Anthonius Gunawan Agung Ajarkan Cara Mencintai Kemanusiaan
- Twitter @AirNav_Official
VIVA – Pesawat Batik Air ID 6231 bersiap lepas landas. Sang pilot menunggu aba-aba clearance dari petugas di menara pengawas.
Cuaca hari itu di Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie, Palu, Sulawesi Tengah tak seperti biasa, agak berangin. Seperti punya firasat, pilot Batik Air, Ricosetta, mengaku terdorong ingin cepat-cepat meninggalkan bandara.
Usai sejurus berkomunikasi dengan petugas Air Traffic Control (ATC) Air Navigation, sang pilot lalu menerbangkan pesawat pukul 18.02 Wita pada Jumat, 28 September 2018. Dari jendela kabin pesawat, tak lama dia menyaksikan pemandangan aneh dan menakutkan di laut.
Ombak berputar, lalu menggulung dengan sangat tinggi. Radius perpindahannya tampak jauh hingga melewati garis pantai. Curiga dengan kondisi daratan, pilot mencoba mengontak staf menara ATC.
Hening. Tak ada jawaban. Rupanya, tak sampai semenit setelah Batik Air ID 6321 take off, gempa kuat menghentak Palu.
Gempa yang disusul tsunami memukul ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu dan Kabupaten Donggala. Getaran kuat gempa juga terasa hingga Kabupaten Sigi.
Batik Air ID 6321 pun selamat lepas landas hingga kondisi aman setelah dipandu oleh Anthonius Gunawan Agung, petugas Air Navigation bandara Palu.
Kondisi pantai Taipa, palu usai gempa dan tsunami
Namun, akibat gempa, menara pengawas bandara Mutiara SIS Al-Jufrie ikut roboh. Agung pun kemudian diketahui meninggal dunia setelah melompat dari menara ATC Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie itu.
Pilot Ricosetta terhenyak. Melalui grup WhatsApp menara pengawas, dia sadar bahwa Agung, pria muda yang berbicara lewat radio dengannya itu mempertaruhkan nyawa demi memastikan pesawat yang mengangkut 147 orang tinggal landas dalam kondisi aman terbang menuju Makassar.
Gempa yang menghentak Palu itu memang membuat para staf AirNav di menara pengawas bandara buru-buru menyelamatkan diri. Namun, tidak dengan Agung.
Pemuda berusia 22 tahun yang diajak segera turun itu meminta waktu sebentar. Dia ingin memastikan pesawat itu sudah posisi aman dan naik ideal.
Setelah yakin, Agung menjadi orang terakhir yang meninggalkan menara. Dia melompat dari ketinggian lantai 4. Kakinya pun patah dalam kondisi parah. Malamnya setelah dilarikan ke rumah sakit, Agung mengembuskan napas terakhir.
Kalimat terakhir Agung kepada pilot,”Batik 6231 clear for take off”.
Anthonius Gunawan Agung
Agung mati muda saat menjalankan tugas sebagai petugas Air Traffic Control di Palu. Kepergiannya meninggalkan luka mendalam dan membuat orang-orang yang selamat menyadari arti penting memberi kepada orang lain, sesama manusia.
Pengorbanan Agung menyadarkan generasi muda untuk rela berkorban dan tak mengutamakan diri sendiri. Tiada egois, Agung tak buru-buru lalu panik menyelamatkan diri, meski bangunan tempatnya berada sudah bergetar dengan kencangnya. Dia menengadah ke pesawat, fokus pada tanggung jawabnya.
Kisah pengorbanan Agung sempat viral di media sosial selain menjadi sorotan media massa. Bahkan, beberapa versi strip komik kisah Agung juga menjadi viral, menyentuh benak dan nurani seluruh masyarakat Indonesia.
“Saya juga bisa jadi korban. Dia pahlawan saya, pahlawan nasional,” kata pilot Ricosetta yang bersedih sekaligus kagum dengan kebesaran jiwa sang pahlawan kemanusiaan.
***
Kebanggaan Keluarga
Tak ada yang bisa menggambarkan kesedihan orangtua Anthonius Gunawan Agung saat mendapatkan kabar anak bungsu mereka meninggal dunia. Ditemui di kediamannya pada Kamis, 8 November 2018, ayah Agung menggambarkan pribadi anaknya yang patuh dan penurut kepada orangtua, tekun, dan tak banyak bicara.
Pemuda itu dididik di sekolah dengan pendidikan kerohanian yang cukup kuat, sehingga terbiasa hidup dengan disiplin dan punya keyakinan dalam hidup.
“Kami orangtua sebagai manusia tentu sedih kehilangan. Agung anak yang sangat nurut orangtua. Taat kepada apa yang orangtua sampaikan. Haru dan bangga, karena dia meninggal dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab," kata ayahanda Agung, Yohanes Tolla kepada VIVA di Jalan Onta Baru, Makassar.
Jenazah Anthonius Gunawan Agung
Yohanes mengatakan, dia sangat terkejut saat mengetahui kenyataan putranya mendahuluinya 40 hari silam. Padahal mereka, sebelum hari terakhir kali Agus bertugas, masih sempat bercakap-cakap dalam kondisi yang sehat.
Semasa sekolah, Agung disebutkan sang ayah adalah anak yang rajin dan berprestasi. Dia lahir di Abepura, 24 Oktober 1996 dan bertumbuh di Jayapura.
Memang, sang ayah adalah seorang guru di SMKN 3 Jayapura, bahkan sudah 30 tahun lamanya mengabdi di sekolah itu.
Agung usai menamatkan pendidikan SMKN, diterima di salah satu perguruan tinggi negeri di Makassar. Namun, akhirnya dia memilih menempuh pendidikan di Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar.
Karena dia mengatakan memang berminat bekerja di bidang penerbangan. Agung lalu bergabung sebagai petugas ATC Air Nav pada 2017. Dia ditempatkan di kantor cabang Palu.
“Dia (Agung) memang punya cita-cita menjadi bagian dari penerbangan, bukan jadi pilot tapi menjadi bagian dari penerbangan. Tekadnya itu kuat dan atas kemauannya sendiri memilih masuk di ATKP ketimbang masuk universitas. Sebagai orangtua, kami mendukung tekadnya itu," kata Yohanes.
Namun, Yohanes tak mau menyebut anaknya sebagai pahlawan. Karena menurut dia, biarkan orang lain yang menilainya.
Dia sebagai orangtua mengaku bangga dengan prinsip Agung dan totalitasnya dalam bekerja. Walau menurut Yohanes, hal itu tak mengherankan karena bibit-bibit ketekunan sang anak sudah diperlihatkan sejak Agung, anak bungsu dari tiga bersaudara itu duduk di bangku sekolah.
***
Pahlawan Muda
Pada usia yang masih belia, Agung menjadi figur yang mencintai kemanusiaan dengan cara yang sejati. Pahlawan kemanusiaan itu dengan caranya menuai rasa hormat dari bangsa Indonesia bahkan dunia.
Gugur dalam pekerjaannya, pemerintah Indonesia memberikan penghargaan kepada Agung. Almarhum diberikan naik pangkat dua level. Selain itu, Kementerian Perhubungan memberikan penghargaan yaitu Adikarya Dirgantara Pralabda.
Penghargaan ini diserahkan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, kepada orangtua Agung di Gedung Pancagatra Dwiwarma Purwa, Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, Jakarta, Kamis 4 Oktober 2018.
Air Navigation juga memberikan penghargaan kepada stafnya yang berdedikasi itu, yakni penghargaan Jasa dan Gugur dalam Tugas AirNav Indonesia. Selain itu, ada penghargaan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diserahkan langsung Menteri BUMN, Rini Soemarno di Surabaya.
Tak berhenti di situ, Agung juga mendapatkan penghargaan dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional atau ICAO.
Jenazah Anthonius Gunawan Agung
Pemerintah lalu sudah menawarkan kepada keluarga agar jenazah Agung yang dimakamkan di Pekuburan Pannara Antang, dipindahkan di Taman Makam Pahlawan Panaikang, Makassar, karena dianggap berjasa menyelamatkan nyawa para penumpang pesawat dengan mengorbankan dirinya sendiri. Hal itu dibenarkan pihak keluarga.
"Tanggal 4 Oktober kemarin, menhub menawarkan kepada keluarga, kami setuju. Memberikan tempat terhormat bagi Almarhum," tuturnya.
Pemindahan jenazah sudah direncanakan sejak 4 Oktober 2018, tapi belum ada kesempatan dan kemudian diputuskan 9 November 2018. "Tapi karena ada hal teknis, diundur ke 11 November, di Taman Makam Pahlawan Panaikang," ungkap Yohanes.
Pada 11 November 2018, sedianya Menhub, Budi Karya Sumadi, disebut akan hadir dalam pemindahan jenazah Agung ke TMP Makassar tersebut. Belakangan nama Agung disebut Kemenhub akan diabadikan menjadi nama salah satu sekolah milik instansi tersebut.
Yohanes pun membenarkan bahwa kepada keluarga, ada pihak yang turut menawarkan agar Anthonis Gunawan Agung masuk sebagai nama Duta Internasional untuk Penerbangan.
Dalam bagian wawancara terakhir hari itu dengan VIVA, sang ayah mengaku sudah ikhlas dan yakin putranya tenang di alam baka. Dia meninggal dunia dengan terhormat dan tak memikirkan diri sendiri.
Yohanes menuturkan bahwa sebelum menutup mata, putranya mengatakan sudah pasrah.
Ya, pahlawan kemanusiaan itu sudah melakukan tugasnya. Terima kasih dan selamat jalan Anthonius Gunawan Agung, jasa dan kebaikanmu abadi dalam kenangan. (art)