- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id - Azan Isya baru saja berkumandang. Namun, keramaian sudah terdengar dari salah satu rumah di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan. Sejumlah anak beragam usia tampak bercanda dengan temannya.
Sementara itu, yang lain terlihat sibuk dengan buku di pangkuan. Mereka meriung di lantai, tanpa kursi dan meja. Hanya karpet plastik yang menjadi alas duduk mereka.
Mereka terlihat asyik, mengeja buku atau sekadar bermain ular tangga. Sesekali, tawa mereka pecah menyemarakkan suasana. Tak lama, mereka kembali menekuri buku cerita di tangannya.
Bisingnya suara kendaraan yang lalu lalang dan keramaian ibu kota seolah tak mengganggu konsentrasi anak-anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah pertama ini. Televisi yang ada di samping mereka juga tak membuat anak-anak ini tergoda.
Sejumlah anak-anak tampak asyik membaca di Rumah Baca Zhaffa.
Anak-anak ini merupakan pengunjung tetap Rumah Baca (RB) Zhaffa. Taman baca yang terletak di tengah permukiman padat penduduk ini memang ramai dikunjungi sejak berdiri. Tak ada yang istimewa dari "perpustakaan" yang didirikan pada Agustus 2008 ini.
Sejauh mata memandang, hanya ada buku dan bahan bacaan yang tertata di rak atau tergeletak di sembarang tempat. Ratusan buku menumpuk dalam rak yang menempel di dinding ruangan. Sementara itu, sisanya diletakkan di teras rumah karena keterbatasan ruang.
“Saya sudah sering ke sini mas,” ujar Khoiriyah Dea Lesmana, saat VIVA.co.id berkunjung ke taman baca ini, Selasa, 13 Oktober 2015.
Siswi kelas satu SMP ini mengatakan, ia sudah menjadi "pelanggan" tetap RB Zhaffa sejak masih duduk di taman kanak-kanak (TK). Ia mengaku betah di rumah baca ini. Di Zhaffa, ia tak hanya membaca, namun juga bisa bermain dengan teman sebaya. Tak hanya itu, taman baca ini juga sering mengajak mereka jalan-jalan dan berwisata. “Setiap hari saya ke sini.”
Lontaran senada disampaikan Raditya. Siswa kelas empat SD ini mengaku sudah ke Zhaffa sejak kecil. Awalnya, ia diajak saudaranya. Namun, lama kelamaan dia merasa kerasan. Selain membaca dan belajar, ia bisa bermain di tempat ini. “Saya biasa main congklak, puzzle, kereta-keretaan,” ujarnya.
Ia mengatakan, sepulang sekolah, waktunya memang banyak dihabiskan di Zhaffa. Karena, tak ada taman bermain di dekat rumahnya. Hanya ada tanah lapang yang sering digunakan untuk bermain bola oleh anak-anak yang lebih tua darinya.
Ruang Belajar dan Bermain
Pendiri RB Zhaffa Yudy Hartanto mengatakan, ia sengaja mendirikan taman baca karena prihatin dengan kondisi anak-anak di lingkungannya. Sebab, tak ada ruang bermain atau sanggar yang bisa digunakan untuk menyalurkan kreativitas anak-anak. Akibatnya, anak-anak bermain di jalanan atau berlarian di sela-sela gang di depan rumah mereka.
Menurut dia, kondisi itu sangat mencemaskan. Karena, kekerasan dan kejahatan bisa mengancam mereka kapan saja. “Anak butuh ruang untuk bermain agar mereka merasa nyaman,” ujarnya kepada VIVA.co.id, Selasa, 13 Oktober 2015.
Yudy yakin, taman baca yang ia dirikan bisa menjadi ruang bagi anak-anak untuk bermain dan menyalurkan bakat dan minat. Selain itu, ia berharap, Zhaffa bisa melindungi anak-anak dari ancaman tindak kejahatan atau kekerasan.
Anak-anak membutuhkan sarana untuk mengekspresikan diri. Menurut dia, hal itu ampuh untuk menangkal ancaman kekerasan dan kejahatan terhadap mereka.
“Dengan adanya sarana aktivitas, anak akan terbiasa melakukan kegiatan positif dan merasa ada yang mendampingi mereka,” dia menambahkan.
Sayangnya, fasilitas kreativitas anak di DKI sangat kurang, terutama yang dapat dinikmati anak-anak secara bebas dan gratis. “Sanggar kreativitas dan taman bacaan bisa menjadi solusi mencegah kekerasan anak,” ujarnya yakin.
Ia ingin menciptakan taman baca yang bukan sekadar buku, tapi menjadi komunitas yang ramah anak. Upaya itu dilakukan dengan menampung apa pun kegiatan yang mendukung tumbuh kembang anak.
“Beberapa aktivitas yang kami lakukan adalah bimbingan belajar gratis, camping, wisata edukasi, menulis, belajar komputer, story telling, membuat kreativitas dari barang bekas, bedah buku dan lain-lain,” tuturnya.
Hal senada disampaikan Edi Dimyati. Pendiri taman baca Kampung Buku ini mengatakan, di tengah minimnya ruang bermain anak, taman baca bisa menjadi solusi untuk memproteksi anak-anak dari ancaman kekerasan dan kejahatan. Menurut dia, ruang bermain dan sarana kreativitas anak memiliki fungsi sebagai media tempat anak berkreasi.
“Generasi yang kreatif akan menghilangkan budaya negatif seperti kekerasan, seks menyimpang, dan kasus-kasus lainnya,” ujarnya kepada VIVA.co.id, Rabu, 14 Oktober 2015.