SOROT 118

Disukai Intel, Digemari Teroris

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan (tengah) menggunakan BlackBerry
Sumber :
  • ANTARA/Prasetyo Utomo

VIVAnews – “Saya akan tetap lengket dengan BlackBerry .Mereka harus merampasnya dari saya.” Tantangan itu disampaikan Barrack Obama. Presiden Amerika Serikat itu gerah, lantaran keamanan kepresidenan terus-terusan meminta Blackberry yang dipakai Obama. Alasannya, demi keamanan.

Kronologi Serangan Teroris di Fasilitas Dirgantara Turki

Obama menolak, sebab BlackBerry itu sudah seperti bayangannya sendiri. Bila tidak sedang digunakan, 8830 World Edition itu masuk sarang di kasing sabuk celana sang presiden. BlackBerry itu, kata Obama, adalah telinga untuk mendengar suara rakyat. "Mereka bisa mengirim pesan kepada saya, apa yang terjadi di Amerika Serikat."

Keamanan Presiden menyerah, tapi mereka memberi syarat. Obama hanya boleh berkomunikasi dengan orang-orang terbatas. BlackBerry kesayangan Obama itu juga dipermak. Dimodifikasi. Tingkat keamanannya diperkuat. Obama setuju. Masalah selesai.

Balas Dendam Atas Serangan Teroris, Turki Serang Irak dan Suriah

Seperti Obama, jutaan profesional di dunia mengunakan BlackBerry sebagai alat komunikasi. Barang ini laris manis. Di Indonesia jumlah pengunanya paling sedikit 2,5 juta orang.

BlackBerry digemari lantaran menyediakan komunikasi tanpa putus. Baik komunikasi suara, layanan pesan instan, pesan email, serta akses informasi tanpa batas di Internet. Singkat kata, dengan BlackBerry pekerjaan menjadi mudah.

Serangan Teroris Guncang Ankara Turki, 5 Orang Tewas 22 Luka-luka

Jalur transmisi data BlackBerry juga diyakini jauh lebih aman ketimbang saluran operator lain. Mengapa? Sebab semua informasi yang melewati perangkat BlackBerry mengalami enkripsi alias diacak-acak terlebih dulu baru dikirimkan. Dengan cara ini, menyadap komunikasi yang lalu-lalang di sini adalah sia-sia belaka. Sebab data yang disadap sulit dimengerti.

Keamanan super canggih itulah yang membuat produk besutan RIM di Kanada ini digemari jutaan orang, lembaga pemerintah, termasuk Federal Bureau of Investigation (FBI).

Pemerintah Amerika Serikat adalah salah satu pengguna BlackBerry terbesar.  Enam tahun lalu, saat produk ini belum merambah sejumlah negara, 100 ribu  pegawai pemerintah negeri itu sudah mengunakan perangkat BlackBerry. Para pelaku bisnis di Wall Street, firma hukum, dan industri lain yang sangat sensitif terhadap keamanan data, juga ramai-ramai memakai Blackberry.

Demi menghindari kontrol rejim berkuasa, para aktivis pro demokrasi dan hak asasi manusia  juga mengandalkan BlackBerry dalam berkomunikasi. Para intel yang semula mudah menyadap, kelimpungan dengan teknologi BlackBerry.

Cara kerja

Arsitektur teknologi BlackBerry, khususnya layanan BlackBerry Enterprise Service (BES) memang berbeda dengan layanan lain. Untuk layanan email, misalnya, smartphone lain juga menyediakan perlindungan data yang dikirim para penguna.

Tapi, tak seperti BlackBerry, teknologi yang digunakan oleh Nokia, Google, Apple, ataupun Microsoft, memungkinkan email yang dikirim bisa berkomunikasi langsung dengan server email.

Sementara itu RIM melakukan pengamanan lebih lanjut. Mereka menambah satu tingkat enkripsi pada layanannya. Caranya, seluruh data yang dikirim dari BlackBerry sudah diacak terlebih dahulu. Sesudah itu baru dikirim, lewat jalur yang sudah diproteksi, menuju data center milik RIM di Kanada. Dari sana data dikirimkan ke tujuan. Setibanya di tujuan, data kemudian disusun agar bisa kembali dibaca.

Kecuali pihak-pihak yang terhubung lewat layanan BES, pihak lain tak memiliki akses atas informasi yang dikirimkan para pelanggannya. Sebab, ‘kunci‘ yang digunakan mengacak dan merapikan kembali data yang dikirim lewat jaringan BlackBerry, dikontrol oleh pelanggan BlackBerry Enterprise Service tadi.

“Bayangkan, pihak berwajib menyadap telepon (BlackBerry) Anda, akan tetapi Anda dan orang yang dihubungi berbicara dalam bahasa kode rahasia yang kuncinya hanya diketahui oleh Anda dan rekan Anda tersebut,” ujar John Pescatore, Vice President pada lembaga riset pasar Gartner, seperti dikutip dari CNet.

Tentu saja, Pescatore menambahkan, pihak berwenang tak akan dapat memahami apa yang sedang dibicarakan. “RIM sendiri tidak memiliki kode untuk memecahkan enkripsi data milik pelanggannya,” kata dia. “Sistem yang dikembangkan RIM memastikan bahwa pelanggan RIM lah yang paling memiliki kontrol terhadap data yang mereka miliki,” ujarnya.

Protes negara

Masalah pelik membelit RIM, ketika BlackBerry secara masif merambah negara-negara di luar AS dan Eropa. Seiring tumbuhnya pengguna BlackBerry di negara mereka, pemerintah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan India, Agustus 2009 menuntut akses pengawasan. Mereka cemas layanan BlackBerry dimanfaatkan para teroris dan para pembangkang untuk mengacau keamanan. Pada peristiwa Mumbai India, teroris terindikasi menggunakan BlackBerry.

Kepala Kepolisian Uni Emirat Arab menuding BlackBerry sebagai perangkat yang digunakan oleh spionase Barat. Tidak tanggung-tanggung, Menlu AS Hillary Clinton turun langsung memediasi kisruh ini.

Belakangan Indonesia juga protes. Walau tak resmi melayangkan ancaman, Menkominfo Tifatul Sembiring meminta agar RIM membuka data center di Indonesia, yang ujung-ujungnya pun sebenarnya untuk mempermudah akses pengawasan.

RIM dikabarkan telah mencapai kesepakatan dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, juga India. Baik RIM dan pemerintah-pemerintah tadi diam seribu basa tentang isi kesepakatan itu. Sebuah laporan yang dikutip oleh The Economist mengatakan bahwa RIM bersedia menaruh server lokal di Arab Saudi.

Sementara itu, dokumen yang bocor kepada Economic Times mengatakan bahwa RIM berjanji akan menyediakan alat (tool) yang bisa dimanfaatkan pemerintah India untuk memantau informasi yang berseliweran.

Kepada Associated Press, Bruce Schneier, pakar enkripsi yang juga Chief Security Technology Officer British Telecommunications menyatakan, penempatan server di Arab Saudi memungkinkan pemerintah membuka pesan yang dikirim via BlackBerry.

Media Kanada The Globe and Mail melaporkan bahwa seorang bekas karyawan RIM yang enggan disebut namanya  menegaskan bahwa RIM tidak bisa memonitor konten terenkripsi di layanan BlackBerry Enterprise Service “Tak mungkin RIM bisa memantaunya. Itu mustahil kecuali mereka melakukan perubahan besar  pada arsitektur jaringan mereka.” Lebih jauh, RIM hanya tahu dari mana data itu berasal, dan ke mana data itu menuju, 

Kendati pemerintah AS memiliki cara-cara formal dalam menempuh upaya pemantauan (lawful interception) ini, namun banyak pihak yang percaya bahwa lembaga sandi dan intelijen sinyal milik AS dan Inggris, National Security Agency (NSA) dan Government Communications Headquarters (GCHQ), sebenarnya telah memiliki teknologi yang bisa digunakan memantau secara langsung layanan BlackBerry tanpa melibatkan RIM.

Nah, bagi negara-negara yang secara teknologi belum mampu memecahkan enkripsi BlackBerry ini--termasuk Indonesia, sepertinya pendekatan dengan cara menekan RIM untuk menyediakan akses ini, merupakan hal yang paling praktis.

Saat dijumpai VIVAnews.com di kantornya, Kamis 13 Januari 2011, Kepala Humas Kementerian Kominfo Gatot S. Dewabroto mengaku bahwa ancaman pemblokiran layanan BlackBerry terkait dengan masih bisa diaksesnya konten porno di jaringan BlackBerry sebenarnya sekadar titik masuk pemerintah untuk mengingatkan RIM tentang adanya permasalahan-permasalahan lain di Indonesia.

“Termasuk keperluan membangun server, atau data center, atau noda, atau apapun istilahnya, agar bisa memudahkan penyadapan yang dilakukan oleh para penegak hukum.” ujar Gatot, sambil menggenggam BlackBerry Bold dengan kedua tangannya, erat-erat. (kd)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya