondisi itu. Perempuan semakin memahami bahwa ada banyak bahaya di jalanan. Biasanya yang belajar itu yang kerjanya masuk pagi dan pulang malam jadi bias untuk jaga-jaga kalau ada gangguan mengancam," jelas Linda.
Sudah seharusnya, lanjut dia, perempuan tak lagi ragu memilih jalan hidup yang selama ini akrab dengan pria, salah satunya sebagai petarung di atas ring. Menurutnya, perempuan masa kini harus bisa mandiri dan memiliki mental yang kuat.
Perempuan hebat juga harus berani berkompetisi. "Seorang perempuan harus bisa mandiri, mental yang kuat. Berani berkompetisi, berpikiran positif. Dan harus agresif di segala bidang, fleksibel jangan pilah pilah bidang," tutur Linda. (ren)