- Dok. Revivaltv
VIVA – Jemari itu lincah menari di layar ponsel buatan China yang harganya tak lebih dari dua juta rupiah. Wajah si empunya jari begitu serius. Kedua matanya fokus menatap layar. Jarinya seperti memiliki mata, hingga begitu cepat memainkan skill 1 hingga 3 sembari memadukan dengan button magic pada game online battle yang mengandalkan kombinasi strategi dan kekompakan tim.
Untuk beberapa waktu ia menenggelamkan diri dalam permainan di ponsel. "Yesss!!" pekiknya. Tangan kiri mengepal. Pertanda dia memenangkan war, yang membuat peringkatnya terus naik. Setelah itu ia berhenti dan tertawa. Layar ponsel ia tutup, lalu disimpan ke dalam saku depan celana jins belel yang ia kenakan.
"Saya sudah memilih untuk cuti kuliah. Saya mau fokus main game. Karena untuk berhasil di game engga bisa bareng dengan kegiatan lain," ujar anak muda itu sambil tertawa sedikit.
Mungkin ia tersadar bahwa pilihan cuti kuliah hanya untuk main game pasti terdengar gila dan tak masuk akal buat orang lain. Tapi dengan nada pasti, ia sampaikan keinginan itu.
Nama anak muda itu Fadhil Abdurrahman. Sejak pertengahan tahun lalu ia sudah memutuskan cuti kuliah dari Universitas Pamulang (Unpam), tempat ia tercatat sebagai mahasiswa jurusan Teknik Informatika. Sebelum di Unpam, pemuda berusia 21 tahun juga sempat kuliah di sebuah sekolah tinggi informatika di Blok M, Jakarta Selatan. Tapi di semester empat ia memutuskan berhenti karena merasa tak cocok dengan kampus tersebut.
Sejak satu tahun yang lalu, Fadhil memutuskan serius menekuni profesi sebagai pemain game. Keputusan Fadhil tak sia-sia. Minggu lalu bersama empat rekannya itu, ia berhasil menjuarai Mobile Legends Professional League (MPL) Indonesia 2018. Di babak grand final yang digelar di Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat, pada Minggu, 1 April 2018, Fadhil dan empat rekannya yang membawa nama TEAMnxl -akhirnya berganti nama menjadi King Slayers- berhasil melibas tim EVOS. Hadiahnya sangat menggiurkan, sekitar Rp500 juta.
Fadhil bercerita, saat ini, Mobile Legends: Bang Bang, adalah game yang paling terkenal di kalangan penggila game online. Inilah game yang baru saja ia rampungkan kompetisinya dan groupnya tampil sebagai pemenang. Ia sendiri mengaku baru bermain game Mobile Legend sekitar 1,5 tahun yang lalu. Seorang rekan kerja di kantor mengenalkan game tersebut kepadanya dan berhasil membuatnya menikmati game tersebut.
"Tantangannya asyik, dan bikin kita bisa kenal dengan teman-teman dari banyak wilayah. Jadi ada interaksi sosialnya," tuturnya kepada VIVA yang menemuinya di Depok, Kamis, 5 April 2018.
Menurutnya, daya tarik utama game ini karena melibatkan banyak orang dan bisa dimainkan secara tim. Untuk membentuk tim, game ini bisa membuat seseorang dari jarak puluhan ribu kilometer, bahkan menyeberang pulau bisa saling mengenal dan akhirnya bekerja sama menjadi pemenang. Fadhil dan tim adalah contohnya. Tim beranggota lima orang ini, dua diantaranya tinggal di Pontianak, satu di Tangerang, satu di Taman Mini, Jakarta Timur, dan Fadhil sendiri tinggal di Depok.
Tim King Slayer ini diketuai oleh Afrindo “G” Valentino, (Mage) (Kagura/Harley). Anggotanya adalah Fadhil “Rave” Abdurrahman, (Fighter) (Chou/Zilong), Joshua “LJ” Darmansyah, (Tank) (Grock/Akai), Agung “Billy” Tribowo, (Assasin) (Fanny/Alpha/Hayabusa), dan Supriadi “Watt” Dwi Putra, (Marksman) (Moskov/Bruno). Nama-nama unik itu memang diambil dari karakter Mobile Legends. Sejak kompetisi digelar, tim ini hanya berlatih di dunia maya, mereka jarang ketemu darat karena jarak satu sama lain yang sangat jauh.
***
Hobi, Prestasi, dan Materi
Perkembangan teknologi yang sangat dinamis membuat pola bermain game juga mengalami perubahan dengan drastis. Pemasaran ponsel yang meluas diiringi harga yang semakin murah dengan spesifikasi yang makin canggih membuat para pembuat aplikasi game segera beralih. Bermain game melalui PC atau personal computer akhirnya terlibas dan mulai ditinggalkan. Kecanggihan ponsel membuat penggila game menemukan keasyikan baru. Mereka bisa bermain di mana saja, kapan saja, dan dalam situasi apa saja.
Mobile Legends: Bang Bang atau yang terkenal dengan nama ML menjadi salah satu game yang paling banyak diunduh. Game bergenre MOBA atau Multiplayer Online Battle Arena itu dirilis di Tiongkok oleh Shanghai Moonton pada 11 Juli 2016. Saat ini, game Mobile Legends: Bang Bang menjadi game yang sangat populer. Kepada VIVA, Fadhil memperlihatkan angka fantastis, permainan yang bisa dicari melalui appstore itu ternyata sudah diunduh sekitar satu juta pengguna ponsel, hanya dalam waktu dua tahun sejak diluncurkan. Di Indonesia, jumlah pemainnya diperkirakan sudah puluhan ribu. Ketika babak penyisihan MPL Indonesia 2018 dibuka, tercatat sekitar 3.000-an tim beradu tangkas.
Saking populernya, bermain game ini juga bisa menjadi sumber penghasilan baru bagi mereka yang serius menekuninya. Fadhil bercerita, angka 500 juta yang diraih oleh timnya adalah hadiah puncak. Sejak babak penyisihan selesai dan terpilih 10 group, mereka sudah mendapatkan bayaran per minggu, ditambah bonus-bonus dari poin yang bisa mereka raih. Meski enggan menyebut angka, Fadhil mengaku mendapat jumlah yang lumayan. Anak pertama dari empat bersaudara itu tak menyangka ketertarikannya pada permainan ketangkasan dan adu strategi melalui ponsel berhasil membawa kebanggaan baru. Tak hanya sebagai juara, namun juga secara materi. Ada keuntungan finansial yang ia dapatkan.
Soal keuntungan finansial juga diakui oleh Afrindo Valentino, ketua tim Fadhil. Remaja yang biasa disapa Valdo ini masih tercatat sebagai mahasiswa di Pontianak. Ia mengaku awalnya bermain game untuk bersenang-senang. Tapi setelah sering kena marah orangtuanya, ia bertekad membuktikan, permainan ini akan bisa membanggakan mereka. Valdo malah bercita-cita mendapatkan penghasilan besar dari keasyikannya bermain game. Hal yang sama yang juga diyakini Fadhil, hingga ia berani memilih cuti kuliah.
Fadhil juga Valdo percaya, kemampuan bermain game mendatangkan penghasilan bagus. Berapa jumlahnya? Keduanya tak bersedia menyebut angka dengan pasti. "Rahasia umumlah. Setara UMR, dan lebih dari cukuplah," ujar Valdo kepada VIVA melalui komunikasi media sosial, Jumat, 5 April 2018.
Angka hampir jelas diungkapkan oleh Justin (Just no limit). Justin adalah anggota tim EVOS, tim yang menjadi runner up MPL Indonesia 2018. Justin menyebut angka, kira-kira penghasilannya saat ini sudah mendekati lima juta per bulan. Jumlah itu bukan hanya angka dari tim manajemen, namun juga dari sponsor dan dari media sosial seperti youtube. "Lumayan lah buat nambah-nambah makan," ujarnya sambil tergelak.
Anggota tim EVOS lainnya, Sebastian "los," juga mengakui, keterlibatannya saat ini di arena kompetisi dunia maya sudah memberi hasil lumayan. Bukan hanya hadiah saat lomba. Menjadi pemain game saat ini juga bisa mendatangkan penghasilan dari sumber lain, sponsor dan media sosial. Semakin banyak penonton mereka di youtube, maka semakin banyak sponsor yang melirik mereka.
Penghasilan tak hanya terbuka dengan mengikuti berbagai kompetisi. Namun ada juga para pemain game yang menjadi joki untuk menjadikan pemain lain cepat naik ranking. Para joki ini biasanya menetapkan tarif tertentu untuk membuat seorang pemain meraih posisi atau ranking yang mereka inginkan. Dari tarif yang terlihat tak seberapa biayanya itu, ternyata angka yang diterima seorang joki per bulan bisa sangat fantastis.
Fadhil mengaku tahu praktik-praktik joki tersebut. Menurutnya, kalau mau dilakoni hanya sebatas joki, ia mengaku mampu. Bahkan seorang joki bisa mendapatkan bayaran hingga jutaan untuk satu permintaan naik ranking. Tapi meski uangnya sangat lumayan, Fadhil mengaku tak tertarik untuk menjadi joki.
"Iya, bisa dapat uang besar kalau menjadi joki. Malah banyak yang sampai bikin tim untuk menjadi joki game online. Tapi saya ngga mau. Ngga ada tantangannya. Kalau kita jadi rooster (player), kita jadi berkembang karena memikirkan strategi dan adu tangkas. Tapi kalau joki, ya si joki yang sibuk mikir, kita terima beres. Engga ada seninya," ujarnya menjelaskan.
Ia juga tak ingin menjadi joki karena baginya itu bukan hal yang sportif dan fair. Tapi ia mengakui, para joki adalah pemain yang cerdas dan mahir. Karena sebenarnya, mereka bisa juga menjadi juara jika tak memberikan rankingnya pada pembeli.
***
Perjuangan Berat Para Game Player
Jalan menjadi juara jelas tak pernah instan dan mudah. Para pemain online game ini, kerap menyebut diri mereka sebagai atlet e-sports, juga mengaku tak serta merta berhasil dan langsung melesat hanya dengan bermain dalam hitungan waktu yang singkat. Mereka bercerita, sudah sangat tertarik dan bermain game sejak usia masih belia, yaitu sejak mereka sekolah dasar. Para pemain ini nyaris memiliki cerita yang seragam soal kegandrungan mereka pada permainan ini.
Awalnya mereka bermain nintendo, play station 1, dan play station 2. Sampai kemudian main game melalui PC, dan akhirnya berkenalan dengan game melalui aplikasi ponsel android. Soal dimarahi orangtua karena terlalu asyik dengan game sudah menjadi santapan rutin mereka. Tapi hasrat bertarung dan mengalahkan lalu menjadi juara terlalu sulit mereka sisihkan. Dalam sehari, minimal mereka bermain game selama lima jam.
Fadhil masih lebih sedikit dalam mengalokasikan waktu untuk bermain game. Ia mengaku hanya menyisihkan waktu sekitar lima hingga enam jam dalam sehari untuk bermain game. "Biasanya main mulai pulang sekolah, ketika masih sekolah, atau ketika ada waktu senggang. Itu juga engga terus menerus. Tapi kalau ditotal waktunya ya sekitar lima hingga enam jam per hari," celotehnya.
Valdo,rekan satu tim Fadhil lebih gila lagi. Ia mengaku jika hari sekolah, ia menghabiskan waktu antara lima hingga 10 jam per hari untuk bermain game. Sedangkan jika libur, maka ia bisa menghabiskan hingga 20 jam dalam sehari. Sebastian dan Justin juga menyampaikan hal yang sama.
"Tapi kita memang main karena hobi, jadi senang-senang saja," ujar Sebastian dan Justin yang diwawancara oleh VIVA saat mereka diundang oleh Ketua MPR RI Zulkifli Hasan ke kantornya di Senayan, Rabu, 4 April 2018.
Teguran dan omelan orang tua jadi makanan harian mereka. Tapi teguran dan omelan itu justru mereka anggap pemacu untuk menunjukkan prestasi terbaik. Biasanya, jika orang tua sudah marah, para gamer ini segera menghentikan aktivitas mereka. Tapi, segera setelah omelan itu selesai, mereka kembali asyik masyuk dengan permainan. Empat anak ini mengakui, para orang tua marah karena mereka melihat game itu sebagai hal yang tidak produktif. Tapi setelah anak-anak itu berhasil menunjukkan prestasinya, orangtua menjadi luluh dan akhirnya mendukung.
Kegilaan bermain game juga tak berarti melupakan kesehatan. Para pemain game ini mengaku tetap menjaga kesehatan dengan makan dan tidur teratur. Mereka sadar, jika abai pada kesehatan mereka maka besar akibatnya. Valdo mengaku, orangtuanya paling marah jika ia mengabaikan kesehatan. Sebab ia pernah sakit tipes. Jadi ia harus menjaga makanan dan kesempatan istirahat. "Kalau sudah capek ya tidur. Main juga engga terus menerus nonstop, tapi masih ada istirahatnya," ujarnya.
Hal yang sama juga dilakukan Sebastian dan Justin. Meski menghabiskan waktu untuk bermain dan latihan hingga 10 jam per hari bahkan kadang lebih, tapi menjaga makanan dan istirahat mereka lakukan supaya tak mudah jatuh sakit.
Bukan hanya soal makan dan kesehatan. Hal berat lain yang dihadapi oleh para game player ini adalah kehilangan kehidupan sosial. Nyaris semua mengaku kesulitan membagi waktu untuk sekedar kumpul, makan bareng, atau ketawa ketiwi dengan rekan seusianya. Kegilaan pada game membuat mereka enggan melepaskan waktu latihan harian yang sudah menjadi ritmenya.
Fadhil bahkan mengaku tak punya pacar dan tak ingin pacaran. "Ah serius jadi atlet saja dulu. Saya ingin sendiri dan belum ingin punya pacar," ujarnya.
Valdo juga demikian. Ia mengaku sudah beberapa kali menolak undangan kumpul dengan teman-teman, juga undangan kumpul keluarga demi bisa terus dan tekun latihan.
Bagusnya, karena game mobile legends bergenre MOBA, maka ada ruang untuk berinteraksi sosial di dalam permainan. Seperti disampaikan Fadhil, antarpemain mobile legend bisa saling berteman, mendukung, bahkan bergabung dalam satu tim.
***
Besar Pengorbanan, Sebandingkah untuk Masa Depan?
Nasib dan masa depan seseorang jelas misteri. Tapi bagaimana prospek para game player di masa mendatang jauh lebih abstrak. Sebab, meski jumlah pemainnya terus bertambah dan berbagai kejuaraan mulai digelar, posisi para pemain game di Indonesia tak ajeg. Beberapa tahun terakhir, di berbagai belahan dunia memang terdengar upaya menjadikan para game player dan game yang dimainkan sebagai bagian dari e-sports, yaitu sebuah kompetisi olah raga yang menggunakan video games sebagai basisnya. Namun di Indonesia, arah untuk membuat online game menuju e-sport belum terlihat.
Saat ditanyakan, apakah kegilaan dan pengorbanan yang dilakukan saat ini dalam bermain game setara dengan apa yang akan di dapat di masa depan, Fadhil, Valdo, Sebastian dan Justin sama-sama menyadari, usia bermain game yang sekarang mereka lakoni tak akan lama. Paling bertahan hingga lima atau sepuluh tahun ke depan. Meski memiliki berbagai ambisi, termasuk ikut kompetisi internasional dan berniat menang untuk mengharumkan nama bangsa, namun mereka tahu, ada keterbatasan yang akan menghentikan mereka.
"Kita sih sadar, masa seseorang di dunia atlet itu kan engga panjang. Paling lama hingga 35 tahun. Jadi kita berharap pemerintah bisa memberi jejak karier, atau apalah istilahnya. Jadi setelah kita pensiun dari e-sports ini kita tahu apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Tentunya masih berhubungan dengan game atau e-sports ini ya," ujar Sebastian.
Harapan yang kurang lebih sama juga disampaikan Justin. Ia berharap ada penghargaan atau pengakuan yang diberikan pemerintah jika mereka atau atlet e-sports lain berhasil mengharumkan nama bangsa di kompetisi kancah internasional.
Namun harapan mereka sepertinya masih jauh panggang dari api. Ketua MPR RI Zulkifli Hasan yang mengundang mereka ke ruang kerjanya ternyata juga belum memiliki konsep jelas untuk masa depan atlet e-sports. Kepada VIVA, Zulkifli mengaku mendukung kreativitas mereka dan mengakui mereka sebagai anak muda yang cerdas dan kreatif. "Mereka ini aset bangsa," ujarnya.
Namun berikutnya, Zulkifli hanya memberi pesan agar mereka menjadi pelopor untuk persatuan dan kesatuan bangsa, melek politik, dan memahami nilai-nilai bangsa. Ia belum menyentuh substansi yang diharapkan para game player atau atlet e-sport tersebut.
Direktur Pengembangan Pasar Luar Negeri, Deputi Pemasaran Badan Ekonomi Kreatif atau BEKRAF Bonifasius Wahyu Pudjianto mengatakan, pemain game sudah mulai menjadi profesi yang menjanjikan. "Sebab ke depannya peradaban manusia akan sangat dipengaruhi teknologi. Begitu pula dengan kehidupan sosial," katanya.
Sayangnya, Boni tak memerinci lebih jauh, peran apa yang bisa diambil oleh para game player, juga langkah strategis apa yang bisa dilakukan BEKRAF untuk menegaskan karier mereka di masa depan.
Langkah lebih progresif justru dilakukan oleh Telkomsel. Provider jasa layanan komunikasi ini membaca tingginya minat bermain game di Indonesia, termasuk partisipasi aktif pengguna jasa Telkomsel untuk bermain game. Tahun ini, perusahaan tersebut berniat kembali menyelenggarakan Indonesia Games Championship. Tahun lalu, acara tersebut dinilai sukses. 13 ribu peserta dan pengunjung ikut dalam acara ini, bahkan 246 ribu lainnya menyaksikan secara streaming.
Auliya I. Fadli, General Manager Games & Apps Telkomsel mengatakan, IGC adalah sebuah ajang kompetisi games dan menjadi tempat berkumpulnya anak muda yang memiliki keterampilan bermain games. "Kompetisi tahun kedua ini diperkirakan akan diikuti lebih dari 15 ribu peserta dan pengunjung. Jadi bisa dibilang ini akan menjadi event turnamen online games atau e-sports terbesar di Indonesia," ujarnya menjawab VIVA melalui surat elektronik.
Telkomsel, menurut Auliya, berupaya mewadahi komunitas games developers, publishers, dan gamers yang ada di Indonesia untuk saling berinteraksi dan berbagi informasi secara offline.
Andi Taru mungkin layak jadi sosok yang bisa menjadi contoh. Founder dari Educa Studio awalnya adalah seorang pencinta games. Namun berikutnya ia tertantang untuk membuat sendiri. Startup miliknya berambisi untuk mengembangkan bisnis aplikasi dan game kasual dan edukasi. Sejak September 2015, ia dan tim berekspansi dengan hadirnya Keong Games.
Menurut Andi, kalau dilihat dari marketnya, masa depan games sangat bagus dan menjanjikan secara finansial. Tapi, ujarnya mensyaratkan, sebaiknya tidak berkiprah asal-asalan. "Industri game ini lebih ke passion. Jadi bagaimana kita menjalani hobi yang kita sukai, terus dibayar. Tapi engga bisa sembarangan, karena tetap dibutuhkan skill yang tidak sembarangan," ujarnya.
Jika sudah cinta, kadang kita lupa memikirkan apa yang akan terjadi kemudian. Mungkin kiasan itu tepat untuk menggambarkan bagaimana kondisi para game player atau atlet e-sports saat ini. Mereka bermain game atas nama cinta dan ketertarikan luar biasa pada permainan yang mereka tekuni. Itu sebabnya pengorbanan waktu dan tenaga tak lagi mereka hitung. Soal bagaimana di masa depan, tetap dipikirkan sambil jalan.
Fadli yang saat ini memilih cuti kuliah, berjanji akan kembali melanjutkan kuliahnya. Begitu pula dengan Sebastian, Valdo, dan Justin. Mereka tetap ingin mengutamakan pendidikan, tapi sekarang mereka ingin konsentrasi penuh pada kemampuan dan kecintaan mereka bermain game.
Adu taktik, adu strategi, adu tangkas, lalu meraih kemenangan saat ini sepertinya jauh lebih menantang dibanding memikirkan apa yang akan mereka hadapi di masa depan. Semoga pemerintah cepat membaca perkembangan ini dan memberi mereka, juga puluhan ribu penggemar game lainnya di Indonesia, kesempatan besar untuk berkiprah.
Baca Juga