SOROT 522

Melawai, Blok M dan Budaya Pop Indonesia

Mobil BMW yang digunakan di film Catatan Si Boy dipajang di kawasan Melawai Blok M
Sumber :
  • www.kaskus.co.id

VIVA – Kawasan Blok M mulai dikenal usai penyelenggaraan Asian Games pertama di Indonesia, tahun 1962. Saat itu Senayan ramai oleh mereka yang ingin menyaksikan langsung pesta olahraga terbesar di Asia tersebut. Blok M menjadi perpanjangan jalan kawasan Senayan dan ikut kecipratan pengunjung.

Saking terkenalnya, sekitaran Melawai dan Blok M sampai dijadikan sumber inspirasi berbagai karya budaya pop Tanah Air, mulai dari fiksi, film hingga lagu. Apalagi begitu banyak spot-spot kece di sana yang memang menjadi destinasi kongko para remaja.

Banyak lokasi nongkrong yang asyik di sini, mulai dari Sarinah Blok M yang menjadi cikal bakal Pasaraya Blok M, Aldiron Plaza (sekarang Blok M Square) yang jadi tempat favorit bagi anak-anak yang bolos sekolah dan main dingdong, Melawai Plaza, PD Pasar Jaya (Pasar Blok M) hingga Toko Buku Gramedia.

Tentu saja yang tak kalah ramai adalah arena clubbing dengan sepatu roda indoor, yakni Lipstick Disco Skate dan Happy Day. Saat ini Lipstick sudah berubah fungsi menjadi tempat bermain bilyard. Namun, yang paling ramai tentu saja Jalan Melawai atau yang sering juga disebut Simpang Melawai. Tempat nongkrong sekaligus ngeceng, mejeng dan ajang pamer dandanan atau mobil mewah.

Banyak pula muda-mudi yang asyik bermain sepatu roda dan unjuk gigi melakukan tari kejang alias breakdance setiap sore hari.

Hal tersebut diungkapkan oleh Turlukitaningdyah, warga Jakarta yang dulu pernah mengecap manisnya masa muda di kawasan Blok M saat masih tinggal di bilangan Kebayoran Baru.

Menurut dia, sejak masuk SMP tahun 1977 silam, kawasan Blok M memang sudah cukup terkenal. Sekitar tahun 1983 kawasan Melawai, Blok M semakin booming di kalangan anak muda Jakarta.

Kawasan Melawai Blok M pada tahun 80an

Kawasan Melawai tahun 1980 an

"Sebenarnya saya enggak nongkrong di Melawai-nya. Saya dulu lebih sering di Bulungan. Dulu kan ada bioskop Garden Hall. Di sana juga ramai, sore sampai malam. Kalau yang nongkrong di Melawai kan umumnya anak-anak kaya Kebayoran Baru yang pada bawa mobil mewah," ujar wanita yang akrab disapa Luki itu saat dihubungi VIVA, Jumat, 12 Oktober 2018.

Bulungan sendiri letaknya tak jauh dari Melawai. Hanya berjalan kaki sekitar lima menit dari Melawai, Anda sudah sampai di Bulungan yang dulu juga tak kalah ramai sebagai bagian dari kawasan Blok M.

"Bulungan lebih banyak seniman teater yang nongkrong di sana, seperti Arswendo Atmowiloto, Slamet Rahardjo. Dulu juga sudah ada gultik (gulai tikungan) di situ. Tapi seniman-seniman itu pada nongkrong di Warung Poci di pinggiran luar Garden Hall. Itu warung kopi dan teh poci. Nongkrongnya pada lesehan. Yang di Melawai juga walaupun orang kaya pada duduk-duduk di bawah (jalanan) gitu," kata Luki mengenang masa-masa mudanya dulu.

Niena, warga Jakarta yang sejak kecil sampai kuliah tinggal di kawasan Wijaya, Kebayoran Baru juga mengatakan, bahwa dulu Melawai juga menjadi tempat berkumpulnya anak mobil. "Mobil-mobil tua, VW, seinget saya ada perkumpulan VW kodok. Terus juga ada Mercy, mungkin sekarang nyebutnya Mercy lama, tapi dulu Mercy baru. Anak-anak yang high class biasanya yang bawa," ucapnya.

Wanita yang TK, SD, SMP dan SMA-nya dekat dengan Blok M itu juga mengatakan, bahwa zaman dulu, belum gaul namanya kalau belum pernah nongkrong di Melawai. Seperti anak remaja era 2000-an yang enggak afdol kalau belum pernah nongkrong di Roti Bakar Eddy, Asaf (Jalan Asia Afrika, Senayan) atau Kemang.

“Kalau di sana pokoknya udah paling gaul. Mainnya di Happy Day. Itu anak gaul pada zamannya. Ke Melawai Plaza itu udah top banget," ujar ibu anak tiga ini.

Kawasan Melawai Blok M pada tahun 80an

Blok M (Bakal Lokasi Mejeng)

"Di Blok M lebih asyik daripada di sini yang sepi. Cari minuman juga gampang." Begitu kata Lola, tokoh anak SMA yang gemar nongkrong di kawasan legendaris Melawai, Blok M dalam film berjudul Blok M (Bakal Lokasi Mejeng) yang tayang pada tahun 1990 silam.

Dari beberapa film yang memakai Blok M sebagai latar tempat, film yang satu ini bisa dibilang yang paling mengena. Itu karena pengambilan gambar yang dilakukan langsung di kawasan tersebut sehingga mampu menggambarkan pergaulan anak muda di era '80 dan '90-an, lewat adegan-adegan dengan background suasana asli Blok M dengan sederet aktivitas pengunjungnya di sana.

Film ini bahkan memperlihatkan betapa ramainya Jalan Melawai yang dipenuhi anak-anak muda yang nongkrong di pinggir jalan raya yang dulu masih dua arah ini. Terlihat restoran cepat saji Amerika Serikat seperti KFC, Burger King dan A&W yang juga telah menjadi spot kongko asyik di kawasan itu.

Dibintangi Desy Ratnasari sebagai tokoh utama yang memerankan karakter Lola, film ini menceritakan kehidupan zaman SMA di tahun 1990. Lola bersama tiga anggota gengnya dikisahkan tak berbeda jauh dengan remaja di era tersebut, yang menghabiskan sore dan malam minggu mereka ngeceng di Jalan Melawai atau berdisko ria sambil main sepatu roda di Lipsick atau Happy Day Disco Skate.

Suatu hari mereka memergoki Cindy (Paramitha Rusady) sedang bersama pria paruh baya, yang sering disebut dengan panggilan om-om, di Melawai.

Salah satu adegan dalam film Blok M (Bakal Lokasi Mejeng).

Selidik punya selidik, Cindy yang merupakan tulang punggung keluarga ternyata terpaksa menjadi seorang perek (perempuan eksperimen), demi menghidupi adik-adiknya yang masih kecil. Ayahnya telah tiada dan sang ibu merupakan pasien rumah sakit jiwa di Bogor, Jawa Barat.

Melalui film Blok M, aktris cantik Paramitha Rusady berhasil meraih nominasi untuk kategori Aktris Pendukung Terbaik di Festival Film Indonesia pada tahun 1990 silam.

Salah satu adegan dalam film Blok M (Bakal Lokasi Mejeng).

Ditulis oleh Helmy Yahya yang juga turut membintangi film ini sebagai kakak ipar Lola, film besutan Eduard Pesta Sirait ini juga tak ketinggalan memasukkan beberapa bahasa slang atau bahasa gaul Indonesia. Bahkan sebagian besar masih populer sampai sekarang.

Sebut saja kata-kata seperti suer, so pasti, sumpah, anjir, duilah, mejeng, nyokap, ya amplop, jijay, IWAPI (Ikatan Wanita Ngerumpi), tokai, MBA (Married by Accident), SKSD (Sok Kenal Sok Dekat), kece, bokis, bacot dan masih banyak lagi. Salam dua jari yang kini lebih dikenal dengan tanda peace atau damai juga ternyata sudah lazim dipakai di zaman film itu dibuat.

Salah satu adegan dalam film Blok M (Bakal Lokasi Mejeng).

Film lain yang juga dibuat dengan latar belakang kawasan Melawai, Blok M adalah Catatan si Boy (1987) yang dibintangi oleh Onky Alexander. Salah satu mobil BMW legendaris yang ada dipakai Onky di film itu juga sempat dipamerkan di Pasaraya Blok M untuk mengajak para penggemar bernostalgia ria.

Bukan cuma itu, sejumlah novel remaja yang dibuat di era itu, seperti Lupus dan Olga Sepatu Roda karya Hilman Hariwijaya juga memasukkan Blok M sebagai latar tempat dan menyebutnya sebagai tempat gaul buat nongkrong anak-anak muda generasi '80 dan '90-an.

Mobil BMW yang digunakan di film Catatan Si Boy dipajang di kawasan Melawai Blok M

Lagu

Bukan hanya film, ada juga sejumlah lagu yang tercipta karena terinspirasi dari nge-hitsnya kawasan Melawai, Blok M. Salah satunya adalah lagu milik penyanyi Harry Moekti berjudul JJS Lintas Melawai. Selain itu ada pula lagu Jalan Jalan Sore (JJS) yang dinyanyikan oleh Denny Malik. Dulu, video klip lagu Denny ini dibuat di sepanjang Jalan Melawai.

Dua lagu tadi juga semakin memopulerkan istilah-istilah gaul seperti mangkal dan JJS. Lirik keduanya pun bisa dibilang cukup menggambarkan suasana dan kondisi Jalan Melawai dan Lintas Melawai yang dulu tak pernah sepi dikunjungi muda-mudi. Berikut lirik dua lagu tersebut.

JJS Lintas Melawai - Hari Moekti

Hai.. kulihat remaja berkacamata
lenggang di sana
Asyik dengan lagak dan gayanya
Kuterpesona karena dia
Di Lintas Melawai muda-mudi
selalu pasang aksi
Pakaian, jam tangan
persaingan antar Eropa digemarinya

*
Mereka asyik bercanda ria
Saling senyum tegur dan sapa
Glamourmu para remaja
tanpa dibebani problema

Di Lintas Melawai
Remaja-remaja dalam dunianya
Asyik ngeceng pakai mobil mewah
Senyum genit yang dibuatnya

Di Lintas Melawai
Muda-mudi selalu pasang aksi
Asyik dengan lagak dan gayanya
Acuh tak peduli siapa

(ulangi *)

Mereka asyik bercanda ria
Saling senyum tegur dan sapa
Glamourmu para remaja
tanpa dibebani problema
Glamourmu para remaja
tanpa dibebani problema

Di Lintas Melawai
Remaja-remaja dalam dunianya
Di Lintas Melawai
Muda-mudi selalu pasang aksi

Kolong Semanggi Arah Blok M Ditutup Sementara, Ini Penyebabnya

Jalan Jalan Sore (JJS) - Denny Malik

Hidupkan Era 80-90an di Blok M, Helmy Yahya dan Denny Malik Bikin Acara Lintas Melawai

Hee! Hee heiye heiye heiye
Jalan sore, kita berjalan-jalan sore-sore
Mencuci mata sambil berngeceng ria
Biarkan, biarlah..
Mumpung kita-kita masih muda
Mobil berjalan tidak kencang tidak laju
Sambil berkencan malah senang malah rindu auw!

Jalan sore, kita berjalan-jalan sore-sore hmmm
Gairah muda, rindu akan kebebasan
Bersuka, bercita ha
Untuk memperluas pergaulan ha!

Hal Ini yang Buat Helmy Yahya dan Denny Malik Kangen Daerah Melawai Era 90-an

Sekarang lagi zaman anak muda suka ngeceng
Anak-anak pada ngeceng
Di tempat-tempat perngecengan
Kalau mau ngeceng ikut sama kita
Ke tempat perngecengan
Kalau nggak mau ngeceng,
Ngeliat aja orang ngeceng aah

Jalan sore-sore
Kita berjalan-jalan sore-sore.. hee
Mencari terus, pengalaman yang berguna
Bagimu, bagiku hee
Semoga berguna bagi semua ah
Jalan sore, ah kita berjalan-jalan sore-sore ooh
Jalan sore, hee kita berjalan-jalan sore-sore hmm
Jalan sore, berjalan sore-sore

Mobil berjalan tidak kencang tidak laju
Sambil berkencan malah senang malah rindu auw!

Jalan Sudirman dan Thamrin Jakata jadi rute lomba maraton Asian Games 2018.

Ada Jakarta Running Fest Akhir Pekan Ini, Catat Rekayasa Lalinnya!

Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta melakukan rekayasa lalu lintas di beberapa ruas jalan Jakarta pada Sabtu hingga Minggu, 12-13 Oktober 2024. Adapun, rekayas

img_title
VIVA.co.id
11 Oktober 2024