- U-Report
VIVA.co.id – Ami tampak kelelahan. Tubuh mahasiswi berusia 20 tahun itu penuh keringat, mulai dari leher hingga tangan. Sembari melangkah pelan di kawasan Monumen Nasional (Monas), matanya terus menatap layar smartphone yang ia bawa.
“Saya lagi cari Pikachu. Kata teman-teman ada di sekitar sini,” ujarnya.
Pikachu yang dimaksud Ami adalah salah satu jenis makhluk yang ada di permainan Pokemon Go. Berbeda dengan permainan lain yang bisa dimainkan di smartphone, Pokemon Go mengharuskan pemain untuk bergerak agar bisa menangkap makhluk-makhluk yang ada dalam permainan tersebut.
Jika ada pokemon yang tiba-tiba muncul, pemain bisa melempar bola hingga mengenai makhluk tersebut. Nantinya, makhluk itu akan masuk ke dalam bola dan menjadi milik pemain. Tentunya, semua ini terjadi di secara maya.
Baca juga:
Demam Pokemon Go
Sejak beberapa pekan lalu, permainan besutan Niantic Labs, Nintendo dan The Pokemon Company ini menjadi viral di berbagai belahan dunia. Di Jakarta saja, hampir setiap sudut bisa melihat orang asyik bermain Pokemon Go. Tak hanya di ruang terbuka, Pokemon juga terkadang muncul di dalam ruangan, baik rumah maupun perkantoran.
Bahkan, saat jam istirahat, banyak karyawan di bilangan Senayan, Jakarta, yang menyempatkan diri untuk bermain. Penelusuran VIVA.co.id, terlihat empat pegawai yang tengah sibuk dengan gadget masing-masing sambil berjalan dan berbisik membicarakan Pokemon Go.
Ketika ditanya, ternyata dua di antaranya merupakan pegawai perusahaan swasta yang sedang asyik mencari karakter Pokemon pada game yang sedang populer tersebut. "Saya baru main sih, baru dapat dua di area ini (Plaza Senayan) sambil jalan-jalan," ujar Arif, salah satu staf di perusahaan tersebut kepada VIVA.co.id.
Tak hanya pekerja kantoran, demam Pokemon Go juga mulai menjangkiti beberapa pemain Bhayangkara Surabaya United (BSU). Buktinya, di sela-sela latihan, mereka masih menyempatkan diri berburu monster-monster di sekitar lokasi latihan.
Bahkan, pemain belakang BSU, Putu Gede Juniantara, rela mengelilingi lapangan untuk berburu monster. Sebab, menurutnya ,di lapangan tempatnya latihan, yaitu Lapangan Brigif, Sidoarjo, ada beberapa monster yang bersembunyi.
“Makanya, saya penasaran untuk menemukannya di sekitar lapangan sini,” kata Putu.
Seorang warga memainkan game ponsel Pokemon Go di New York, Amerika Serikat. Foto: REUTERS/Mark Kauzlarich
Meski saat ini Indonesia belum termasuk dalam daftar negara tempat bermain Pokemon Go, hal itu bukan kendala bagi gamers yang ada di Indonesia. Menurut pengakuan salah satu trainer (pemain Pokemon Go), Muhammad Rifqi, ia mendapatkan game tersebut dari salah satu laman penyedia game Android yang banyak tersedia di internet.
“Mudah, unduh saja di internet. Atau kalau pakai iPhone, ganti country id ke negara yang sudah terdaftar,” ujarnya.
Seorang penyiar radio swasta yang tinggal di kawasan Kelapa Gading, Jakarta, Ilham mengatakan, dia mulai mengenal Pokemon Go sejak tiga pekan lalu. Untuk itu, perjalanan mudik ke kampung halaman ia manfaatkan untuk berburu makhluk Pokemon. Dia merasa tertarik dengan game tersebut, karena dianggap beda dengan game lain yang ada saat ini.
“Game ini unik. Kita dipaksa untuk jalan, bukan cuma duduk diam sambil main. Ya hitung-hitung sembari olahraga,” ujarnya kepada VIVA.co.id, Kamis, 21 Juli 2016.
Menurut dia, penggabungan teknologi kamera dan lokasi membuat permainan ini terlihat lebih nyata. “Jadi serasa benar-benar mencari dan menangkap Pokemon, tidak hanya sekadar duduk dan main.”
Berdasarkan pengalaman VIVA.co.id yang mencoba mengitari Stadion GBK dengan memanfaatkan gelang pintar, hasilnya cukup menyehatkan. Hal itu terlihat dari jumlah kalori yang terbakar mencapai 252 kalori untuk satu kali putaran. Jumlah kalori yang terbakar tersebut, tentu tergantung seberapa jauh trainer mencari Pokemon. Sebab, dalam putaran kedua kalinya, jumlah total kalori yang terbakar hingga 311 kalori.
Bisa Dimainkan Bersama
Pengamat teknologi, Onno W Purbo mengatakan, meski teknologi augmented reality yang digunakan Niantic untuk membuat Pokemon Go sudah lama ada, namun menerapkannya dalam sebuah permainan adalah hal yang baru.
“Augmented reality sebenarnya sudah agak lama. Cuma, yang bikin game benar-benar kreatif,” ujarnya kepada VIVA.co.id, Kamis, 21 Juli 2016.
Pokemon Go bukanlah proyek pertama Niantic. Beberapa tahun lalu, mereka meluncurkan game Ingress. Cara memainkan Ingress mirip dengan Pokemon Go, hanya saja pemain tidak membutuhkan kamera smartphone.
Yang membuat game ini banyak dimainkan di seluruh dunia adalah karena selain bermain sendiri, trainer juga bisa melakukannya secara berkelompok. Bahkan, makhluk pokemon yang mereka tangkap dapat diadu dengan Pokemon milik trainer lainnya.
Hal ini yang membuat mulai banyak bermunculan komunitas pencinta Pokemon Go. Pendiri komunitas Pokemon Go Jakarta, Rio Rachmansyah mengatakan, latar belakang didirikannya Pokemon Go Jakarta karena ia menganggap permainan ini kurang menarik jika dimainkan sendiri.
“Sejauh ini yang daftar di grup sudah sekitar 300 orang. Aktivitas kami yaitu berburu Pokemon bareng dan sharing tentang Pokemon,” ujarnya kepada VIVA.co.id, Jumat, 22 Juli 2016.
Untuk memudahkan pengguna iPhone yang ingin bermain Pokemon Go, Rio bahkan rela meminjamkan akun Apple ID miliknya ke anggota komunitas. Dari akun tersebut, pengguna iPhone bisa mengunduh game langsung melalui AppStore.
Seorang warga memainkan game ponsel Pokemon Go di New York, Amerika Serikat. Foto: REUTERS/Mark Kauzlarich
Sejumlah ahli mengatakan, mereka yang menjalani masa kecil di tahun 1990-an pasti tidak lepas dari hiburan serial ini di televisi. Pokemon Go seolah kembali membangkitkan kesenangan di masa kecil para penggunanya.
"Jika nostalgia sudah berperan dan membangkitkan emosi positif, otak kita bisa mengubah pertanyaan, apakah ini membuat saya senang menjadi apakah game ini bagus," kata Dr. Jamie Madigan, penulis buku Getting Gamers: The Psychology of Video Games and Their Impact on People Who Play Them seperti dikutip dari Time.
Hadirnya Pokemon Go dianggap beberapa orang bisa menjadi penentu tren permainan yang akan hadir di masa mendatang. Penggabungan antara dunia maya dan nyata yang dilakukan Niantic disebut-sebut mampu memberikan hiburan baru bagi para pencinta game.
Research Profesor in Spatial Information System, Fahmi Amhar menjelaskan, pengembang game lokal bisa memanfaatkan teknik Pokemon Go untuk membuat permainan yang tak kalah menarik. “Kita bisa kembangkan permainan ini. Contohnya menangkap hantu di tempat-tempat wisata bersejarah. Itu pasti menarik,” ujarnya kepada VIVA.co.id, Jumat, 22 Juli 2016.
Berkah Pokemon Go
Selain pengembang game, banyak pengusaha yang juga memanfaatkan booming Pokemon Go untuk meningkatkan bisnis mereka. Salah satunya adalah penyedia jasa ojek online, Grab. Marketing Director Grab Indonesia, Mediko Azwar mengatakan, banyak karyawan dan pengguna Grab yang saat ini bermain Pokemon Go.
Melihat fakta tersebut, Grab Indonesia coba menawarkan paket khusus untuk mereka yang ingin bermain Pokemon Go. Dengan memanfaatkan Monas, beberapa waktu lalu Grab mengajak para trainer untuk bermain Pokemon Go dengan aman.
“Kami juga turut menawarkan potongan harga sebesar Rp5.000, dari dan menuju Monas untuk layanan GrabCar dan GrabBike khusus untuk acara tersebut,” ujar Azwar kepada VIVA.co.id, Kamis, 21 Juli 2016.
Tak hanya Grab, produsen ponsel Evercoss juga memanfaatkan demam Pokemon Go dengan meluncurkan Elevate Y2 Power. Head of Product Training Evercoss, Dean Fauzi mengatakan, dengan daya tahan baterai yang lama, Elevate Y2 Power bisa digunakan untuk permainan Pokemon Go yang saat ini tengah menjadi fenomena di berbagai negara, termasuk Indonesia.
"Dengan durasi baterai 63 jam, pengguna bisa main Pokemon Go keliling Monas sepuasnya. Bisa main Pokemon Go dari Jakarta ke Bandung," kata Dean.
Polisi Spanyol berpose bersama dengan karakter Pokemon dalam sebuah foto yang dirilis Kementerian Dalam Negeri Spanyol. Foto: Spanish Interior Ministry/Handout via REUTERS
Mereka yang berstatus wirausaha juga tak mau kalah. Di dunia maya sudah bertebaran jasa joki Pokemon Go. Para penjaja jasa itu mengaku akan membantu gamer yang tidak memiliki banyak waktu luang untuk menangkap Pokemon.
"Bagi yang tidak sempat atau sibuk, di sini kami menawarkan jasa joki Pokemon Go. Untuk kepercayaan bisa langsung datang ke tempat ane," ujar akun Vampiire17 yang mem-posting penawaran itu di Kaskus.
Penawaran jasa yang di-posting sejak 15 Juli itu mengaku akan mencari segala jenis Pokemon di sekitar Jakarta. Dengan tarif Rp200 ribu per hari, joki tersebut akan berkeliling Jakarta selama delapan jam dan mengunjungi berbagai jenis area.
Berkah juga didapatkan penyedia jasa telekomunikasi. General Manager Corporate Communication PT XL Axiata Tbk, Tri Wahyuningsih Harlianti mengatakan, XL melihat Pokemon Go sebagai tren saat ini. Untuk itu, XL meluncurkan paket khusus, yakni Paket Combo Xtra 4G, yang bisa dimanfaatkan oleh trainer pelanggan kartu XL.
“Namanya main game kan menggunakan data. Melihat momentum itu, kita keluarkan Paket Combo Xtra 4G, sehingga bisa memberikan diskon dengan cara promosi akan tren Pokemon Go,” ujarnya kepada VIVA.co.id, Kamis, 21 Juli 2016.
Menurut wanita yang akrab dipanggil Ayu tersebut, XL mencatat adanya kenaikan penggunaan data, tiga hari setelah peluncuran Paket Combo Xtra 4G.
“Penggunaan paket data oleh pelanggan XL yang memainkan Pokemon Go per harinya bisa mencapai 500 Gigabyte. Itu berarti memang banyak sekali yang memainkannya,” dia menambahkan.
Pokemon Go memang jadi tren saat ini. Selain bisa menghibur pemainnya, banyak pihak lain yang juga diuntungkan. Hanya saja, sampai kapan para trainer tertarik memainkan game ini?
Menurut Ami, hal itu tidak penting. Baginya, Pokemon Go hanya sekadar game yang ia mainkan saat memiliki waktu senggang. “Kecanduan sih tidak. Buat senang-senang saja, sambil kumpul sama teman-teman.”
Rifki Arsilan turut melaporkan