SOROT 304

Universitas Kristen Petra

Universitas Kristen Petra Surabaya
Sumber :
  • pttt.web.id
VIVAnews
- Di antara rumah-rumah penduduk di gang sempit Siwalan Kerto, Surabaya, ada dua kompleks gedung yang berdiri gagah. Dindingnya berwarna putih, sebersih kompleksnya yang apik. Dua gedung itu berdiri berhadap-hadapan. Pagarnya selalu terbuka. Setiap saat, terlihat mahasiswa atau dosen lalu lalang di antara keduanya. Pagi hingga sore, kawasan itu padat dan lalu lintasnya macet. Nyaris tak pernah sepi.


Padahal, sebelum gedung itu berdiri tahun 1961, kawasan Siwalan Kerto seperti tak berpenghuni. Kini, ekonomi dan sosial di sana jauh lebih hidup. Universitas Kristen Petra itulah yang membuat kawasan itu hidup.


Setiap tahun, universitas yang kini dipimpin Rektor Prof. Dr. Rolly Intan itu menerima ratusan mahasiswa baru. Dari enam fakultas yang dimiliki, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan yang paling diminati, setiap tahunnya menerima 250 calon mahasiswa. Itu baru di gelombang satu. Karena sudah melampaui kuota, tak jarang kampus itu sampai meniadakan gelombang kedua.


Lima fakultas lain yakni Sastra, Teknik Industri, Ekonomi, Ilmu Komunikasi, dan Seni dan Desain juga menyaring ketat calon mahasiswanya. Universitas di bawah sebuah yayasan Kristen ini juga memiliki program pascasarjana.


Fasilitas Mumpuni

Minat yang tinggi untuk memasuki universitas ini karena dukungan tenaga akademik dan fasilitas mumpuni. Rasio mahasiswa dengan dosen adalah 1:25 atau artinya, setiap 25 mahasiswa terdapat satu tenaga dosen pengajar. Dengan rasio ini, kualitas belajar-mengajar jadi terjamin.


Kampus UK Petra juga bisa dibilang telah beranjak menyongsong era modern. Seluruh area kampus itu, 100 persen terkoneksi jaringan internet nirkabel. Lingkungannya pun nyaman, tenang, dan asri.


“Jadi mahasiswa bisa duduk dan melakukan aktivitasnya di mana saja,” kata Rolly, sang rektor.


Rolly menerangkan, mahasiswa biasanya punya banyak kegiatan di kampus. Jones Syaranamual, bagian Perpustakaan dan Kemahasiswaan UK Petra, menyebut, ada 30 unit kegiatan mahasiswa yang bisa dipilih. Mahasiswa harus memilih minimal satu unit kegiatan dan mengikutinya sejak di tingkat dasar. Seiring tingkat kuliah, kegiatan kemahasiswaan pun berjenjang. “Itu juga akan jadi syarat mahasiswa yang mengikuti wisuda,” ucapnya.


Dan tentunya, untuk lulus strata 1, setiap mahasiswa harus menuntaskan 144 sistem kredit semester (SKS). Sehingga saat lulus, seorang alumni UK Petra memiliki transkrip akademiki sekaligus transkrip kemahasiswaan yang menceritakan kegiatan mereka di masa kuliah. Dengan begitu, mahasiswa tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga organisasi.


Fasilitas yang menunjang kegiatan mahasiswa bukan hanya itu saja. UK Petra juga menyediakan perpustakaan yang terkoneksi ke digital dan internet. Kata Jones, perpustakaan UK Petra kini menjadi rujukan seluruh perguruan tinggi di Indonesia.


“Cukup buka komputer, cari judul. Kalau judul ada, pasti bukunya juga ada,” tutur Jones. Ia melanjutkan, sistem fasilitas itu telah diakui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) sebagai perpustakaan unggulan di Indonesia.


Soal penelitian, UK Petra amat disiplin terkait jurnal. Setiap mahasiswa pascasarjana yang akan lulus harus mempresentasikan penelitiannya. Hasil penelitian pun wajib terpublikasi di jurnal yang memiliki reputasi internasional.


Dengan kualitas unggulan dan fasilitas mumpuni itu, biaya menempuh pendidikan di UK Petra cukup terjangkau. Jika Dikti mematok per mahasiswa Rp18 juta per tahun, di UK Petra sekitar Rp24 juta.


Menurut Rolly, itu sebanding dengan fasilitas yang ada, dan tidak terpaut terlalu jauh dengan patokan Dikti. Belum lagi, dosen pengajar terus dikembangkan kreativitas dan kredibilitasnya.


“Biaya itu terjangkau untuk status UK Petra yang jika diibaratkan bintang mendapat poin 2,5. Dikti mengakui, kami urutan kedua terbaik setelah Universitas Bina Nusantara Jakarta,” ucap Rolly bangga.


Inklusif

Siapa pun bisa menimba ilmu di sini. Para lulusannya yang sudah berjumlah 32 ribu orang memiliki berbagai latar keagamaan.


Rolly menyatakan, UK Petra mengutamakan kualitas pendidikan. Tak heran, sudah sejak lama Petra membangun reputasi soal itu. Bagi mereka, peningkatan mutu adalah harga mati yang harus diperjuangkan.

PAN Sudah Welcome Untuk Jokowi dan Keluarganya Bergabung

“Tekad kita membangun pendidikan yang berkualitas, baru setelah itu mengembangkan kampus menjadi lebih besar,” ujar  Rolly. Seiring waktu, kampus yang dirintis pun makin berkembang.
Dewas: Nyali Pimpinan KPK 2019-2024 Kecil, Makanya Belum Maksimal Berantas Korupsi


Kebiasaan Shin Tae-yong Ubah Komposisi Pemain Dipertanyakan, Timnas Indonesia Bakal Diterkam Vietnam?
“Yang kita utamakan kualitas, baru kemudian bangun dan rintis kuantitas,” ia melanjutkan.


Upaya UK Petra itu membuahkan hasil. Kini, ia menjadi salah satu prioritas lulusan SMA di Jawa Timur. Bahkan, bisa dibilang itu kampus swasta pertama yang menjadi pilihan mereka.

Dari peringkat 4ICU, situs yang memberi nomor bagi perguruan-perguruan tinggi di dunia, UK Petra menempati raking ke-27. Dibanding perguruan tinggi swasta lainnya, UK Petra yang ketujuh.

Rolly menjelaskan, dalam 10 tahun terakhir ada melihat pergeseran peminat jurusan di kampus-kampus. Katanya, dulu banyak yang lebih menyukai gelar insinyur ketimbang doktorandus. Namun seiring waktu, ada tren baru yang berkembang terutama sejak munculnya banyak bisnis properti di Indonesia.

Kini minat calon mahasiswa bergeser ke lingkup ekonomi. Banyak yang ingin menjadi tenaga penjualan properti karena tergiur fasilitas bonus. Padahal, menurut Rolly, itu salah kaprah. Di negara maju, katanya, bukan itu yang terjadi.


“Di Taiwan, sarjana teknik lebih tinggi (peminat). Itu karena mindset. Di Indonesia, industri perakitan masih kurang, malah banyak yang jadi distributor,” tuturnya. “Banyak pebisnis, ingin sukses tanpa harus berpikir keras saat kuliah,” ia melanjutkan.


Namun di UK Petra, tren itu tidak berlaku. Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan masih meraup minat tertinggi.


Pengabdian

Kualitas mahasiswa UK Petra tidak untuk disimpan sendiri. Mereka juga “berbagi” melalui pengabdian masyarakat. Program pengabdian masyarakat UK Petra pun terbilang unggulan.


Untuk program itu saja, UK Petra menggandeng berbagai negara. Sehingga, saat mahasiswa terjun ke masyarakat selama sekitar tiga bulan, mereka juga membawa misi global. Pengabdian yang ditunjukkan bukan pura-pura atau formalitas.


“Namanya Community Organization Program (COP). Kami sudah melakukan itu sejak 1996 dan diakui Dikti,” lanjut Rolly. Lewat program itu, mahasiswa dididik untuk menyatu dengan masyarakat.


Mereka tinggal di desa tanpa listrik, terpencil dan tertinggal. Dengan begitu, mahasiswa lebih merasakan kehidupan masyarakat yang susah. Itu juga yang membuat mereka sangat akrab.


Keakraban itu, salah satunya terbukti saat beberapa waktu lalu mahasiswa UK Petra dan mahasiswa asal Korea Selatan melakukan pengabdian masyarakat di Kediri, Jawa Timur. Di sana, mereka menemukan bocah perempuan berumur 10 tahun yang menderita kebocoran jantung.


Setelah program selesai dan mahasiswa asal Korea kembali ke negaranya, ia seperti gelisah. Beberapa waktu kemudian, ia kembali karena hatinya terketuk membantu bocah dengan kebocoran jantung itu.


Pengabdian itulah yang dipuji Dikti. “Pimpinan Dikti mengatakan, Program Publikasi dan Pengabdian Masyarakat kita menjadi acuan untuk dikembangkan di perguruan tinggi lainnya,” ujarnya. (ren)




Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya