SOROT 389

Dari Rumah hingga Barang Bekas

Bangunan rumah hasil program bedah rumah yang diprakarsai komunitas Zona Bombong. Foto: VIVA.co.id/Purna Karyanto Musafirian
Sumber :
  • VIVA.co.id/Purna Karyanto Musafirian

VIVA.co.id – Hari masih pagi. Matahari belum juga meninggi. Namun, dua orang sudah terlihat sibuk dengan sendok semen dan cangkulnya. Satu orang sedang mengaduk pasir dan semen dengan cangkulnya.

Meringankan dengan Ambulans

Sementara satunya, sibuk merapikan pondasi dan menghaluskan lantai dengan sendok semen ala kadarnya. Dua orang ini merupakan warga Desa Sokawera, Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah.

Pagi itu, mereka sedang menyelesaikan fondasi rumah Muhamad Soban (30), salah satu warga di sana. Namun, tak tampak tumpukan material laiknya orang yang sedang membangun rumah.

Menampung yang Tak Beruntung

Hanya ada gundukan pasir dan tanah sisa galian. Sisanya, dinding dari bambu yang tampak sudah lapuk dimakan usia.

Mereka terus bekerja, meski hanya ditemani gemericik air sungai, suara serangga dan kicau burung dari hutan yang persis berada di samping desa.

Kukuh Sebut Suka Sama Suka, Pengacara Agus Buntung: Korban yang Kami Hadapi Cuma Satu LP

Sesekali, tawa mereka memecah kesunyian desa yang berada 372 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini. Sementara, Muhamad Soban memilih memantau dari jauh, sambil sesekali berbincang dengan mereka.

“Ini bantuan dari program bedah rumah mas,” ujar Muhamad Soban kepada VIVA.co.id, Selasa, 15 Maret 2016. Ia mengatakan, rumah sebelumnya sudah tak bisa ditinggali.

Karena, selain sudah tua, rumah keluarga besarnya tersebut hanya terbuat dari kayu dan bambu. Padahal, ada enam kepala yang tinggal di sana. “Rumah sangat tidak layak dan sudah tidak berdiri tegak,” ujar bapak dua anak ini.

http://media.viva.co.id/thumbs2/2016/03/25/56f538811a27a-bedah-rumah-zona-bombong_663_382.JPG

Seorang pekerja tengah bekerja dalam program bedah rumah yang diprakarsai komunitas Zona Bombong. Foto: VIVA.co.id/Purna Karyanto Musafirian

Berangkat dari kondisi itu, Muhamad Soban ingin memperbaiki rumahnya. Sebab ia khawatir, rumahnya akan roboh jika terus diguyur hujan.

Namun, penghasilannya sebagai tukang deres kelapa (nira) tak cukup untuk mengongkosi perbaikan rumah. “Tadinya saya akan pinjam uang di bank untuk memperbaiki rumah,” ujar dia saat mengenang.

Ketika mendengar ada program bedah rumah yang dilakukan komunitas Zona Bombong, niat itu ia urungkan. Ia kemudian meminta tolong kepada salah seorang warga untuk menyampaikan kondisi rumahnya kepada komunitas tersebut.

Tak lama kemudian, sejumlah orang melakukan survei, guna melihat kondisi rumahnya. “Setelah disurvei, rumah saya langsung dibongkar dan mulai dibangun,” ujarnya semringah.

Suami Kusmiati ini mengatakan, ia tak mengeluarkan biasa sepeser pun dalam proses pembangunan rumahnya. Karena, semua biaya sudah ditanggung oleh Zona Bombong.

Ia hanya menyiapkan makanan untuk warga yang bekerja membangun rumahnya. “Semuanya gratis mas,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Selanjutnya...Bedah Rumah

***

Bedah Rumah

Muhammad Soban tak sendiri. Sudah banyak warga kurang mampu yang dibantu komunitas yang digawangi oleh anak-anak muda ini.

Datimah (72) misalnya. Nenek sebatang kara yang tinggal di Desa Langgong Sari, Cilongok, Banyumas ini menjadi salah satu warga yang mendapatkan bantuan program Bedah Rumah.

Wanita yang hidup sendiri ini mengaku nyaman dengan rumah barunya, meski dinding bangunan dari kalsiboard dan atap menggunakan seng. Menurut dia, kondisi ini jauh lebih baik dibanding rumah yang ia tinggali sebelumnya.

”Rumah saya roboh karena sudah tua dan dimakan rayap,” ujar dia kepada VIVA.co.id, Kamis, 17 Maret 2016.

Datimah sangat bersyukur dan merasa terbantu. Tak henti-hentinya ia menyampaikan terima kasih kepada Zona Bombong yang telah menolongnya.

Ungkapan yang sama disampaikan Suti (55). Warga Desa Kalimanggis, Cilongok ini juga menjadi salah satu orang yang mendapatkan bantuan program Bedah Rumah. “Rumah saya sebelumnya rusak dan hampir roboh karena terbuat dari gedek,” ujarnya saat VIVA.co.id berkunjung ke rumahnya, Kamis, 17 Maret 2016.

“Alhamdulillah, saya bersyukur punya rumah. Meski kecil tapi nyaman. Ini sudah lebih dari cukup,” ujar dia sambil terbata-bata.

http://media.viva.co.id/thumbs2/2016/03/25/56f539884b504-bedah-rumah-zona-bombong_663_382.jpg

Program Bedah Rumah Zona Bombong fokus untuk memperbaiki rumah kaum duafa yang hampir roboh. Foto: VIVA.co.id/Purna Karyanto Musafirian

“Rumah Pak Soban merupakan yang ketiga belas,” ujar jemaah Zona Bombong yang menangani program Bedah Rumah, Muhamad Ajir Ubaidillah (25). Ia mengatakan, program yang menyasar kaum dhuafa itu sudah berjalan selama dua tahun.

Pria yang akrab disapa Gus Ajir ini menuturkan, usai pulang dari pondok pesantren, ia lebih banyak aktif di majelis taklim dan pengajian. Aktivitas sosialnya dimulai saat ia dengan sejumlah temannya membenahi distribusi zakat fitrah di kampungnya.

“Karena di daerah kami distribusi zakat fitrah belum teratur. Kadang ada ustaz yang kaya, tapi karena sudah turun temurun dapat jatah lebih banyak. Sementara warga yang miskin justru dapat sedikit,” ujar alumni Pondok Pesantren Sunniah Salafiyah, Pasuruan, Jawa Timur ini.

Tak berhenti, Gus Ajir dan teman-temannya pun membuat program Sodaqoh Kolektif. “Jadi kami menitipkan kotak amal di warung-warung. Kemudian kotak itu kami ambil di akhir bulan,” ujarnya menambahkan.

Hasil sedekah kolektif itu awalnya hanya digunakan untuk membantu warga yang membutuhkan. “Misalnya ada warga yang sakit, kami bantu dengan uang itu,” ujarnya mengenang.

Saat mendistribusikan bantuan itu, ia sering menemukan rumah warga yang kondisinya memprihatinkan. Berangkat dari sana akhirnya ia dan teman-temannya sepakat untuk menggunakan dana hasil sodaqoh kolektif tersebut untuk membantu memperbaiki rumah warga.

”Awalnya kami ragu-ragu. Namun, akhirnya kami nekat dengan dana seadanya,” ujar bapak satu anak ini.

Ia mengatakan, program bedah rumah berangkat dari keprihatinan, karena masih banyak warga miskin yang tinggal di rumah yang tidak layak. Sementara, warga yang tergolong mampu seringkali abai dengan kondisi tersebut.

“Kami sering menemukan, tetangga dari warga yang kami bantu merupakan orang kaya,” ujarnya. Selain itu, ia menganggap, program Bedah Rumah merupakan bagian dari dakwah.

“Dakwah itu bukan hanya bicara surga dan neraka atau halal dan haram. Tapi terjun ke masyarakat, menyelami masalah mereka dan ikut mencarikan jalan keluarnya.”

Selanjutnya...Selalu Ada Jalan

***

Selalu Ada Jalan

Gus Ajir mengatakan, untuk mendapatkan program tersebut, komunitasnya tak memberikan syarat yang susah dan berbelit. Warga tinggal mengirim pesan singkat atau telepon.

Setelah itu, tim dari Zona Bombong akan melakukan survei. Jika layak dan memenuhi syarat, rumah warga tersebut akan dibongkar dan langsung dibangun.

Hal itu dilakukan setelah mereka berkoordinasi dengan pemerintah dan warga desa. “Kami selalu melibatkan warga sekitar,” ujarnya.

http://media.viva.co.id/thumbs2/2016/03/25/56f538e335851-muhamad-ajir-ubaidillah-atau-gus-ajir_663_382.JPG

Muhamad Ajir Ubaidillah atau Gus Ajir, penanggungjawab program Bedah Rumah Zona Bombong. Foto: VIVA.co.id/Purna Karyanto Musafirian

Sejauh ini, Zona Bombong belum memiliki standar rumah yang dibangun untuk warga. Biasanya, bentuk dan luas rumah tergantung kebutuhan dan jumlah orang yang tinggal di dalamnya. Meski demikian, secara umum model rumah yang dibangun sama.

Ketua Zona Bombong, Andien Fardin, mengatakan Bedah Rumah merupakan salah satu program komunitas yang ia pimpin. Menurut dia, tiap bulan Zona Bombong menargetkan membangun dua rumah untuk orang miskin.

“Tiap rumah dianggarkan Rp15 juta,” ujar dia kepada VIVA.co.id, Selasa, 15 Maret 2015. Meski menelan dana tak sedikit, komunitas ini tak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Selama ini, dana diusahakan oleh jemaah secara mandiri dan sokongan sejumlah donator tidak tetap. “Kami juga tidak menyebar proposal untuk meminta bantuan,” Gus Ajir menegaskan.

Tak jarang, keuangan komunitas ini minus dan harus menanggung utang saat sedang mengerjakan pembangunan rumah. Meski demikian, selalu ada jalan, sehingga kekurangan tersebut selalu bisa ditutup. “Allah akan membantu hambaNya yang memikirkan saudaraNya.”

Selanjutnya...Sedekah Barang Bekas

Sedekah Barang Bekas

Namun, program Bedah Rumah ternyata masih menyisakan persoalan. Banyak warga yang sudah dibangunkan rumah tapi bingung karena tak ada isinya.

“Kadang mereka nggak punya tempat tidur. Bahkan ada yang tak punya peralatan memasak,” ujar Gus Ajir.

Berangkat dari kondisi itu, Zona Bombong meluncurkan program baru yang bernama Debabe atau Sedekah Barang Bekas.

Awalnya, program ini dimaksudkan untuk membantu warga yang tak memiliki apa pun saat rumahnya selesai dibangun. Namun, pada akhirnya program ini berkembang dan tak hanya menyasar warga yang mendapatkan bantuan rumah.

Pendiri Zona Bombong yang berkecimpung di program ini, Uung Ferry (31), menjelaskan, selama ini banyak barang di rumah warga yang tak terpakai. Menurut dia, daripada memenuhi gudang atau ruangan di rumah, lebih baik barang itu disedekahkan.

Zona Bombong tak membatasi barang bekas yang akan disedekahkan. “Barang apa pun kami terima, selama masih bisa dipakai atau masih bisa diperbaiki,” ujar Uung kepada VIVA.co.id, Kamis, 17 Maret 2016.

Saat ini, ia sedang menyiapkan aplikasi untuk program ini di sistem operasi Android. Nanti, setiap orang bisa menyedekahkan barang bekasnya yang tak terpakai melalui aplikasi tersebut.

“Jadi, nanti bentuknya mirip OLX. Orang bisa upload barang bekas yang hendak disumbangkan lengkap dengan spesifikasi barang serta lokasi,” kata dia.

Menurut dia, sedekah itu bukan hanya uang. Apa pun bisa disedekahkan. “Semakin banyak yang kita berikan, maka semakin banyak orang yang bisa memanfaatkan,” ujar Uung.

(ren)          
 

Roso Budiantoro dan istrinya menyiapkan nasi bungkus gratis untuk dibagikan di program Pagi yang Dahsyat (PYD). Foto: VIVA.co.id/Purna Karyanto Musafirian

Berawal dari Kegelisahan

Di Zona Bombong mereka aktif di sosial kemasyarakatan. Berbagi bahagia

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2016