- ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
VIVA – Lantunan ayat suci Alquran menggema. Sahut-menyahut di antara sudut tiang penyangga masjid. Pilar-pilar besar berbalut marmer berdiri kokoh mengapit ruang utama salat. Karpet ambal sajadah biru berpadu abu-abu terhampar rapi hingga ke sudut masjid dengan luas seribuan meter ini.
Pintu masjidnya dari perunggu dengan ornamen simetris berwarna kehijauan. Ukiran motif tumbuhan berlapis warna keemasan semakin menambah kesan mewah pintu masjid, menyambut ramah jemaah yang datang. Pintu masuk ke dalam bisa dari berbagai sudut, kecuali dari bagian depan, karena arah kiblat.
Siang itu, waktu menunjukkan pukul 11.40 WIB, 10 menit menuju salat Zuhur waktu DKI Jakarta dan sekitarnya. Masjid Baitul Ihsan, yang berada di Komplek Bank Indonesia, menggeliat. Masjid bersolek menjamu para 'tamu-tamu' Allah.
Tak berapa lama, Azan pun berkumandang. Panggilan salat bagi kaum muslimin di waktu Zuhur tiba. Jemaah Masjid Baitul Ihsan tak hanya disesaki karyawan BI. Tapi karyawan di wilayah MH Thamrin dan warga sekitar menjadi jemaah tetap masjid.
Masjid yang berdiri megah di pusat Kota Jakarta ini selalu dipenuhi jemaah, terlebih saat Ramadan. Meskipun letaknya di area perkantoran BI, tak menyurutkan para jemaah untuk salat atau menghadiri kajian-kajian keagamaan di masjid yang berdiri pada Mei 2001 silam.
Waktu Zuhur di bulan puasa memang banyak dimanfaatkan masjid di perkantoran maupun pemukiman. Selalu ada siraman rohani kepada kaum muslimin yang tengah berpuasa. Para takmir masjid berlomba-lomba menyusun kegiatan dan mengundang para dai kondang, untuk menarik minat jemaah.
Barisan saf selepas Zuhur di Masjid Baitul Ihsan tak banyak bergeser. Usai salat ditunaikan, jemaah bergeming di tempat duduknya. Ada juga yang beranjak, tapi tak banyak, sisanya menetap. Jemaah bersiap mendengarkan ceramah Zuhur.
"Kajian Zuhur seperti ini memang rutin kita lakukan setiap hari selama bulan Ramadan ini," kata Kepala Operasional Masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia (MMBI), Ustaz Iman Kukuh Santoso, kepada VIVA, Rabu, 23 Mei 2018 lalu.
Kegiatan keagamaan di Masjid Baitul Ihsan BI di bulan Ramadan ini terbilang cukup padat. Selain salat lima waktu dan kajian saat salat Zuhur, masjid ini juga menggelar salat Tarawih dan kajian kuliah Tarawih maupun pengajian Ramadan
Ada majelis ilmu yang dilaksanakan khusus setiap hari Jumat. Pesantren kilat bagi anak-anak pegawai BI dan parenting keluarga. Di samping tentunya menyediakan ifthar dan takjil untuk berbuka puasa. Pihak masjid menyediakan sekurangnya 1.000 nasi kotak setiap harinya.
"Dan terakhir itu, ini yang juga rutin kita lakukan setiap Ramadan yaitu memaksimalkan ibadah di 10 malam terakhir bulan Ramadan, atau itikaf Ramadan," ujar Iman.
Semarak ibadah di bulan Ramadan ini dirasakan pula pegawai Menara Bank Mandiri. Ratusan pegawai setiap harinya memenuhi Masjid An Nur, yang ada di komplek perkantoran Menara Mandiri. Tak jauh beda kegiatannya, selain salat lima waktu berjamaah, ceramah ba'da Zuhur dan tadarus Alquran.
Di akhir Ramadan, selain menerima dan menyalurkan zakat fitrah, Masjid An Nur di Gedung Menara Mandiri ini juga membagi-bagikan santunan bagi anak-anak yatim dan dhuafa. Donasinya dari masing-masing divisi Bank Mandiri yang ada di komplek perkantoran tersebut. "Jadi kita membantu menyalurkannya," kata Ustaz Roni, DKM Masjid An Nur, Menara Mandiri kepada VIVA, Rabu, 23 Mei 2018.
Pegawai yang mengikuti kajian-kajian selama Ramadan juga beragam. Ada yang pegawai senior, tak sedikit juga pegawai yang masih muda. Semua antusias, apalagi ini bulan Ramadan, di samping berpuasa mengikuti pengajian diselingi tanya jawab membuat pengajian lebih hidup dan bergairah.
Dibanjiri Anak Muda
Angga Noviar (34), seorang PNS muda yang bekerja di Pemprov DKI Jakarta, mengaku sangat antusias mendengar ceramah agama yang ada di masjid sekitar kantornya, di Balai Kota. Tak hanya saat Ramadan, acara Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra Mi'raj, dan tausiyah harian usai salat Zuhur, Angga sering menghadirinya.
"Selagi ada kegiatan keagamaan dan saya bisa ikut tanpa mengganggu jam kerja ya saya ikut. Saya hanya berusaha menjalankan Ibadah sesuai ajaran Islam yang berlaku," kata Angga saat ditemui VIVA di Masjid Fatahillah, Balai Kota DKI Jakarta, Rabu, 23 Mei 2018.
Menurut Angga, saat Ramadan seperti ini, Masjid Fatahillah Balai Kota memang cukup banyak mengisi kegiatan Ramadan. Seperti tausiyah agama, ta'jil dan makan gratis, menyalurkan Zakat Infaq dan Sodaqoh, Tadarus Alquran, serta Salat Tarawih.
Sebagai umat muslim yang menjalankan perintah Agama, Angga mengatakan terus berusaha mengikuti kegiatan keagamaan yang ada. Ada banyak faktor kata Angga, yang memacu anak muda sepertinya ingin terus meningkatkan Ibadah. Antara lain, lingkungan keluarga dan saat ini banyak pengajian di berbagai media sosial Youtube yang dibawakan oleh ustaz-ustaz muda, seperti Ustaz Tengku Hanan Attaki, Ustaz Adi Hidayat, Ustaz Abdul Somad, dan banyak lainnya.
Penyampaian dakwah dengan cara kekinian, lugas tetap mengacu pada Alquran dan Sunnah, namun tidak terkesan angker. Hal itu membuatnya sadar dan termotivasi. Bahwa tidak perlu menunggu tua untuk bisa beribadah dan menjadi muslim yang taat. "Saya hanya ingin ketenangan batin. Pahala bagi saya adalah bonus. Yang terpenting adalah ridho Allah," ujarnya mantap.
Gairah beribadah anak muda ini tak lepas dari sorotan dai fenomenal asal Pekanbaru, Ustaz Abdul Somad. Ia mengatakan, pemuda dan masjid adalah dua kata yang sangat jauh berbeda. Anak muda identik dengan nafsu yang bergelora, dengan segala macam godaan dan kesenangan dunia. Di sisi lain, masjid merupakan pusat dari aktivitas spiritualitas, dimana kesenangan dunia itu mesti dikekang dan dikendalikan untuk hal-hal positif.
"Ketika remaja disatukan dengan masjid akan jadi sesuatu yang luar biasa," kata Ustaz Somad dalam laman Chanel Youtube Fodamara dikutip VIVA.
Ustaz Somad mengutip sebuah Hadist Nabi Muhammad SAW, yang menyebutkan ada 7 golongan orang yang akan mendapatkan naungan dimana tidak ada naungan selain naungan Allah SWT. Satu di antaranya adalah anak muda yang tumbuh dalam ibadah atau ketaatan kepada Allah SWT.
"Ketika dia (anak muda) tumbuh di lingkungan masjid, maka dia bisa jadi apa saja di masa depan, jadi anggota legislatif, Presiden, Bupati, Gubernur, tapi spiritnya spirit masjid," ujarnya.
Itu sebabnya dalam sejarah, Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya dikelilingi oleh anak-anak muda hebat yang selalu menyertai perjuangannya menegakkan agama Islam. Sebut saja nama Abdullah bin Abbas, yang saat Nabi wafat usianya baru menginjak 15 tahun. Kemudian Abdullah bin Umar dan Anas bin Malik, yang ketika Nabi wafat usianya menginjak 20 tahun. Ada juga anak muda yang bernama Zaid bin Tsabit, yang merupakan penterjemah surat-surat Nabi Muhammad SAW dari orang-orang Yahudi Bani Nadzir, Bani Quraizhah dan Bani Qoinuqqa.
Mereka anak muda yang baik hafalan Alqurannya, indah bacaannya, serta banyak pula hadist-hadist Nabi yang diriwayatkan oleh para anak muda tersebut. "Ini akan terjadi dari masjid ketika isinya adalah anak-anak muda."
Marak Pengajian Artis
Tak dipungkiri, geliatnya majelis-majelis taklim anak muda mulai diminati banyak kalangan. Masifnya pengajian digital, ditambah tren busana muslim di kalangan anak muda, membuat banyak orang memilih untuk hijrah pada keadaan yang lebih baik. Tak terkecuali kalangan selebritis.
Artis-artis muda yang biasa menghias layar kaca, kini pindah haluan. Mereka banyak menginisiasi kegiatan sosial keagamaan, berhijab dan membuat forum-forum pengajian. Para seleb itu memutuskan hijrah dan fokus memperdalam ilmu agama, meninggalkan hingar bingar hidup glamor.
Sebut saja nama-nama selebritis papan atas Tanah Air seperti Dude Harlino, Teuku Wisnu, Tommy Kurniawan, Sahrul Gunawan, Primus Yustisio, David Chalik, Shireen Sungkar, Zeezee Shahab, Alyssa Soebandono, Zaskia Mecca. Mereka membentuk pengajian Mewah, alias Menjalin Ukhuwah.
Tak melulu di bulan Ramadan, anggota pengajian Mewah ini kerap menampakkan aktivitas pengajian mereka di jejaring media sosial. Lewat akun Instagram resmi mereka, @mewah9, dan YouTube, para artis yang dikenal juga sebagai presenter berita keislaman ini berbagi ilmu dan mengingatkan dalam urusan agama kepada para warganet.
Seperti yang terekam beberapa waktu lalu, di kediaman Primus dan Jihan Fahira, para artis datang dan mengaji bersama Ustaz Abdul Somad. Selain dihadiri personel Mewah, ada juga nama-nama beken yang hadir, ada Hengky Kurniawan, Mario Irwinsyah, Dimas Seto, Dhini Aminarti, Dewi Sandra, Arie Untung, dan masih banyak lagi lainnya.
Dalam ceramahnya, Ustaz Abdul Somad menyinggung lekatnya sosok artis dengan narkoba dan kehidupan glamor. Namun, dia mengajak masyarakat tidak berpandangan sempit atau mengeneralisasi semua orang. Karena masih banyak para pekerja seni yang baik, bahkan taat agama.
"Kita harus bersikap adil dalam memberikan penilaian. Banyak juga teman kita yang berhijrah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannnya. Maka itu jangan cepat-cepat menilai. Kita doakan, dengan seninya itu bisa masuk ke dalam surga Allah," kata Ustaz Abdul Somad.
Kalangan selebritis perempuan tak mau kalah. Mereka juga membentuk pengajian-pengajian yang terbuka untuk umum, tapi kajiannya memang dikhususkan untuk kaum hawa. Seperti yang dilakukan artis Chaca Frederica lewat kajian MT Shahabiyah dan Kajian Vision 99.
Chaca mengakui kajian yang dia ikuti ini terbuka untuk umum, tak terbatas kalangan selebriti. Misalnya, di MT Shahabiyah ini, meski terbuka untuk umum, namun topik pembahasannya seputar perempuan, semata agar lebih intim. Sedangkan kajian Vision 99 lebih terbuka untuk umum, tujuannya mengedukasi anak-anak muda zaman now, yang relatif masih free minded, untuk diarahkan pada pemahaman agama yang baik.
"Jadi yang mereka masih ada pemikiran kalau masih ada perang mendingan enggak usah ada agama, tapi kita berbuat baik saja. Nah, benar enggak sih pemikiran seperti itu? Yang akan dibahas di kajian Vision99," kata Chaca kepada VIVA, Rabu, 23 Mei 2018.
Ada juga Zaskia Sungkar lewat kajian Musyawarah (Muda Sakinah Mawaddah Warahmah). Bersama rekan-rekan sesama artis, mereka juga membuat kajian keagamaan tematik. Kajian Musyawarah ini sudah berjalan selama tiga tahun terakhir ini.
Kajian Musyawarah ini beranggotakan Oki Setianadewi, Shireen Sungkar, Alyssa Soebandono, Baim Wong, Teuku Wisnu, Titi Kamal, Ryana Dea, Dude Herlino, Dhini Aminarti, Ririn Dwiariyanti, Tika Ramlan, Tommy Kurniawan, Reza Aditya, Ibnu Jamil, Dimas seto. "Nambah ilmu, karena nambah ilmu insya Allah nambah iman. Sesama muslim kita support," kata Zaskia kepada VIVA, Rabu, 23 Mei 2018.
Ustaz yang juga selebritis, Soleh Mahmud atau yang akrab disapa Ustaz Solmed, mengaku bangga dengan ghirah anak muda, baik kalangan selebritis maupun masyarakat umum, yang tergerak untuk menghadiri pengajian-pengajian. Majelis taklim katanya, kini tak identik lagi dengan orang tua, tapi juga anak muda. "Ini sesuatu sangat baik, semangat mereka untuk mencari ilmu," kata Ustaz Solmed kepada VIVA, Rabu, 23 Mei 2018.
Ustaz Solmed tak menampik munculnya ceramah-ceramah viral di media sosial juga menjadi salah satu pemicu anak muda untuk bergerak mengaji dan membuat komunitas pengajian. Ditambah rasa ingin tahu kaum muda ini sangat tinggi, sehingga perlu difasilitasi pada kanal-kanal yang positif. Ia berharap gejala ini bukan tren semata.
"Kalau hanya sekedar tren rugi, tidak sungguh-sungguh saya berharap ini bukan hanya sekedar tren seru-seruan, ajang untuk selfie-selfian tapi memang ini sebuah ketulusan karena ketidaktahuan, maka ngaji. Dan benar benar ngaji ada ustadnya ada gurunya," ujar Ustaz yang juga menginisiasi pengajian sebulan sekali di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat ini.
Kaum Muda Umrah Meningkat
Fenomena hijrah kaum muda ini semakin tak terbatas. Mereka terus mengaktualisasi dirinya pada semua aspek keagamaan. Tak hanya memenuhi masjid untuk salat lima waktu, menghadiri pengajian dan eksis di semua kegiatan sosial keagamaan, kaum muda juga mulai menginvestasikan hartanya untuk ibadah haji dan umrah.
Setidaknya data Himpunan Penyelenggara Haji dan Umrah (Himpuh) menunjukkan, ada tren dalam 10 tahun terakhir, orang-orang yang berangkat haji dan umrah adalah mereka yang berusia relatif lebih muda. "Hampir 50 persen usianya 25-34 tahun," kata Wakil Ketua Himpuh, Muharom Ahmad kepada VIVA, Rabu, 23 Mei 2018.
Menurut Muharom, data ini menunjukkan adanya korelasi di kalangan menengah anak muda muslim yang mempunyai daya beli, kecenderungan memindahkan hartanya untuk perjalanan umrah, dengan kesadaran beragama.
Seiring bertambahnya kelompok menengah muslim, atau keluarga muda yang mempunyai daya beli, mengajak anak-anak remaja mereka untuk pergi haji dan umrah. Ditambah kesadaran keagamaan yang meningkat, menjadi faktor kenapa kaum muda mulai minat melakukan perjalanan umrah.
"Kalau orang kaya punya daya beli tapi tidak punya kesadaran beribadah dan beragama sama saja, kelompok muslim menengah dan anaknya tidak akan berangkat," ujar pria yang juga Direktur Biro Perjalanan WahanaHajiUmroh.com ini.
Berbeda dengan ibadah haji, lanjut Muharom, kecenderungan jemaah muda haji umumnya di atas usia 35 tahun. Tentu ini juga sebuah hal positif. Bila dulu ibadah haji identik dengan mereka yang berusia rata-rata 55 tahun, kini jemaahnya lebih muda. "Dalam 10 tahun terakhir trennya keluarga muda berangkat haji, usia 35 lebih banyak," kata dia.
Kendati pun di biro travel yang dia pimpin belum ada anak muda yang membayar sendiri ibadah haji, rata-rata masih diajak oleh orang tua mereka. Namun setidaknya kesadaran beragama anak muda, ditambah adanya daya beli, mendorong mereka untuk beribadah umrah dan haji. "Orang tua selalu bilang, sekarang berangkat dulu sama mama papa nanti kalau sudah nikah bawa istri atau suami," ungkapnya.
Psikolog Sani Budiantini Hermawan melihat, fenomena hijrah islami kaum muda ini bagian dari cara mereka mengekplorasi diri masing-masing. Sebab, untuk mendalami ilmu agama suatu kebutuhan setiap orang yang berbeda-beda. Tapi umumnya, mereka butuh untuk ketenangan.
Pemahaman agama yang baik adalah suatu kebutuhan, di tengah banyak influence negatif dari luar, seperti paham radikal teroris dan paham mudah menkafirkan orang. Sehingga perlu adanya ketahanan dalam sisi agama yang benar yang tidak salah, agar jangan sampai ikut ke dalam sekte-sekte yang keliru. Bisa juga, anak muda ini terpanggil untuk mengadakan suatu forum lebih ke arah mengedukasi orang baik dalam sisi agama maupun membahas dari masalah yang ada.
"Jadi awareness-nya yang meningkat, ada kesadaran pada remaja atau dewasa muda zaman sekarang untuk lebih mendalami, mengetahui lagi apa yang terjadi supaya tidak misleading. Karena sudah ada kebutuhan untuk menambah pengetahuan yang lebih dalam," kata Sani Budiantini kepada VIVA, Rabu, 23 Mei 2018.
Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani ini meyakini, agama ini bukan pelarian anak muda. Tapi karena ada kebutuhan spiritual yang tidak terpenuhi, disebabkan banyaknya kegiatan, bermedsos ria yang kepuasan juga cuma sesaat, meng-upload suatu konten dan melihat konten yang di-upload orang lain.
"Tapi kan di dalam itu kita tetap butuh ketenangan batin, itu enggak di dapat dari interaksi di sosial media. Kebutuhan inilah yang sebenarnya dicari dan ditemukannya di pertemuan-pertemuan di kajian spiritual," paparnya.
Sani memprediksi, aktivitas pengajian dan kegiatan spiritual kaum muda ini akan semakin semarak ke depannya. Perkembangan media sosial turut menyumbang masif gerakan dakwah anak muda. Disamping tujuan dan pesan keagamaannya tersampaikan, mereka juga bisa berkreasi membalut dakwah dengan aktivitas lain sesuai dengan zamannya.
"Kalau kita lihat dulu pengajian-pengajian cuma di forum yang kecil, sekarang pengajian itu sudah meluas banget, yang buat taklim juga sudah banyak, jadi prediksi saya ke depan, jauh lebih banyak lagi," ujar psikolog anak dan keluarga ini.
Pendidikan Agama
Bagaimanapun, untuk menghadirkan generasi terbaik, dibutuhkan pendidikan dan lingkungan yang baik pula. Para orangtua berpikir untuk memberikan pendidikan terbaik bagi putra-putrinya. Pendidikan tak sekedar pendidikan umum saja, tapi ditambah pendidikan agama dan pendidikan karakter atau budi pekerti.
Itu pula yang mendorong menjamurnya sekolah-sekolah Islam berbasis karakter atau sering disebut Sekolah Islam Terpadu. Sekolah-sekolah ini umumnya mengintegrasikan pendidikan umum dengan pendidikan agama dalam semua materi pembelajarannya. Sistem sekolah dibuat fullday school, ada juga yang sistem boarding atau asrama.
Semuanya dibentuk sedemikian rupa, untuk menggabungkan aspek akhlak, prestasi, dan kemandirian siswa siswinya. Mereka diharapkan tidak hanya berprestasi di akademik, tapi juga punya dasar agama yang baik dan berakhlak mulia. Pengalaman itu setidaknya yang ingin dibagikan oleh Mindy, ibu muda berusia 29 tahun ini, yang memilih menyekolahkan anaknya di SDIT yang berada di kawasan Bekasi, Jawa Barat.
Bagi Mindy, SDIT dipilih ada kekhawatiran sebagai orangtua yang tak mampu memberikan pendidikan agama sebagai fondasi dalam membangun karakter dan spiritual anak di masa tumbuh kembangnya. Ia menyadari pembentukan karakter anak itu dominan dari pendidikan di rumah, namun keseharian dan rutinitas di lingkungan sekolah yang baik, juga dapat menstimulasi perkembangan spiritual anak.
"Saya ambil contoh rutinitas anak saya di sekolah: setiap pagi sebelum memulai aktifitas belajar dimulai dengan kegiatan salat Dhuha dan kegiatan belajar Alquran. Menurut saya, ini bentuk upaya menstimulasi spiritual anak," kata Mindy saat ditemui VIVA, Rabu, 23 Mei 2018.
"Dengan sekolah di SDIT harapan saya anak-anak bisa memiliki fondasi agama Islam yang baik dan benar, bukan berarti menuntut anak untuk menjadi manusia yang suci tanpa dosa ya, tapi mempersiapkan tuntunan hidup yang baik dan benar untuk masa depannya," imbuhnya.
Kesadaran akan pentingnya pendidikan agama bagi anak-anak juga diakui Sari, seorang ibu berusia 35 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan swasta. Ia mengakui minimnya waktu bersama anak, karena mesti bekerja, ditambah lagi tidak memiliki pengetahuan agama yang cukup untuk mengajarkan ke anak-anaknya, menjadi alasan kenapa memilih menyekolahkan anaknya di SDIT di kawasan Grogol, Jakarta Barat.
"Karena kalau di sekolah umum agamanya lebih sedikit porsinya, untuk ngajarin mungkin saya perlu tambahan les, untuk iqro, dan lain-lain. Jadinya saya masukin ke sekolah agama," ujar Sari kepada VIVA, Kamis, 24 Mei 2018.
Sari mengakui, banyak perkembangan yang didapat anaknya di SDIT. Di samping anak diajarkan tata cara salat wajib dan sunah, akhlak yang baik kepada orang tua dan sesama, juga belajar mengaji dan hafalan Alquran. "Saya amazing juga sih, dia sudah hafal beberapa surat, bahkan saya enggak bisa," ujarnya.
Psikolog Anak dan Keluarga, Sani Budiantini Hermawan, menekankan pentingnya pemenuhan kebutuhan pendidikan spiritual bagi anak, salah satunya dengan menyekolahkan anak-anaknya di sekolah-sekolah Islam. Menurutnya, kematangan psikologis itu akan lebih lengkap lagi dengan kematangan spiritual.
"Jadi dampak seseorang itu jadi kuat, karakternya nggak mudah rapuh, lebih tahan cobaan, tantangan hidup itu karena tahu ada Tuhan tempat dia bergantung. Itu jauh membuat seseorang itu jadi karakter yang lebih kuat tadi, karena nggak mudah stres dan depresi, karena dia yakin ada kesusahan ada kemudahan."
Baca Juga
Bergerak dalam Aktivitas Religi