Mengapa Kapal Mewah Concordia Tenggelam

Kapal Pesiar Tenggelam di Italia
Sumber :
  • REUTERS/Giglionews.it/Giorgio Fanciulli

VIVAnews – Hampir seratus tahun silam, kapal pesiar mewah Titanic tenggelam di perairan Atlantik. Siapa sangka -- tiga bulan menjelang peringatan seabad tragedi bersejarah itu, peristiwa serupa terulang di perairan Italia. Nahas di negeri piza menimpa kapal pesiar super mewah dan canggih Costa Concordia.

Seperti dilansir Reuters, Costa Concordia yang membawa 4.229 penumpang, termasuk wisatawan dan kru kapal, sedianya dijadwalkan berlayar selama tujuh hari mengarungi perairan Mediterania. Namun baru dua jam meninggalkan pelabuhan Civitavecchia dekat Roma, kapal mengalami gangguan di dekat Pulau Giglio, lepas pantai Tuscan, Italia, Jumat malam waktu setempat. (Lihat videonya di sini)

Kapal sepertinya menabrak sesuatu. Nyaris serupa dengan kisah Titanic, tabrakan itu terjadi ketika jam santap malam. “Kami sedang makan malam ketika sepertinya kapal menghantam sesuatu. Kemudian kami mendengar ledakan. Gelas-gelas dan piring-piring di meja tiba-tiba jatuh ke lantai, kapal terasa miring, dan lampu padam,” ujar seorang penumpang, Luciano Castro.

“Selanjutnya, situasi kacau. Orang-orang menjerit, berlarian ke sana ke mari. Di dekat saya, wanita muda yang sedang hamil lima bulan menangis ketakutan,” kisah Castro. “Kapten kapal berbicara lewat pengeras suara. Ia mengatakan telah terjadi kesalahan listrik,” lanjutnya.

“Kami kemudian diperintahkan untuk mengenakan pelampung. Kepanikan tak terhindarkan. Beberapa menit kemudian ada bunyi peluit tujuh kali yang berarti semua orang harus merapat ke sekoci,” kata dia. Apapun gangguan atau tabrakan itu, yang jelas akibatnya fatal.

Awak kapal melihat tanda-tanda kapal akan segera karam. Mereka kemudian menghubungi penjaga pantai terdekat untuk membantu proses evakuasi penumpang. Evakuasi berjalan dalam kepanikan karena kondisi kapal mulai miring, dan air laut mulai menggenangi salah satu sisi di bagian dek bawah.

Di tengah ketakutan itu, ribuan penumpang Costa Concordia diperintahkan mengenakan jaket pelampung. Sebagian dari mereka bahkan berebut pelampung karena khawatir tidak terselamatkan. “Saat itu saya yakin saya akan mati. Orang-orang mencoba untuk mencuri jaket pelampung satu sama lain. Kami hanya mendapat satu jaket pelampung untuk anak-anak,” kata Antonietta Sintolli, 65 tahun.

Sintolli dan ribuan penumpang Costa Concordia menuturkan, mereka merasa tragedi tenggelamnya Titanic seratus tahun silam terulang kembali pada diri mereka. Orang-orang melompat begitu saja ke dinginnya laut demi menyelamatkan diri, dan mereka berebut jaket pelampung dalam kepanikan.

Angel Hogaldo, 50 tahun, seorang gitaris yang tergabung dalam kru musik di kapal itu, sedang memainkan musik ketika kapal mulai tenggelam. Ia akhirnya memilih melompat ke laut ketimbang berada dalam sekoci penyelamat. Ia merasa kondisi sekoci yang terlampau penuh, sangat berbahaya. Hogaldo pun berenang sekuat tenaga sampai ke pantai.

Sembari menunggu bantuan, awak kapal mulai menyelamatkan sebagian penumpang menggunakan sekoci sesuai prosedur penyelamatan. Operasi penyelamatan berlangsung mencekam karena kemiringan kapal telah mencapai 20 derajat.

“Kami seperti keluar dari kapal Titanic,” kata penumpang lain, Parmegiani Mara. “Anda bisa mengatakan langsung bahwa kapal itu menabrak sesuatu, dan tidak ada kesalahan listrik,” tegasnya. Castro membenarkan bahwa tidak ada seorang penumpang pun yang percaya pada keterangan kru kapal yang mengatakan bahwa masalahnya ada pada listrik.

“Kami berada di sekoci penyelamat selama dua jam, menangis dan berpegangan satu sama lain,” ujar Sintolli. “Orang-orang berperilaku seperti binatang. Kami harus menunggu terlalu lama di sekoci,” kata Patrizia Perilli, 47 tahun.

Berdasarkan penuturan para penumpang, sebagian besar kru kapal Costa Concordia berkebangsaan Asia, dan hanya sedikit di antara mereka yang bisa berbahasa Italia. Akibatnya, kru kapal harus berjuang bersusah payah dalam mengistruksikan proses evakuasi kepada penumpang.

Tiga Tewas, 40 Hilang

Sebagian besar penumpang Costa Concordia berkewarganegaraan Italia. Namun banyak pula wisatawan asing yang berasal dari Inggris, Jerman, Prancis, Spanyol, dan Amerika Serikat. Tak sedikit di antara mereka yang telah berusia lanjut. Beberapa di antaranya bahkan mengenakan kursi roda.

Reuters melaporkan, setidaknya 3 orang tewas dalam kecelakaan kapal itu, 40 lainnya masih dinyatakan hilang lebih dari 24 jam sesudah kecelakaan, dan 70 orang menderita luka-luka. Ada kekhawatiran jumlah korban tewas bertambah seiring dengan pengecekan lebih lanjut oleh tim penyelam khusus.

Penumpang tewas belum teridentifikasi. Namun, salah satunya adalah seorang pria 65 tahun yang diyakini meninggal akibat tak tahan dengan dinginnya udara laut di malam hari.

Selain sekoci, sebuah helikopter dan lima kapal lain yang berada di sekitar lokasi kejadian juga turut membantu evakuasi. Seorang pejabat dari Costa Concordia mengatakan, 3.200 penumpang kapal dan sekitar 1.000 awak telah dievakuasi ke Pulau Giglio. Akomodasi darurat telah disiapkan untuk mereka.

Kapten Kapal Ditangkap

Kepolisian Italia menahan Kapten Kapal Francesco Schettino dan Perwira Pertama Ciro Ambrosio, menyusul kecelakaan yang menimpa kapal yang mereka nahkodai. Keduanya dituduh menjadi penyebab kandasnya Concordia. Mereka juga dituding melakukan pembunuhan karena meninggalkan kapal lebih dahulu, sementara para penumpang masih dalam situasi bahaya.

Sebuah sumber mengatakan, Schettino, kapten kapal berusia 52 tahun asal Napoli, Italia, itu telah meninggalkan kapal sekitar pukul 23.00 waktu setempat – sekitar satu jam setelah kapal menabrak karang dan kapal mulai tergenang air. Padahal, para penumpang Concordia sendiri baru diselamatkan pada pukul 03.00 Sabtu dini hari.

Pihak operator kapal mengatakan, Costa Concordia sedang dalam pelayaran rutinnya ketika tiba-tiba menghantam karang di bawah permukaan laut. Kapten Kapal Schettino dalam wawancara televisi menyatakan, karang itu tidak tercatat dalam grafik maritim apapun di wilayah tersebut.

Presiden Costa Cruises, Gianni Orotaro mengatakan, kapten kapal “melakukan manuver yang bertujuan untuk melindungi baik penumpang maupun kru kapal.” Namun manuver upaya penyelamatan itu dikatakan menjadi “rumit karena derajat kemiringan kapal yang tiba-tiba.”

“Berdasarkan investigasi yang dilakukan sejauh ini, terlalu prematur untuk berspekulasi mengenai penyebab kecelakaan,” kata juru bicara penjaga pantai, Filippo Marini. Costa Concordia dibangun pada tahun 2004-2005 dengan biaya US$570,7 juta di galangan kapal Fincantieri Sestri di Italia.

Operator Costa Concordia, Costa Crociere, termasuk salah satu unit dari Carnival Corp & Plc – perusahaan kapal siar terbesar di dunia. Dengan kemewahan yang ditawarkan, kapal sepanjang 259,08 meter itu memiliki tarif sekitar £1.200 atau setara dengan Rp16,7 juta per penumpang per malam. Costa Concordia dilengkapi sarana hiburan mewah seperti 4 kolam renang, 5 restoran, dan 13 bar.

Alasan Hakim Suruh Helena Lim Bayar Pengganti Rp 900 Juta Bukan Rp 210 Miliar Seperti Tuntutan Jaksa