- VIVA.co.id/Tasya Paramitha
VIVA.co.id - Dulu, pasar masih diasosiasikan tempat dagang kumuh yang beda kasta dari mal atau plaza. Namun, kesan itu pupus ketika sejumlah pasar saat ini, khususnya yang berada di kota-kota besar, menjelma menjadi tujuan favorit para warga.
Tidak cuma untuk jual-beli, namun bisa jadi tempat asyik untuk kongkow-kongkow. Ini yang terlihat di Pasar Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara.
Saat itu, hari menjelang siang, Rabu 11 Maret 2015, tampak hanya keramaian warga yang memenuhi seisi pasar. Bahkan, penuhnya tempat juga terlihat dengan kondisi parkiran resmi yang disediakan sudah tak ada lagi ruang yang tersisa.
Meski dipadati oleh para pengunjung, jangan kaget kalau ternyata pasar ini jauh dari kondisi kumuh dan jorok. Istimewanya, pasar yang terletak di Jalan Pantai Indah Kapuk Boulevard BI TP/25 Kamal Muara, Penjaringan tersebut tak ubahnya dengan pasar-pasar yang ada di luar negeri.
Dinamakan Fresh Market PIK (Pantai Indah Kapuk), dijamin membuat setiap yang datang akan disegarkan karena pasarnya sangat modern. PIK sangat mirip dengan Orchard Road, Singapura, terutama di sepanjang Jalan Marina Indah Raya dan Jalan Elang Laut.
Banyak rumah toko yang disulap begitu rupa hingga mirip dengan pusat jajan di luar negeri. Di beberapa titik, ada yang mirip pusat jajan Dongdaemun di Korea Selatan sehingga tak mengherankan apabila kombinasi antara deretan lampu, kanopi dan kursi-meja bertema unik ikut menyajikan panorama mengesankan.
Deretan kedai makanan di Pasar PIK (Pantai Indah Kapuk), Jakarta Utara. Foto: VIVA.co.id/Tasya Paramitha
Pasar PIK ini memang telah cukup lama menjadi tempat berbelanja, makan sekaligus hang out atau tempat tongkrongan yang mengasyikan bagi masyarakat yang tinggal di daerah Jakarta Utara dan sekitarnya. Untuk mencapai pasar ini, Anda harus melewati Yayasan Buddha Tzu Chi kemudian memutar balik sampai melihat bangunan pasar yang sangat besar.
Berdasarkan pantauan VIVA.co.id, tempat ini tergolong pasar modern karena Anda akan menemukan beberapa fasilitas yang biasa ditemukan di mal-mal besar. Antara lain, adanya lobi, parkiran basement atau lantai dasar, eskalator hingga lift.
Pasar dibagi menjadi dua bagian, yaitu pasar basah dan kering di lantai paling bawah yang menjadi motor penggerak kegiatan jual beli di sana. Sisanya, yakni unit-unit yang disebut kios atau TP (Toko Pasar) yang diisi penjual makanan, pakaian, toko emas, perhiasan, alat elektronik hingga barber shop yang berada di lantai LG dan Ground Floor.
"Saya senang sehari-hari bisa berbelanja kebutuhan pokok di sini. Sangat nyaman berbelanjanya, mulai dari ikan, daging, sayur, buah, bunga hingga alat-alat rumah tangga," ujar Mitha, salah seorang pengunjung yang begitu terkesan dengan Pasar PIK.
Awal Pendirian
Building Manager sekaligus Kepala Pasar Fresh Market PIK, Setya Ardi Panca Himawan, mengatakan bahwa pasar ini dibangun sekitar tahun 2005-2006 silam. Akan tetapi, katanya, karena banyaknya persiapan yang harus dilakukan maka untuk grand openingnya atau pembukaan sendiri baru dilaksanakan pada tanggal 16 November 2008.
Menurut dia, pasar tersebut dibangun sebagai salah satu fasilitas perumahan di PIK karena cukup tingginya kebutuhan para penduduk di sana.
"Waktu itu, kita lihat jumlah penduduk yang ada di PIK kayaknya sudah perlu pasar. Sekaligus sebagai barometer perekonomian sebuah tempat itu kan bisa diukur dari pasar, mal, ruko dan sebagainya," jelas Setya saat ditemui VIVA.co.id, Rabu, 11 Maret 2015 di Fresh Market PIK, Jakarta Utara.
Dia mengungkapkan, setelah dibuka, tak bisa dipungkiri pasar juga sempat mengalami pasang surut. Kondisi pasar saat itu tergolong sepi dan belum memenuhi ekspektasi pelanggan.
Namun demikian, seiring dengan perkembangan PIK yang pesat, otomatis kebutuhan masyarakat pun bertambah. "Awal tahun 2010, akhirnya grafik kita naik dan sampai sekarang belum pernah turun," tuturnya.
Dengan meningkatnya grafik pengunjung pasar, katanya, disebabkan oleh banyaknya kios-kios yang menawarkan aneka ragam hidangan di lantai ground floor.
Sejumlah pengunjung menikmati makanan di food court Pasar PIK, Jakarta Utara. Foto: VIVA.co.id/Tasya Paramitha
Di sanalah letak food court atau tempat aneka makanan pasar yang selalu diserbu pengunjung pada pagi hari di saat pasar baru buka pada pukul 05.30 WIB hingga siang hari.
Setya menyampaikan bahwa kios-kios makanan memang sengaja ditempatkan oleh pengelola untuk menarik pengunjung.
"Bisnis yang tidak lekang dimakan zaman itu bisnis makanan. Seiring dengan konsep PIK sendiri yang menjadi pusat kuliner, owner minta dijadikan konsentrasi makanan," ungkapnya.
Dari situ lah, Setya menerangkan bahwa pengelola kemudian lebih fokus ke arah kuliner pasar. Akan tetapi, dia mengaku, hal tersebut bukan berarti meninggalkan yang lainnya.
"Pihak pengelola ingin membuat PIK tak hanya sebagai tempat berbelanja, namun juga pusat kuliner. Hal itu sudah tercapai. Pasar ini sekarang telah menjadi salah satu destinasi kuliner. Banyak orang dari Jakarta Selatan dan Bekasi yang rela datang jauh-jauh hanya untuk mencoba makanan di sini," ujarnya.
Wisata Kuliner
Nah, bicara mengenai kuliner pasar, di sini mayoritas kios menjual Chinese Food atau makanan-makanan China. Penyebabnya karena masyarakat yang tinggal di kawasan PIK umumnya merupakan keturunan China atau peranakan.
Saat Anda mengunjungi area food court maka akan menemukan kios-kios Kopitiam, Mi Udang khas Singapura, Mi Hakka, Bak Kut Teh, Bihun Bebek, Bubur khas China dan masih banyak lagi. Kios-kios tadi mengelilingi puluhan bangku dan kursi sederhana yang ditata rapi.
Jika dilihat sekilas, benar-benar mirip dengan yang mungkin pernah Anda temui di pusat kuliner pinggir jalan di Singapura. Tak mengherankan memang, karena kabarnya sang pemilik secara khusus mendatangkan konsultan asal Singapura saat membangun pasar ini.
Segala menu pun menunggu dipilih pengunjung. Ada juga masakan ala Asia Timur, kawasan Timur Tengah, Eropa, hingga Mediterania siap menguji selera Anda.
Saat berkunjung ke sana, Anda patut mampir ke kios bakmi legendaris, yaitu Bakmi PIK yang terletak tepat di sebelah kanan pintu masuk pasar. Bisa dikatakan bahwa kios yang satu ini tak pernah sepi pengunjung dari buka hingga tutup.
Anda bisa memilih bakmi yang dipesan baik itu bakmi ayam atau bakmi babi yang dihidangkan bersama semangkuk kuah kaldu segar dengan taburan daun bawang. Taburan daging di atas bakmi terbilang cukup banyak.
Tekstur bakminya sendiri begitu kenyal dan tidak keriting, melainkan lurus-lurus. Rasanya pun sangat berbeda karena dibuat homemade alias racikan tangan sendiri.
Tak hanya bakmi, kios ini juga menawarkan deretan menu lezat lainnya mulai dari bihun ayam atau babi, kwetiau, locupan, suikiau, nasi tim, bubur hingga siomay. Tentu seluruhnya dimasak dengan bumbu-bumbu khas China.
Hidangan lain yang menjadi primadona di pasar PIK adalah Mie Babat Baikut 89 khas Bogor yang terletak di lorong belakang food court. Cita rasa mi ini cukup unik dengan kuah yang tak begitu gurih, namun sangat segar.
Uniknya lagi, mi tak hanya disajikan bersama babat, tapi juga labu dan potongan daun bawang yang digoreng kering hingga warnanya berubah menjadi hitam. Taburan daun bawang gosong inilah yang memberikan efek unik, terutama saat menyeruput kuah mi babat.
Sejumlah pengunjung berbelanja di kios buah Pasar PIK, Jakarta Utara. Foto: VIVA.co.id/Tasya Paramitha
Hidangan ketiga yang cukup populer, yakni Bak Kut Teh yang merupakan sup iga babi yang dimasak berjam-jam hingga tekstur daging menjadi super empuk dan mudah terlepas dari tulang. Elemen penting dalam hidangan satu ini, yakni bawang putih utuh yang belum dibuang kulitnya.
Bawang putih ikut dimasak di dalam kaldu bersama daging iga. Cukup banyak kios yang menawarkan hidangan ini karena Bak Kut Teh termasuk hidangan asal China yang paling populer di dunia.
Banyaknya kuliner-kuliner lezat di pasar PIK membuat banyak pengunjung rela datang pagi-pagi untuk sarapan, apalagi di akhir pekan. Hal itu diungkapkan oleh Karina, salah satu pengunjung tetap pasar.
"Di sini (food court) selalu ramai. Harga makanannya juga terjangkau sekitar Rp25-Rp40 ribu, malahan ada yang di bawah Rp25 ribu juga. Kalau pagi hari atau akhir pekan pasti susah dapat tempat duduk. Biasanya, lagi akhir pekan di Sabtu dan Minggu, banyak yang melakukan aktivitas olah raga juga, seperti joging dan habis itu sarapan di PIK," ujarnya kepada VIVA.co.id.
Menurut Karina, berbelanja dan jalan-jalan di pasar PIK adalah aktivitas yang rutin dilakukannya setidaknya seminggu sekali. Itu karena jarak pasar yang sangat dekat dengan tempat tinggalnya.
"Tapi kalau lagi nggak sempat keluar rumah, kita juga bisa pesan antar barang-barang yang dijual di sini mulai dari daging, sayur, alat rumah tanggan sampai makanan," tambahnya.
Setiap kios yang ada di Pasar PIK, Jakarta Utara ini sudah dilengkapi dengan fasilitas telepon atau contact person si pedagang. Dengan demikian, seperti halnya Karina maka para pengunjung lainnya bisa melakukan permintaan delivery service atau layanan pengiriman kepada si pedagang untuk mengantar sampai ke rumah pelanggan. (ren)