SOROT 403

Penasaran Rasa Manis Gudeg Yogya

Gudeg Yu Djum, gudeg legendaris yang wajib dicicipi saat berkunjung ke Yogyakarta.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Daru Waskita

VIVA.co.id – Yogyakarta tak pernah sepi, meski di bulan Ramadan sekalipun. Suasana Malioboro bahkan juga tak pernah surut pengunjung. Tak jauh dari Malioboro, ada jalan bernama Wijilan. Daerah itu terkenal sebagai 'Kampung Gudeg'.

Rumah Kuliner Berkonsep Nyaman Hadir di Pameran Makanan Internasional

Hari itu, 9 Juni 2016, tukang becak terlihat hilir mudik mengantar wisatawan. Mereka, minta diarahkan menuju Jalan Wijilan. Banyak yang penasaran, bagaimana nikmatnya gudeg khas Yogyakarta dengan cita rasa manisnya.

Salah satu warung gudeg paling sohor di Yogyakarta adalah Gudeg Yu Djum yang terletak di Jalan Wijilan Nomor 167 atau selatan plengkung Wijilan.

Asian Food Festival Digelar! Makanan Viral dari Singapura, Thailand Hingga Jepang Ada di Sini

Lokasinya hanya 10 menit dari Malioboro dan hanya lima menit dari Keraton Yogyakarta. Saat berkunjung ke Kota Pelajar ini, gudeg legendaris satu ini wajib dicicipi.

Gudeg Yu Djum adalah warung makan kuliner khas Yogya yang berdiri sejak 1942. Gudeg Yu Djum menyajikan gudeg dengan krecek pedas, ayam dan telor bumbu gudeg, termasuk tahu dan tempe bacem.

Gandeng Manajemen Masjid Istiqlal Tingkatkan Kemakmuran, Pengusaha Ini Bikin Terasultan

Dimasak dengan cara tradisional dan dengan bumbu pilihan yang menjadikan Gudeg Yu Djum memiliki rasa gurih dan manis yang pas. Gudeg Yu Djum  cocok dan diminati oleh segala kalangan mulai dari pelajar, mahasiswa hingga artis maupun pejabat sekalipun. Warung ini, buka dari pukul 06.00-21.00.

Tetap Ramai di Bulan Ramadan

Waktu masih menunjukkan pukul 15.00. Tiba di depan rumah makan Gudeg Yu Djum berlantai dua, terlihat kesibukan para pelayan, membungkus gudeg untuk para pemesan.

Tampak pula beberapa kendaraan dan sejumlah mobil membawa pembeli antre di depan warung yang khas dengan desain interior Jawa. Setiap sore bulan Ramadan, warung itu memang tetap ramai, meski tak seramai di hari biasa. Tetap banyak pengunjung datang untuk berbuka puasa, atau bahkan membeli sayur gudeg untuk berbuka di rumah dan santap sahur.

Suasana rumah makan gudeg Yu Djum Yogya

Sebuah etalase berukuran lebar satu meter dengan panjang dua meter dan tinggi satu meter juga terlihat di warung itu. Di dalamnya, terdapat tiga panci dengan ukuran besar berisi gudeg, sambal krecek dan telur serta daging ayam.

Di atas etalase tampak tumpukan kardus yang akan digunakan sebagai tempat menata gudeg untuk pembeli yang memilih membawa pulang makanan khas tersebut. Di sisi lain etalase terdapat meja dan beberapa kendi yang juga digunakan sebagai tempat gudeg.

Tampak tiga pemuda cekatan membungkus kendil yang telah berisi gudeg dan siap untuk dikirim atau diambil oleh pemesannya.

"Saat bulan puasa seperti ini justru banyak pesanan untuk berbuka puasa," kata Eni Hartanto, pengelola rumah makan Gudeg Yu Djum di Wijilan.

Di jalan Wijilan bisa dikatakan sebagai pusatnya kuliner gudeg karena sepanjang 300 meter, jalan di sisi timur dipenuhi rumah makan yang menu utamanya adalah nasi gudeg khas Yogyakarta.

Dibuat dengan Bahan Pilihan

Setiap rumah makan gudeg punya pelanggan setia sendiri termasuk warung Gudeg Yu Djum yang telah menjalankan usahanya sejak 74 tahun lalu. Seiring dengan usia yang semakin tua, usaha gudeg Yu Djum makin berkembang. Anak-anaknya pun, ikut turun tangan, mengelola warung Yu Djum yang kini tak hanya ada di satu tempat saja.

Gudeg Yu Djum, punya tiga cabang, di Jalan Kaliurang Km 4,5 Karangasem CT III/22, Jalan Kaliurang Km 5, Koncoran Gang Srikaton 2 serta di Jalan Jogja-Solo sebelum Pertigaan Ring Road Maguwoharjo.

"Menggunakan bahan-bahan terbaik untuk menghasilkan cita rasa gudeg yang nikmat menjadi kunci utama dalam mempertahankan dan mengembangkan usahanya," ujar Eni menantu Yu Djum ini.

Untuk bahan baku utama membuat gudeg yaitu buah gori atau nangka harus didatangkan dari daerah yang jauh yaitu di Prembun, Jawa Tengah. Gori dari Prembun tidak mudah lembek jika dimasak dalam waktu yang lama.

"Menu tambahan lain seperti ayam juga menggunakan ayam kampung dan telur dari bebek. Kombinasi keduanya menghasilkan rasa yang lebih gurih dan nikmat," tuturnya.

Untuk menikmati gudeg Yu Djum pelanggan bisa langsung menyantapkan di tempat, atau, bisa juga dibawa pulang.Sedangkan semua harga menu gudeg sudah ada di papan ataupun kertas menu.

"Harga mulai dari Rp17 ribu hingga yang termahal paket kendil dengan harga Rp250 ribu. Semua harga dapat dilihat di menu makanan yang ada di meja," katanya.

Jadi Menu Referensi

Dengan nama besar Gudeg Yu Djum, diakui banyak orang, panganan ini sering menjadi referensi para wisatawan yang datang ke Yogyakarta. Mereka kadang sengaja datang ke Kampung Wijilan, hanya untuk menikmati gudeg. Setiap hari, jumlah pelanggan Yu Djum pun kian bertambah.

"Omzetnya lumayan, cukup untuk menyekolahkan anak," kata Eni lagi yang enggan menyebutkan besaran omzetnya setiap hari.

Eni mengaku dibandingkan warung Gudeg Yu Djum lainnya, usaha yang dirintisnya ini adalah cabang paling baru. Namun, jumlah pelanggannya tak kalah banyak dengan cabang-cabang lainnya.


"Saya baru empat tahun buka usaha Gudeg Yu Djum di Jalan Wijilan nomor 167. Di selatan saya ada juga Gudeg Yu Djum yang sudah buka puluhan tahun dan masih saudara dari suami saya," ungkapnya.

Ika salah satu pegawai Gudeg Yu Djum Wijilan 167 mengatakan, meski baru empat tahun pelanggannya cukup banyak. Bahkan mulai dari pejabat hingga artis juga menyempatkan diri untuk menyantap gudeg di warung ini.

"Belum lama ini artis sinetron yang bermain di sinetron Tukang Bubur Naik Haji juga menyempatkan makan," ujarnya.

Saat bulan puasa ini, cenderung pelanggannya berkurang dan itu hampir semua penjual gudeg di Wijilan merasakan hal yang sama. Namun pesanan untuk takjil setiap hari pasti ada dan jumlahnya lumayan banyak. "Biasanya pesanan kita antar atau diambil sendiri oleh pemesan,” tuturnya.

Usaha Turun-temurun

Ika yang sudah bekerja sejak Gudeg Yu Djum beroperasi empat tahun silam mengaku saat ini hampir semua anak bahkan cucu dari Yu Djum mendirikan rumah makan Gudeg Yu Djum, sehingga banyak alternatif tempat yang terdekat dari rumah untuk makan atau memesan makanan.

"Mbak Sinta cucu dari Yu Djum yang kini jadi anggota DPRD Sleman juga membuka dua rumah makan gudeg Yu Djum yaitu di daerah Dagen dan Plengkung Gading," tuturnya.

Dari semua rumah makan Gudeg Yu Djum, olahan gudeg dijadikan satu yaitu di Jalan Kaliurang Km 4,5 Karangasem CT III/22. Setelah semua matang maka gudeg didistribusikan di beberapa rumah makan yang dikelola oleh anak maupun cucu Yu Djum.

"Jadi rasa gudeg pasti akan sama dan tidak berbeda," katanya.

Salah satu pelanggan setia Gudeg Yu Djum, Sugiharto mengatakan dalam seminggu sekali pasti menyempatkan diri untuk makan di tempat ini karena rasanya dari dulu sampai sekarang tidak berubah.

sorot gudeg yu djum

"Rasa gurih, pedas dan manis khas gudeg Jogja bisa dipertahankan. Makanya saya sering mampir makan," ujarnya.

Namun diakuinya, karena saat ini bertepatan dengan bulan puasa, membeli gudeg hanya untuk berbuka ataupun jika masih tersisa untuk tambahan menu buka puasa.

"Saya beli sore dan hingga 12 jam gudeg tersebut masih bertahan dan rasanya masih nikmat untuk menu sahur," ungkapnya.

Gudeg Yu Djum, kata Sugiharto, tidak saja di Wijilan, namun sudah ada beberapa cabang atau tempat yang membuka Gudeg Yu Djum yang semua dikelola oleh anak-anak dari Yu Djum dan hampir semua rasanya sama dan tidak berbeda jauh.

"Kebetulan karena rumah saya ada di selatan Yogya, maka yang terdekat Gudeg Wijilan saya membeli di situ," kata dia.

Semenjak puluhan tahun cara mengemas gudeg juga tidak berubah dan pasti menggunakan daun pisang meski tempat gudegnya kardus ataupun piring yang terbuat dari anyaman rotan.

Ilustrasi Dimsum

Mengapa Konsep All You Can Eat Membuat Pengalaman Dimsum Semakin Spesial?

Dimsum bukan hanya soal makanan; ini adalah pengalaman budaya yang mencerminkan tradisi kebersamaan dalam budaya Tionghoa.

img_title
VIVA.co.id
17 November 2024