- VIVAnews/Fajar Sodiq
VIVAnews – Siang itu seorang pemuda turun dari sebuah truk besar yang menepi di jalan berdebu. Setelah melambaikan tangan berpisah pada kawan di dalam truk, pria berpostur ceking ini segera beranjak menuju kediamannya, tak jauh dari tempatnya turun.
Tak lupa, dibawanya jirigen putih berisi air bersih lima liter. Oleh-oleh khas warga setempat untuk keluarganya di Dusun Blandit Timur Desa Wonorejo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Jawa Timur.
Sudah puluhan tahun di lereng bukit itu kesulitan air. Meskipun dikelilingi sumber air yang tetap basah di musim kemarau, tanah di Dusun Blandit tak bisa mengeluarkan air. Jika membuat sumur sampai 25 meter pun tidak keluar air. “Tidak ada yang punya sumur,” kata Kusnan, warga RT 13 RW 5 Dusun Blandit Timur, Selasa 9 September 2014.
Kondisi itu dialami oleh tujuh RT di RW 5 Dusun Blandit Timur. Untuk mencari air, Kusnan kecil puluhan tahun lalu, harus berjalan 2 kilometer ke arah utara, mengambil air di Sumber Tretes. Dia butuh 2 jam untuk bisa sampai dan kembali dengan membawa dua kaleng air 25 literan.
Tahun 1986 keadaan mulai membaik. Pemerintah saat itu menyalurkan air dari Sumber Tretes ke dalam tandon buatan untuk konsumsi seluruh warga Dusun Blandit. Kusnan cukup berjalan 15 menit, meskipun harus antre dengan warga lain yang ingin memenuhi kaleng mereka. “Tandon umum, jadi pipanya tidak disalurkan ke rumah. Kalau ambil ya harus ke situ,” katanya.
Seiring berjalannya waktu, teknologi dan perekonomian di Singosari semakin membaik. Tahun 2005 Pemerintah Kabupaten Malang membuat sumur bor di Dusun Banyol, Desa Wonorejo.
Sumur itu disediakan untuk memenuhi kebutuhan air bagi warga Dusun Banyol dan Dusun Blandit. “Jaraknya sekitar 1 km dari sini, airnya banyak tidak pernah kering. Saya selalu ambil air dua jerigen setiap hari sepulang sekolah,’ kata Islamiyah, remaja setempat berusia 18 tahun.
Tak berselang lama, tahun 2010 warga pun menyalurkan pipa dari sumur bor sampai ke rumah masing-masing. Sebuah tandon berkapasitas ribuan liter dan jaringan pipa sepanjang 1 kilo memungkinkan air sampai dengan lancar ke kamar mandi setiap rumah. Kala itu tak ada biaya untuk pompa air.
Distribusi air memanfaatkan sistem gravitasi. Satu rumah cuma membayar Rp 25 ribu jika menghabiskan banyak air. Alat meter air sederhana dipasang untuk mengukur debit air yang digunakan di setiap rumah.
Hanya saja kondisi itu tak berlangsung lama. Pipa sambungan yang melintas sungai dicuri orang. “Sudah tiga kali ini. Terakhir dua tahun lalu. Sampai sekarang belum kami pasang lagi,” lanjut Kusnan yang juga Kaur Keuangan Dusun Blandit Timur. Nampaknya perbaikan penghidupan tak merata dirasakan seluruh warganya.
Praktis, warga pun kembali mengandalkan tandon sumber air Tretes. Meskipun harus antre berjam-jam namun jaraknya relatif lebih dekat ketimbang harus berjalan 1 kilo naik bukit ke Dusun Banyol.
Namun, Sumber Tretes kini tak lagi bersahabat seperti puluhan tahun lalu. "Sejak 2010 tandon selalu kering jika musim kemarau tiba, hutan di atas bukit gundul. Pohonnya diganti tanaman jagung dan singkong,” kata Islamiyah, melanjutkan.
Akibatnya hampir setiap Agustus hingga Oktober kekeringan melanda Blandit. Jika sedang buntung kekeringan bahkan berjalan sampai Desember.
Bagi warga yang punya kendaaraan bermotor mengambil air di Dusun Banyol lebih mudah ketimbang warga yang harus berjalan kaki. Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Malang rutin droping air dua hari sekali di dusun tersebut.
Seperti yang terjadi pada Selasa 9 September 2014 lalu. Deretan jirigen air mengantre untuk diisi mobil tangki milik PMI. Hiruk pikuk warga berebut menempatkan jirigen di ujung terdekat dengan selang air mobil. Puluhan warga yang sebagian besar wanita, sigap menunggu dan mengambil jirigen jika telah penuh.
Mereka, membawa dua jirigen air menggunakan pikulan dari kayu. Dengan langkah cepat, tanpa beralas kaki, mereka membawa air dengan hati-hati.
Memastikan air tak tumpah dan terbuang percuma di sepanjang jalan. Seorang wanita tampak menjinjing jirigen dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya sibuk membetulkan posisi gendongan seorang anak balita.
Tanpa air bersih nasi jagung dan tiwul tak bisa direbus. Beras punel hasil buruh tani di sawah orang hanya akan memenuhi lumbung tanpa bisa dimasak.
"Sebagian warga di sini adalah buruh tani, buruh lepas dan kuli bangunan,” kata Kusnan.
Sejak 2010 tandon selalu kering jika musim kemarau tiba. (Foto: VIVAnews/Juna Sanbawa)
Kekeringan Musiman
Perhatian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang tercurah pada Dusun Blandit Timur serta dua kecamatan lain yang kesulitan air bersih pada 2014, yaitu Kecamatan Kalipare dan Pagak. BPBD membagi tugas droping air dengan PMI, PDAM dan Dinas Cipta Karya Kabupaten Malang.
Setiap daerah rata-rata mendapatkan tiga kali droping setiap dua hari sekali sejak Agustus 2014. Droping air bersih dipilih sebagai upaya darurat untuk mengatasi krisis air bersih yang terjadi saat ini.
"Untuk Blandit Timur sudah kami ajukan anggaran pipanisasi dari sumur bor di Dusun Banyol ke Provinsi, tapi belum turun sampai sekarang,” kata Kepala BPBD Kabupaten Malang Hafi Lutfi, Kamis.
Berikutnya BPBD berencana membuat Posko Kekeringan yang berisi lintas instansi di Kabupaten Malang. Posko ini sebagai pusat koordinasi dan informasi penanganan kekeringan dengan lebh cepat dan tepat sasaran.
"Jadi jika ada sawah yang kekeringan bisa segera kami sampaikan ke Dinas Pertanian dan Perkebunan untuk mendapatkan penanganan segera, BPBD sebagai leading sektornya,” katanya.
Jika tak ada aral melintang posko dijadwalkan bekerja Senin minggu ini. Upaya itu menurutnya tidak berlebihan. "Ini untuk antisipasi El Nino saja, kami khawatir kekeringan tahun ini lebih panjang, sampai Desember,” katanya
Sementara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Karangploso menyatakan masyarakat harus tetap tenang menanggapi isu el nino.
Tak perlu ada rasa cemas dan was-was secara berlebihan. BMKG khawatir respon yang berlebihan akan menyebar dan menyebabkan panik massal.
"Prediksi kami kemarau tahun ini berakhir di Oktober. Jika pun terjadi El Nino adalah El Nino yang lemah, karena suhu permukaan laut sampai sekarang masih normal. Masyarakat tidak perlu panik,” kata Rahmatullah Aji, Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Karangploso, Kamis 11 September 2014.
Dari pengamatannya, banyak media yang menyebarkan informasi salah tentang fenomena El Nino. Anomali cuaca yang menyebabkan kemarau berkepanjangan itu disebutnya sangat kecil kemungkinan terjadi di Malang ataupun Jawa Timur bahkan Indonesia. “Tidak ada gejala itu, suhu air laut juga normal,” katanya.
Kondisi ini menurutnya jauh berbeda dengan tahun 1997, ketika terjadi kemarau berkepanjangan. Ataupun tahun 2010 saat terjadi La Nina yang menyebabkan banjir di mana saja.
Saat itu suhu permukaan laut di sekitar Indonesia lebih hangat dibanding suhu laut di Pasifik tengah. "Akibatnya awan hujan berpindah ke sini dan menyebabkan intensitas hujan naik,” tuturnya.
Jual Kambing
Lain di Malang, lain pula di Wonogiri, Jawa Tengah. Sularno, salah satu warga Paranggupito meratapi kondisinya saat musim kemarau. Maklum, wilayah Paranggupito yang terletak paling selatan Kabupaten Wonogiri ini menjadi daerah yang paling parah dilanda kekeringan. “Kekeringan di sini sudah biasa setiap tahun," kata Sularno.
Dia mengaku sudah menjual satu kambing untuk membeli air satu tangki. Biasanya satu tanki air bisa dipakai untuk satu bulan. Itu pun harus berhemat. Harga setangki air berkisar Rp200 ribu.
Bukan hanya menjual ternak, warga juga membuat gaplek atau ubi kering untuk membeli air. Kebiasaan seperti ini sudah menjadi rutinitas bagi warga di sini.
“Kami panen gaplek untuk membeli air dan panen ternak juga untuk membeli air," kata Sularno. "Jadi ya sama saja."
Katino nemilih mencari cara yang berbeda. Warga Paranggupito ini tidak membeli air tanki. Dia memilih membuat bak penampungan yang mengandalkan PDAM.
Hanya saja suplai air dari PDAM sangat terbatas. PDAM hanya mengalirkan air setiap dua kali dalam sepekan, yakni Selasa dan Kamis. Suplai dua kali itu dibagi untuk wilayah timur Paranggupito pada Kamis dan Selasa untuk wilayah barat. "Makanya bak ini juga untuk menampung air hujan."
Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Desa Kecamatan Paranggupito Sigit Yulianto mengatakan, kekeringan yang melanda Paranggupito terjadi merata. Bahkan, dari 8 desa yang berbatasan langsung dengan Pacitan Jawa Timur itu hampir semua kesulitan air. "Ini telah terjadi sejak Juli lalu,” kata dia.
Kekeringan menyebabkan waduk di Paranggupito debit airnya menyusut. (Foto: VIVAnews/Fajar Sodiq)
Siklus Berubah
Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat kekeringan telah melanda 783 desa di 23 kabupaten dan tujuh provinsi.
Kekeringan ini menyebabkan lebih dari 1900 hektare lahan pertanian kering dan gagal panen. "Karena itu kami terus memantau dan memasok air ke wilayah kekeringan," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Kepala Bidang Informasi Iklim Badan Meteorologi dan Geofisika Evi lutfiati mengatakan, kekeringan di sejumlah wilayah di bagian selatan Indonesia ini fenomena normal.
Hanya saja awal musim kemarau di wilayah ini lebih lambat dibanding yang lain. "Harusnya puncak musim kemarau itu Juli. Tapi kelihatannya Agustus-September," kata Sutopo.
Soal El Nino yang pernah diprediksikan, sampai saat ini sifatnya masih lemah dan dampaknya tidak terlalu signifikan. "Ini hanya pengurangan curah hujan saja," lanjut Sutopo.
Meski demikian, BMKG mengimbau wilayah-wilayah kering di Indonesia agar mewaspadai kemarau ini. Sebab potensi musim kemarau bisa sampai Oktober.
Terlepas dari itu kekurangan air bersih yang muncul di sebagian wilayah disebabkan fasilitas penunjang yang kurang. Lihat saja di Malang, sekitar 12 Km di barat Blandit Timur terdapat sumber air berlimpah.
Tandon besar milik Perusahaan Daerah Air Minum raksasa sudah dibangun. Total 44 sumber air PDAM Kabupaten Malang pun masih idle 20 persen dari kapasitas maksimal. PDAM baru melayani 88 ribu pelanggan.
"Kami siap memasang sambungan air ke sana, tapi ini jangka panjang,” kata Samsul Hadi, Direktur Umum PDAM Kabupaten Malang. (ren)