SOROT 107

Antara Merapi, Keraton dan Pantai Selatan

Keraton Yogyakarta dan Gunung Merapi satu garis
Sumber :
  • web.ugm.ac.id/ Google Earth

VIVAnews - Wedhus gembel atau awan panas dari erupsi Gunung Merapi pada Selasa 26 Oktober 2010 petang menewaskan 35 orang termasuk Mas Penewu Ki Suraksohargo atau penjaga Gunung Merapi, Mbah Maridjan, dan rekan kami Redaktur Senior VIVAnews.com, Yuniawan Wahyu Nugroho.

RK-Suswono Janji Siap Amankan Pasokan Pangan Jakarta, Jubir: Ini Tentu Krusial

Mbah Maridjan adalah sosok kontroversial. Namanya meroket sejak menolak perintah Sri Sultan Hamengkubuwono X,  ketika Merapi meletus pada tahun 2006, untuk mengungsi dari tempat tinggalnya di Dusun Kinahrejo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Tempat tinggalnya memang sangat rawan, merupakan daerah tertinggi yang paling dekat dengan puncak Merapi.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa keengganan Mbak Maridjan mengungsi merupakan bentuk loyalitas terhadap perintah Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk menjaga Merapi. Yang menjadi pertanyaan mengapa raja Yogyakarta sampai perlu memerintahkan orang untuk “menjaga’ gunung paling aktif dan destruktif di dunia tersebut?

Jadi Tersangka Kasus Korupsi Impor Gula, Tom Lembong Bakal Ditahan di Rutan Salemba

Menurut Nelly Murni Roossadha, dari Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia, dalam makalahnya berjudul Merapi: Gejala Alam, Sistem Tanda, dan Interaksi Sosial,  gunung tersebut menduduki posisi penting dalam mitologi Jawa. 

Diyakini sebagai pusat kerajaan mahluk halus, sebagai ‘swarga pangrantunan’, tempat di alam baka untuk menunggu giliran para roh yang meninggal dipanggil ke surga.

Relawan Sosialisasikan Program Andra Soni-Dimyati Buat Banten Maju Lebih Maju ke Warga Tangsel

Gunung Merapi, kata dia,  selain  merupakan sebuah fenomena alam, yang dapat dijelaskan oleh para ilmuwan vulkanologi,  dengan segala perangkat canggihnya, juga merupakan simbol kekuatan magis yang melingkupi Yogyakarta. 

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Pantai Parang Kusumo di Laut Selatan, dan juga Gunung Merapi berada dalam satu garis lurus yang dihubungkan oleh Tugu Jogja di tengahnya.

Pengamatan citra satelit memang memperlihatkan lokasi-lokasi tersebut, berikut jalan yang menghubungkannya, hampir terletak segaris dan hanya meleset beberapa derajat.

Keberadaan garis imajiner tersebut dibenarkan oleh mantan Guru Besar Filsafat Universitas Gadjah Mada Profesor Damarjati Supadjar. "Garis imajiner itu sudah menjadi wacana lama," kata Damarjati kepada VIVAnews.com, Jumat 20 Oktober 2010.

Gunung Merapi terletak di perbatasan DIY dan Jawa Tengah, yang juga sebagai batas utara Yogyakarta. Disinilah garis lurus itu dimulai. Membujur ke arah selatan, terdapat Tugu Yogya.

Tugu menjadi simbol 'manunggaling kawulo gusti' yang juga berarti bersatunya antara raja (golong) dan rakyat (gilig). Simbol ini juga dapat dilihat dari segi mistis yaitu persatuan antara khalik (Sang Pencipta) dan makhluk (ciptaan).

Garis selanjutnya mengarah ke Keraton dan kemudian lurus ke selatan terdapat Panggung Krapyak.  Gedhong Panggung, demikian bangunan itu kini disebut,  merupakan podium batu bata setinggi 4 meter, lebar 5 meter, dan panjang 6 meter. Tebal dindingnya mencapai 1 meter.  Bangunan di sebelah selatan Keraton ini menjadi batas selatan kota tua Yogyakarta. Titik terakhir dari garis imajiner itu adalah Pantai Parang Kusumo, di Laut Selatan dengan mitos Nyi Roro Kidul-nya. Seperti Merapi, pada titik ini juga ada juru kuncinya, yaitu RP Suraksotarwono.

Bagi Damarjati, daerah-daerah yang dilintasi garis lurus imajiner itu hanya 'kebetulan' saja terlintasi garis. Tetapi yang sesungguhnya memiliki arti adalah titik di masing-masing ujung imajiner, Merapi dan Laut Selatan.

Dua lokasi itu memiliki arti yang sangat penting bagi Keraton yang dibangun berdasarkan pertimbangan keseimbangan dan keharmonisan. Keraton merupakan titik imbang dari api dan air. Api dilambangkan oleh Gunung Merapi, sedangkan air dilambangkan pada titik paling selatan, Pantai Parang Kusumo. Dan keraton berada di titik tengahnya. "Keraton dan dua daerah itu merupakan titik keseimbangan antara vertikal dan horizontal," jelas Damarjati.

Keseimbangan horizontal dilambangkan oleh Laut Selatan yang mencerminkan hubungan manusia dengan manusia. Sedangkan Gunung Merapi melambangkan sisi horizontal yang mencerminkan hubungan antara manusia dengan Yang Maha Kuasa.

Filosofi garis lurus imajiner dari Merapi hingga Laut  Selatan ini sarat kearifan lokal. Damarjati menyarankan pemimpin di negeri ini harus peka terhadap peristiwa letusan Merapi yang menewaskan sang juru kunci. Menurut dia,  magma dalam gunung Merapi itu tidak boleh tersumbat untuk memuntahkan laharnya. Karena kalau tersumbat, dan terlambat, maka akan mengakibatkan letusan yang luar biasa. "Seperti kalau suara rakyat tersumbat, maka akan terjadi revolusi sosial.” 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya