SOROT 328

Emas dari Barang Bekas

Mall Rongsok
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ahmad Rizaluddin

VIVA.co.id - Hari masih pagi,  jarum di jam baru menunjuk angka sembilan. Namun, kesibukan sudah tampak di sebuah bangunan itu.

Deretan motor dan sebuah mobil sudah terparkir. Orang-orang mulai hilir mudik.

Dari luar, tak ada yang istimewa dengan bangunan berbentuk kotak ini. Namun, pengunjung langsung disuguhi timbunan barang bekas saat masuk ke bangunan seluas 800 meter persegi ini.

Ribuan jenis barang bekas terlihat berserak dan berjejal memadati ruangan. Sisanya dikemas dengan plastik dan digantung di langit-langit.

Terletak di Jalan Bungur Raya No 1, Kukusan, Depok, Jawa Barat, bangunan dua lantai ini merupakan Mall Rongsok milik Nurkholis Agi (47). Beragam barang elektronik, etalase, buku, alat olahraga dan berbagai pajangan tampak berjejal di lantai satu.

Sementara di lantai dua berisi barang-barang furnitur. Selain itu, di lantai yang tak lagi mulus ini juga terlihat tumpukan kereta bayi, koper, manekin dan parabola.

Puluhan kaleng cat dan sejumlah kursi yang sedang dalam proses perbaikan menambah sesak ruangan. Seorang karyawan tampak sedang membersihkan etalase kaca di ruangan bagian depan.

Sementara karyawan lain ada yang sedang memperbaiki kipas angin dan kursi. Sisanya sibuk melayani pembeli yang datang dan pergi.

Berawal dari Hobi

Pusat perbelanjaan barang bekas ini berdiri sejak 2010 lalu. Ada sekitar 40 ribu item jenis barang yang dijajakan di mal ini.

Mall Rongsok

Sebelum mendirikan Mall Rongsok, beragam profesi sudah pernah Nurkholis lakoni. (VIVA.co.id/Ahmad Rizaluddin)

“Awalnya karena hobi,” ujar Nurkholis membuka percakapan saat VIVA.co.id berkunjung ke mal nya, Selasa, 20 Januari 2015. Nurkholis menuturkan, sejak usia delapan tahun, ia sudah sering keliling kebun mencari barang rongsokan.

Hobi itu berlanjut hingga remaja dan beranjak dewasa. Ayah lima anak ini mengaku sudah mendatangi semua tempat rongsokan di Jakarta.

“Saya cari barang, lalu saya servis. Setelah diservis saya jual,” ujarnya bercerita.

Setelah barangnya laku, uangnya ia gunakan untuk nongkrong dan makan bareng istrinya di mal. “Lama kelamaan saya punya pikiran mau bikin mal tapi rongsok,” ujarnya mengenang.

Sebelum mendirikan Mall Rongsok, Nurkholis sudah malang melintang dan gonta ganti pekerjaan. Beragam profesi sudah pernah ia lakoni, mulai dari jadi karyawan apotek, servis motor, servis mobil, tukang cukur hingga jualan barang-barang kelontong di pinggir jalan.

Namun, semua usaha tersebut bangkrut. Akhirnya, menjelang tutup tahun 2009 ia mendirikan bengkel elektronik bernama ‘Adi Elektronik’.

Sambil mengelola bengkelnya, Nurkholis rajin mengumpulkan barang-barang bekas dari berbagai tempat. Saat itu, ia belum menggunakan nama Mall Rongsok karena barangnya masih sedikit.

Namun, setelah barangnya dirasa banyak barulah tempat yang semula menjadi bengkel elektronik tersebut ia sulap menjadi Mall Rongsok. “Empat tahun saya kumpulin barang. 2010 bulan Mei baru kasih nama Mall Rongsok,” ujar pria yang sudah mencoba 28 jenis pekerjaan ini.

Selain hobi, Nurkholis memilih bisnis ini karena melihat peluang. Menurut dia, selama ini orang menjual rongsok hanya untuk jenis tertentu, misalnya telepon genggam atau komputer.

“Nah saya punya pikiran bagaimana kalau saya bikin semuanya ada tapi yang punya satu orang,” ujarnya. Tak dinyana, usahanya ini terus berkembang.

Uang seratus ribu yang ia gunakan sebagai modal awal terus beranak pinak. Saat ini, omset mal besutan Nurkholis ini mencapai seratus juta per bulan.

Beli Barang di Situs Ini Bisa Hutang

Lihat juga VIDEO-nya dalam.

Pembeli Berdatangan

Bos IKEA Masih Gemar Beli Baju Bekas

Nurkholis menjual barang-barangnya dengan sistem satuan. Sebab menurut dia, keuntungannya lebih besar dibanding dijual kiloan.

Mall Rongsok

Menperin Puji Pengusaha Elektronik Bekas Ini

Pengunjung Mall Rongsok bebas berkeliling untuk berburu barang. (VIVA.co.id/Ahmad Rizaluddin)

Ia mengaku, bisa meraup untung hingga dua ratus persen dari setiap barang. Meski hanya berisi barang-barang bekas, tempat ini tak pernah sepi dari pembeli.

Menurut dia, setiap hari ada sekitar seratus orang yang datang. Ernawati (42) salah satunya.

Pengusaha salon dan penyalur tenaga kerja ini mengaku sering datang ke tempat ini. Alasannya, ia bisa menemukan barang yang dibutuhkan dengan harga murah.

Selain itu, ia merasa bisa menjaga lingkungan karena mengurangi sampah. Erna mengaku sudah menjadi pelanggan Mall Rongsok sejak dua tahun lalu.

Mantan anggota DPRD Kota Depok ini mengaku betah muter-muter dan belanja di mal milik Nurkholis ini. Menurut dia, belanja di Mall Rongsok bisa santai dan penuh kekeluargaan.

Kadang Ernawati datang hanya untuk berbincang. “Syukur nemu barang yang kita ingin dengan harga miring,” ujarnya sambil tersenyum.

Menurut Erna, Mall Rongsok lumayan lengkap. Ia bisa membeli barang-barang untuk kepentingan usaha hingga kebutuhan keluarga.

“Barangnya lengkap dari alat kantor, rumah tangga sampai bidang usaha. Semuanya ada di sini. Selain itu, tempat ini unik,” ujar Erna.

Meski membeli barang bekas, Erna tak cemas. Pasalnya, selain bisa ditukar sewaktu-waktu, kadang ia bisa minta tolong Nurkholis untuk memperbaiki.

“Kadang jika barang yang saya beli rusak saya bisa complain dan diperbaiki dengan gratis. Jadi enak.”

Ungkapan senada disampaikan Iwan (42), pelanggan yang lain. Warga Depok ini mengaku sering datang ke mal unik ini.

Kadang, ia datang hanya untuk melihat-lihat dan tak mencari barang tertentu. Namun, tak jarang Iwan menemukan barang yang ia butuhkan.

“Sering dapat barang dari sini seperti lampu belajar, alat olahraga, telepon,” ujarnya. Menurut dia, barang di Mall Rongsok lengkap dan barangnya banyak.

Ia mengaku senang belanja di Mall Rongsok karena bisa bebas berkeliling untuk berburu barang. “Kalau di tempat lain kita baru datang sudah ditanyain jadi ga enak.”

Pembeli mal ini tak hanya dari wilayah Depok dan sekitarnya, namun juga datang dari wilayah lain di seputaran Jakarta. Tak hanya itu, sejumlah warga negara asing juga menjadi pelanggan mal unik ini.

“Selain dari Indonesia, saya juga ada langganan dari Inggris, Jepang, Korea dan Jerman. Sebulan dua kali orang Inggris datang. Mereka biasanya cari lukisan,” ujar Nurkholis menjelaskan.

Berburu Rongsokan

Awalnya, Nurkholis harus menyambangi tempat-tempat penjualan barang-barang bekas guna mendapatkan barang dagangan. Namun, lama kelamaan orang-orang datang ke malnya untuk menjual barang-barang bekas.

Selain dari perorangan, mal rongsok juga disuplai barang-barang bekas dari institusi, perguruan tinggi atau sisa tempat usaha. "Suplai barang dari restoran, kampus, orang rumahan, KFC, Chevron. Juga dari kantor-kantor pemerintah dan bank,” ujarnya.

Nurkholis menerangkan, tiap hari ada saja orang yang datang untuk menjual barang bekas. Seperti hari itu.

Sejak pagi, Nurkholis sudah ditunggu Ivan Fauzi (35). Ivan merupakan salah satu penyuplai barang ke Mall Rongsok.

Siang itu, kontraktor ini menawarkan barang-barang perlengkapan restoran. Ia mengatakan sudah sering menjual barang bekas kepada Nurkholis.

Sebagian besar barang yang ia jual adalah furnitur dan perlengkapan kantor. “Saya pernah menjual meja, kursi. Kalau saya barang usaha, punya orang bukan punya saya pribadi,” lanjut Nurkholis.

Ia mengaku senang berbisnis dengan Nurkholis. Karena selain cepat, harga yang diberikan koelagnya itu juga bagus.

“Kalau di sosmed kelamaan. Kalau di sini kasih lihat barang dia oke langsung bayar. Harga juga lebih bagus.”

Ivan mengaku tak pernah menjual barang bekas ke tempat lain. Ia mengatakan, ke depan ia akan tetap menjual barang bekas ke Mall Rongsok milik Nurkholis ini.

Menjelang siang seorang remaja usia belasan datang ke mal ini. Kedua tangannya menenteng bungkusan.

Remaja bernama Rizki ini hendak menjual printer dan scanner bekas miliknya. Ia mengatakan, dua barang itu ia jual karena tak terpakai.

Selain itu, ia sudah membeli printer dan scanner baru. Siswa di salah satu SMA di Depok ini memilih menjual barang bekasnya ke Mall Rongsok karena lebih cepat.

“Saya jual di sini karena bisa lebih cepet dan deket,” ujarnya. Akhirnya, dua barang itu berpindah tangan dan dihargai Rp45 ribu.

Sementara itu, kamera merek Panasonic VHS yang ia bawa tidak jadi dijual karena ditawar terlalu murah. Menurut dia, kamera tersebut masih bagus.

Sama seperti dia barang sebelumnya, kamera itu ia jual karena sudah beli yang baru. “Tidak jadi saya jual karena harganya terlalu murah. Kamera ini cuma dihargain Rp200 ribu. Saya mintanya Rp2 juta karena dulu belinya Rp5 jutaan.”

Hari beranjak siang. Namun, sejumlah pembeli terus berdatangan.

Iwan juga masih tampak asyik berburu barang. Sesekali ia membongkar gundukan barang yang teronggok di sana sini.

Sementara, keluarga Nurkholis terlihat asyik menonton televisi yang ditaruh di ruangan bagian depan. Sesekali istri Nurkholis melayani pembeli dan orang-orang yang akan menjual barang ke mal unik ini. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya