- Ayatullah Humaeni/ VIVAnews
VIVAnews - Dalam setahun terakhir, ada kesibukan tak biasa di laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan di Institut Pertanian Bogor (IPB). Bersama timnya, Rahmat Hidayat menggeluti riset yang sangat berguna bagi anak-anak, dan kaum lanjut usia. Peneliti itu sedang meracik bahan susu formula baru.
Susu formula itu akan menjadi penangkal diare, sekaligus anti flu burung, dua jenis penyakit yang terus menghantui masyarakat Indonesia. Dalam setahun, Rahmat berhasil menemukan Imunoglobulin Yolk dari kuning telor, yang tak mengubah rasa, warna dan bau susu. "Formula itu bisa mencegah dua jenis diare yakni akibat bakteri Escherichia coli dan Salmonella Enteritidis," kata Rahmat, kepada VIVAnews di Bogor, Kamis 23 Desember 2010.
Bagi Rahmat, susu dan telur ayam adalah dua elemen pokok penelitiannya. Selain sebagai sumber protein hewani yang sangat bermanfaat bagi daya tahan tubuh, susu dan telur ayam bisa menjadi perpaduan ampuh menangkal penyakit yang membuat banyak orang cemas, yaitu flu burung dan diare.
"Penyakit flu burung masih menjadi ancaman di banyak negara, termasuk Indonesia. Diare pun sering menyerang masyarakat di negeri ini," ujar Rahmat dalam perbincangan ruang kerjanya. Pria kelahiran Sumatra Utara 31 tahun lalu itu adalah dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB, dengan spesialisasi Penyakit Hewan dan Mikrobiologi Medik.
Sejak 2009, Rahmat memimpin tim dari FKH-IPB untuk meneliti formula anti-flu burung dan anti-diare. Hasil penelitian mereka pada tahun pertama, ungkap Rahmat adalah memproduksi Imunoglobulin Yolk (Ig Y) anti flu burung, dan anti diare yang dibuat dalam tiga rupa, yaitu spray dry kuning telur, freezer dry kuning telur, dan ekstrak murni.
Produksi Ig Y diawali dengan perlakuan pada ayam petelur berupa vaksinasi sebanyak empat kali selama empat minggu. “Vaksin yang digunakan berupa H5N1 pada minggu pertama dan ketiga, sedangkan Escherichia coli dan Salmonella enteritidis digunakan setiap minggu,” kata Rahmat.
Selanjutnya, serum dan kuning telur dikoleksi dan diperiksa keberadaan Ig Y anti ketiga agen tersebut sejak minggu pertama pasca vaksinasi terakhir. Metode pemeriksaan untuk E coli dan S enteritidis adalah Agar Gel Presipitation Test (AGPT) sedangkan H5N1 metode Haemegglutination Inhibition (HI).
”Kami berkeyakinan formulasi susu itu sudah teruji, dan terdeteksi dapat mencegah flu burung dan diare (E coli dan S enteritidis). Jadi semacam imunisasi vaksin atau vaksin pasif,” ujar Rahmat.
Penemuan ini adalah terbaru, dan belum ada peneliti di Indonesia berhasil menemukan susu formula anti-flu burung sekaligus anti-diare. "Formula ini berguna menghadapi tiga jenis kuman, yaitu H5N1, Escherichia coli, dan Salmonella enteritidis, menyebabkan sering terjadi diare," kata Rahmat.
Menurut Rahmat, formula temuan timnya itu tak hanya diperuntukkan untuk anak-anak. Manusia lanjut usia [manula] bisa merasakan manfaat racikan susu formula itu. Seperti kondisi anak-anak, daya tahan tubuh mereka tergolong lemah, sehingga rentan dengan kuman penyakit.
“Jadi susu formula hasil temuan ini, sangat berguna untuk anak – anak maupun manula,” kata Rahmat. Melalui penelitiannya, Rahmat ingin mendorong masyarakat Indonesia menyadari pentingnya minum susu. ”Selama ini masyarakat Indonesia masih sangat rendah untuk mengkonsumsi susu dibandingkan dengan negara lain,” kata Rahmat.
Namun, penelitian Rahmat bukan tanpa halangan. Kendala dia dan timnya hadapi adalah mencari ayam yang cocok bagi kepentingan riset, dengan jumlah yang memadai sebagai pabrik biologis menghasilkan Ig Y. Dalam produksi Ig Y bisa saja ayam yang diproduksi berbeda, karena kondisi ayam bahan riset berbeda satu dengan lainnya. ”Sehingga, kami sangat kesulitan mencari ayam yang tidak berbeda,” kata Rahmat.
Selain itu, kemampuan hasil riset sangat tergantung pada varian flu burung yang digunakan untuk memproduksi Ig Y. Untuk saat ini Rahmat baru meneliti flu burung varian H5N1. Namun, penelitian terhadap flu burung varian lain, seperti H5N2, H7N2, H7N3, H5, dan H7 juga sangat memungkinkan. "Secara ilmiah, semua [varian] sangat memungkinkan, tapi masih perlu penelitian lebih lanjut," kata Rahmat.
Ia menambahkan, Ig Y sudah diujikan kepada tikus, yang merupakan mahluk mamalia, sama seperti manusia. Namun, kata dia, pada tahun 2011 pihaknya akan berusaha membuktikan hasil temuannya ini cocok terhadap manusia.
”Mudah-mudahan pada tahun 2011, kita akan gunakan relawan manusia menguji formula baru,”tutur suami dari Arum Kusniladewi itu.
Kendati menemui halangan, Rahmat bertekad hasil penelitian timnya itu bisa diterapkan dalam produksi susu bubuk pada 2011. Setelah itu, Rahmat akan mengembangkan formula produksi susu cair, yang selama ini banyak dikonsumsi anak-anak.
“Kami akan memformulasikan susu anak-anak yang dijual per kotak dan saset. Karena, anak-anak lebih suka susu formula dalam bentuk cair yang siap minum,” kata Rahmat.
Ia berharap, penelitian lanjutan itu didukung pihak swasta. ”Sampai saat ini, pihak lain tertarik baru sebatas lisan, dan memang penelitiannya masih terus berlanjut. Jadi, untuk saat ini belum saatnya dikomersilkan kepada masyarakat umum. Kami masih harus menguji lebih lanjut," kata Rahmat.
(Laporan: Ayatullah Humaeni | Bogor/ np)