SOROT 404

Di Balik Akun @_TNIAU

Bersama Tuhan Kita Menyerbu Langit, salah satu gambar yang diunggah di akun twitter resmi TNI Angkatan Udara
Sumber :
  • VIVA.co.id/Twitter @_TNIAU

VIVA.co.id – Makin banyak orang yang belakangan ini  penasaran dengan akun milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU) di Twitter. Meski memiliki banyak akun yang menamakan TNI AU, ada satu yang cukup menarik perhatian, yakni @_TNIAU.

Akun tersebut mengaku sebagai Twitter resmi milik TNI AU dan dikelola oleh Dinas Penerangan (Dispen) AU. Berawal dari rasa penasaran kami atas cuitannya yang pintar memicu interaksi dan kerap nyeleneh, kami pun memberanikan diri bertanya dengan pihak Dispen AU.

Gayung bersambut. Pihak Dispen AU mengundang Viva.co.id untuk berkunjung ke kantor mereka di Cilangkap, Jakarta. Memang tidak begitu jauh, tidak sampai setengah jam jika berangkat dari kantor Viva.co.id di Pulogadung. Hanya saja, gedung TNI AU masih berada di kompleks Markas Besar TNI yang sangat luas luar biasa.

Kami pun harus masuk ke Mabes TNI AL agar bisa sampai ke gedung TNI AU. Di sana, sudah menunggu Letkol Sus Maylina, Kepala Sub Dinas Penerangan Umum (Kadispenum) TNI AU.

Sayang, kami tidak diizinkan untuk bisa melihat ‘dapur’ para Airmin, sebutan untuk admin Twitter @_TNIAU. Namun, kami berkesempatan untuk bisa berkenalan dengan Kadispen TNI AU, yang kebetulan baru dua bulan menjabat, Marsekal Pertama TNI Wieko Sofyan.

Kadispen AU Marsma TNI Wieko Syofyan

Kami memang punya tim khusus di sini (TNI AU) untuk urusan media sosial, tidak hanya Twitter tapi juga punya Facebook dan Instagram, juga website.

Dia menjelaskan betapa pentingnya publikasi melalui media sosial untuk bisa menjaga nama baik TNI AU sekaligus mengedukasi masyarakat akan seluk beluk TNI AU. Format penerangan menggunakan sosial media dianggapnya sebagai suatu keharusan seiring dengan teknologi yang semakin berkembang dan banyaknya pengguna smartphone.

Baca juga:

Pengamat: Kita Terlalu 'Telanjang' di Media Sosial

“Kita memang punya tim khusus di sini (TNI AU) untuk urusan media sosial, tidak hanya Twitter tapi kami juga punya Facebook dan Instagram, juga website. Setiap minggu kami selalu melakukan evaluasi untuk memperkaya konten, termasuk untuk merespons sebuah isu di dunia penerbangan. Evaluasi ini sangat penting sebagai koordinasi sekaligus untuk memperbaiki konten ke depannya,” tutur Wieko.

Menurut Wieko, memang tidak banyak anggota tim media sosial di TNI AU, jumlahnya hanya sekitar 5 sampai 7 orang, yang komposisinya bisa berubah-ubah. Artinya, Airmin-nya tidak tetap.

Tulis Status di Twitter Boleh Panjang Mulai 19 September?

Yang ditugaskan pun tidak sembarangan melainkan mereka yang sudah terbiasa berkutat di media sosial. Tidak selalu anak muda atau generasi milenial. Bahkan, kata Wieko, ada yang umurnya sudah 40 tahun lebih. Tidak heran jika kemudian isi cuitan @_TNIAU cukup mengena bagi segala umur, baik generasi milenial maupun baby boomers.

“Kami berusaha untuk tetap ada batasannya. Gaul boleh tapi tidak menghilangkan karakter akun sebagai institusi militer. Ini yang tetap kita jaga. Kami hanya ingin lebih dekat dengan masyarakat. Jika kami kaku, kan tidak semua orang suka dengan militer yang tegas. Kita ingin berbaur makanya kami coba sebijak mungkin,” kata Wieko.

Setetes Darah dari Dunia Maya

Oleh karena itu, lanjut Wieko, pihaknya sangat mengharamkan untuk merespons apa pun yang bersifat politik. Mereka berusaha sebijak mungkin untuk tidak menanggapi ataupun terpancing dalam isu yang bersifat politik.

Ini merupakan kebijakan yang sudah kuat sejak akun ini dibuat pada 6 Juni 2012. Tidak heran jika kemudian perusahaan riset Markplus menganugerahinya Marketeers Netizen Award. Kala itu, Markplus menyebut Akun TNI Angkatan Udara adalah lain daripada yang lain karena hadir di jagat media sosial dengan semangat horizontal, inklusif, dan sosial. “Tak jarang, akun ini jago dalam memainkan conversation yang hangat, ramah, sekaligus berisi,” tulis Markplus untuk @_TNIAU.

Selanjutnya: Jauhi Politik dan Sara

Jauhi Politik dan Sara

Salah satu yang membuat mereka mendapatkan penghargaan ini adalah karena evalusi yang berkelanjutan, mendapatkan arahan dari pimpinan termasuk verifikasi konten, serta menjauhkan isu-isu Politik maupun Sara (Suku, Agama, dan Ras). Bisa dibilang ini merupakan hal yang tidak mudah mengingat para Airmin tidak dibekali training khusus untuk berinteraksi di media sosial.

Para Airmin yang berjumlah sedikit itu diberi ruangan kecil untuk menjalankan aktivitas cyber-nya, termasuk mengomentari isu yang berkaitan dengan image TNI AU.

“Secara langsung menggiring opini publik, mungkin tidak. Memang ada mengarah ke sana, apalagi kalau memang pemberitaan itu berkaitan dengan nama baik TNI AU, personel ataupun kegiatannya, itu pasti. Saya rasa semua satuan akan melakukan hal itu,” ujar Wieko.

Kadispen AU Marsma TNI Wieko Syofyan

Tidak hanya jumlah follower yang semakin bertambah dari hari ke hari melainkan juga minat masyarakat yang semakin meningkat terhadap TNI AU.

Akibat dari interaksi dengan masyarakat di media sosial ini, kata Wieko, bisa dilihat tidak hanya jumlah follower yang semakin bertambah dari hari ke hari melainkan juga minat masyarakat yang semakin meningkat terhadap TNI AU, termasuk keinginan untuk masuk pendidikan TNI AU. Berdasarkan pantauan, sampai 8 Juli 2016, pengikut akun @_TNIAU sudah mencapai 94.500 orang.

Lalu bagaimana Wieko dan para staf-nya menghalau isu terkait dengan dunia penerbangan, termasuk banyaknya kecelakaan pesawat udara milik TNI yang kerap terjadi?

Mengomentari hal ini, Wieko mengaku jika isu tersebut sangat menjadi perhatian dan akan mendapatkan tanggapan serius. Tidak heran jika kemudian semua cuitan yang akan dikeluarkan menanggapi isu tersebut akan didiskusikan terlebih dahulu dengan pimpinan, dalam hal ini KSAU.

“Itu memang sesuatu yang harus kita waspadai, pemberitaan cukup serius untuk hal itu, enggak mungkin spontan. Ada SOP-nya. Yang pertama kami lakukan tentunya mencari informasi yang benar untuk kasus itu, lalu Dispen akan mengoordinasikannya dengan pimpinan, sebelum informasi itu keluar ke publik. Ada batasan untuk penyampaian ke luar, apalagi dalam bentuk foto,” ujar Wieko.

Sayangnya, meski media sosial dirasa cukup penting, pihak Dispen AU belum berpikir untuk mengembangkan divisi ini. Mereka juga tidak berniat untuk mengkomersilkan akun resmi ini untuk menjadi buzzer atau influencer sebuah produk.

“Kalau divisi khusus mungkin seharusnya ada karena kemajuan teknologi tidak bisa diabaikan namun untuk komersil seperti itu, enggak ada rencana. Kami ingin tetap fokus menginformasikan tentang TNI AU dan mengedukasi masyarakat. Kami tidak mencari keuntungan yang laiin,” kata dia.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya