- VIVA.co.id/Yasin Fadilah
VIVA.co.id – Suasana di dalam Bali Creative Industry Center cukup ramai. Beberapa anak muda berpakaian sekolah tampak hilir mudik melihat-lihat beberapa stan yang ada di dalam gedung tersebut.
Matahari bersinar terik. Namun, itu tidak menyurutkan niat mereka untuk datang ke gedung itu - yang terletak di Jalan WR Supratman, Tohpati, Kota Denpasar, Bali.
Tidak hanya pelajar, beberapa orang berpakaian batik juga terlihat bercakap-cakap dengan penjaga stan. Pada beberapa stan, terlihat sebuah miniatur kendaraan yang bentuknya aneh. (ANTARA FOTO/HO/Ferdi)
Ada yang berbentuk mobil, ada pula yang desainnya mirip truk. Namun, semuanya memiliki satu kesamaan, yakni memiliki bak belakang terbuka.
Rupanya, saat itu sedang digelar kontes mobil pedesaan. Ada lima tim mahasiswa yang turut serta dalam ajang tersebut, yakni dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Universitas Nasional Semarang (Unnes), Universitas Diponegoro (Undip), dan Telkom University.
Mobil-mobil yang dipajang yakni Argani Grand Pick Up oleh tim Telkom University, Waprodek Diesel oleh tim ITS Surabaya, Mobil Desa Serbaguna oleh tim Unnes, Mobil Multifungsi Pedesaan Diponegoro dari tim Undip, dan Mobil Desa Nasional oleh tim Unnes.
Mobil pedesaan adalah sebuah gagasan yang dicetuskan oleh Kementerian Perindustrian dan Institut Otomotif Indonesia (IOI). Mobil ini dipamerkan ke hadapan Presiden Jokowi saat ia membuka program Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) untuk IKM di Desa Tumang, Boyolali, Jawa Tengah, akhir Januari lalu.
Menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, mobil ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sebuah kendaraan yang layak pakai dan multi fungsi.
“Kendaraan pedesaan adalah wujud kemandirian industri nasional, karena 100 persen komponennya dari dalam negeri. Kendaraan ini juga diharapkan mendorong kegiatan ekonomi di pedesaan, termasuk bagi sektor industri kecil dan menengah (IKM),” ujar Airlangga, yang dikutip dari laman resmi Kemenperin.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) dari Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan, mengungkapkan awal mula proyek ini dicetuskan adalah saat melihat maraknya mobil gerandong di desa.
“Selama ini, mereka (masyarakat pedesaan) itu membuat kreasi-kreasi sendiri, sehingga muncul gerandong. Muncul kendaraan-kendaraan yang tidak memenuhi standar kelayakan jalan,” tutur Putu kepada VIVA.co.id.
Dia menjelaskan, umumnya gerandong memakai penggerak dari mesin penggilingan padi. Usai dipakai saat panen, mesin kemudian dipasang pada sasis kendaraan dan difungsikan untuk sebagai penggerak.
Menurutnya, hal itu sangat berbahaya, karena tidak ada perhitungan yang matang soal kekuatan dan spesifikasi bahan yang digunakan.
“Kami tidak ingin nanti ada yang katakan, ‘Kok gerandong dibiarkan saja seperti itu? Ini Pemerintah ngapain sih kerjanya?’ Nah, itulah latar belakangnya,” ungkap Putu.
Selanjutnya...Fleksibel dan Murah
***
Fleksibel dan Murah
Sesuai namanya, mobil pedesaan dirancang khusus untuk mereka yang tinggal di desa atau pelosok. Menurut Kepala Biro Humas dan Informasi Publik dari Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi, para petani saat ini memang sangat membutuhkan sarana angkut hasil pertanian yang memadai.
“Selama ini, mereka memakai motor untuk mengangkut dari ladang ke pinggir jalan. Kalau ada kendaraan yang murah, ini kan sangat membantu mereka. Kalau mereka bisa beli pikap, mereka akan beli pikap. Tapi, masih banyak yang tidak mampu. Namun, mereka membutuhkan kendaraan untuk alat angkut,” kata Agung.
Dia melanjutkan, dengan adanya kendaraan angkut yang terjangkau, hal itu akan mengurangi pembiayaan transportasi untuk petani. “Kalau biaya transportasi murah, kan harga (produk pertanian) di pasaran bisa lebih murah,” ungkapnya.
Dalam rancangannya, mobil pedesaan harus memenuhi beberapa persyaratan. Dua di antaranya yakni mesin yang dipakai harus di bawah 1.000cc dan harga jual unitnya ada di kisaran Rp60 juta.
Selain itu, desainnya juga harus bisa disesuaikan dengan kondisi geografis dan karakter perekonomian masing-masing daerah.
"Desain kendaraan harus fleksibel. Tidak hanya bisa mengangkut hasil produk pertanian atau peternakan, tapi juga untuk mengangkut alat-alat produksi, seperti alat-alat pertanian,” kata Presiden Institut Otomotif Indonesia (IOI), I Made Dana Tangkas.
Menurut Made, konsep mobil itu nanti adalah gabungan antara kendaraan dengan peralatan kerja masyarakat di pedesaan. Jadi, kendaraan itu harus siap dikombinasikan, misalnya dengan penggilingan beras atau kopi. Bisa juga untuk mengangkut alat pemroses sampah menjadi pupuk.
Ia juga mengatakan, mobil pedesaan pada dasarnya dikembangkan bukan sebagai kendaraan yang memiliki desain atau fitur mumpuni. Fungsi untuk mendukung kebutuhan bagi para petani maupun nelayan di daerah yang jadi fokus utama.
"Yang penting fungsi. Misalnya, nelayan butuh transportasi, nah fungsi yang diambil itu untuk bisa mengangkut alat apa. Seperti anak-anak buat Lego (mainan), bisa rakit sendiri," lanjut Made.
Terkait nama merek, ia menuturkan, nantinya tiap daerah diberikan wewenang secara khusus soal desain ulang dan merek. "Merek bisa apa aja. Yang kami sekarang bikin ini kan lebih kepada fungsi. Kami bukan mau bikin mobil seperti yang dibikin oleh produsen mobil umumnya. Selain itu, bagaimana kendaraan itu bisa mudah berganti-ganti sesuai porsinya," kata dia.
"Enggak, kan ini (mobil pedesaan) belum ada pasarnya. Maka, artinya kita ciptakan pasar baru untuk itu (mobil pedesaan)," kata Airlangga.
Selanjutnya...Tuai Kritik
***
Tuai Kritik
Meski mendapat tanggapan positif dari banyak pihak, proyek mobil pedesaan ini juga tak luput dari kritik. Salah satunya datang dari pengamat otomotif, Bebin Djuana.
Menurutnya, proyek ini belum terlalu digarap serius. “Saya tidak yakin akan adanya konsep kendaraan pedesaan. Rasanya, belum ada yang serius mempelajari kebutuhan market ini," kata Bebin saat dihubungi VIVA.co.id.
Agar proyek ini bisa sukses dan tepat sasaran, Bebin memiliki dua saran. “Menemukan mitra yang tepat. Atau jika dianggap nilai komersilnya kurang, membangun badan usaha sendiri,” lanjut dia.
Wakil Ketua Komisi IV DPR, Viva Yoga Mauladi, memiliki beberapa saran agar proyek ini bisa terwujud dengan baik dan benar.
“Komponen mesin dan transmisi mobil harus memenuhi standar internasional. Jangan sampai, jika 100 persen komponen dari dalam negeri, kemudian timbul masalah. Jika bekerja sama dengan perusahaan asing, harus memberi added value bagi pemerintah,” tutur Yoga kepada VIVA.co.id.
Menurutnya, perlu ada kejelasan dari pemerintah soal sumber dana, besaran dan mekanisme, serta pengawasannya di lapangan.
“Jangan sampai terulang lagi model kapal ternak. Diberikan subsidi biaya pengangkutan ternak sapi oleh pemerintah, dengan tujuan untuk menurunkan harga daging sapi di pasar Jabodetabek. Tapi kenyataannya, sama sekali tidak memberikan dampak apa-apa,” ujar Yoga.
Menurut pengakuan Putu, proyek mobil pedesaan terbuka untuk umum. Artinya, semua warga Indonesia diperbolehkan turut serta dalam pembuatan mobil tersebut. "Kemenperin yang pegang hak patennya. Siapa yang mau bikin, selagi memenuhi syarat yang diberikan, silahkan bikin," tuturnya.
Sayangnya, hingga kini prosedur pembuatannya belum disusun dengan sempurna. "Kami belum sampai sedetail itu. Mungkin nanti dengan salah satu balai atau Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan)," sambung dia.
Yang jelas, lanjut Putu, Kemenperin sudah minta asosiasi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) untuk turut berpartisipasi, terutama yang selama ini sudah ikut di dalam program Kendaraan Bermotor Hemat Energi dan Harga Terjangkau atau low cost green car (LCGC).
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Warih Andang Tjahjono, mengakui telah mendiskusikan hal itu bersama Kemenperin. "Kami membantu persiapan pengembangan mobil pedesaan itu," kata Warih saat dihubungi VIVA.co.id.
Pameran mobil pedesaan di Bali Expo Industry Center telah usai. Dari lima peserta, terpilih mobil Waprodek Diesel dari ITS Surabaya sebagai juara. Keunikan prototipe mobil ini ada pada bak belakangnya yang bisa dilepas.
Bak tersebut bisa diganti-ganti sesuai kebutuhan. Ada bak yang kondisinya kosong, ada juga yang telah terpasang alat giling padi. Masing-masing bak memiliki kaki khusus yang digunakan untuk menapak di tanah.
Mobil Modasena rancangan tim dari Unnes menduduki peringkat kedua, sementara mobil Gentayu hasil karya mahasiswa Undip ada di peringkat ketiga.
Semua rancangan itu akan dipajang pada pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017, yang digelar pada 10-20 Agustus mendatang. (VIVA.co.id/Dian Tami)
Meski sudah ada pemenang, namun perjalanan mewujudkan mobil pedesaan sepertinya masih panjang. Pemerintah masih harus merumuskan aturan mengenai spesifikasi detail serta siapa pemasok komponennya.
Namun, banyak yang berharap proyek ini bisa sukses dan bisa menjadi cikal bakal dari perwujudan impian rakyat Indonesia sejak dulu, yakni memiliki sebuah mobil nasional. (ren)
Baca juga: