Berkah Reuni 212 Bagi Prabowo

Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

VIVA – Jutaan umat Islam tumpah ruah memenuhi kawasan di sekitar Monumen Nasional, Jakarta, pada Minggu, 2 Desember 2018, lalu. Kebanyakan dari mereka mengenakan baju koko warna putih, dan juga membawa atribut seperti bendera bertuliskan kalimat tauhid, bendera merah putih, dan lain-lainnya.

Presiden Prabowo Sebut APEC Harus Jadi Jembatan Ketahanan, Inovasi, dan Inklusi

Seperti diketahui bersama, mereka adalah para peserta acara reuni alumni aksi 212, suatu gerakan yang begitu fenomenal dua tahun yang lalu. Gerakan itu dipicu penistaan Alquran, tepatnya surat Al-Maidah, ayat 51, oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta yang berujung kekalahan di Pilkada DKI dan juga bui bagi mantan Bupati Belitung Timur itu.

Rupanya, gerakan itu tidak menghilang begitu Ahok kalah dan masuk penjara. Para tokoh dan peserta aksi terus mengonsolidasikan diri. Sampai saat ini, mereka sudah dua kali menggelar acara reuni yang bertajuk silaturahmi.

Presiden Prabowo dan PM Selandia Baru Bertemu, Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Dua Negara

Umat muslim mengikuti aksi reuni 212 di Monas, Jakarta

Pada reuni tahun ini, suasana menjadi tampak berbeda karena masyarakat di tanah air sedang menjalani proses menuju Pemilu 2019, pemilu yang diadakan serentak baik pemilihan legislatif dan presiden. Yang menjadi sorotan adalah kemungkinan jutaan orang itu akan melabuhkan suara mereka pada salah satu pasangan capres yaitu Prabowo Subianto.

Prabowo Temui Presiden Luong Cuong, Ingin Kerja Sama Ekonomi Diperkuat

Tak heran bila panitia acara mengundang mantan danjen Kopassus yang juga ketua umum Partai Gerindra tersebut. Bahkan, mereka juga memberikan panggung bagi Prabowo untuk berpidato.

Dengan mengenakan baju koko warna putih, dan peci serta kaca mata hitam, Prabowo menyampaikan pidato singkatnya. Dia mengaku terhormat dan bangga melihat jutaan umat Islam Indonesia yang mampu menggelar acara sebesar itu, tapi tetap berjalan tertib dan damai.

"Saya bangga sebagai anak Indonesia, dan saya bangga sebagai muslim di Indonesia," demikian kata Prabowo yang sebelumnya sempat berganti peci hitam dengan topi tauhid.

Zulkifli Hasan dan Prabowo di reuni aksi 212

Dia menutup pidato dengan ajakan takbir yang segera disambut teriakan Allahu Akbar secara bergemuruh oleh para peserta reuni alumni 212. Tak lupa, dia juga meneriakkan salam nasional, merdeka, yang semakin menambah 'heroik' suasana di Monas hari itu.

Elektoral Besar

Kehadiran Prabowo di kegiatan itu dipandang positif oleh Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah. Politikus yang kini masih bernaung di Partai Keadilan Sejahtera itu meyakini Prabowo akan mendapatkan efek elektoral yang besar setelah menghadiri acara itu.

"Sangat besar kalau menurut saya sih. Karena apapun kan calonnya cuma dua. Jadi orang ngebandingin itu apple to apple gitu," kata Fahri di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin 3 Desember 2018.

Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto (tengah) dan Fadli Zon (kedua kanan) jalan kaki ke lokasi Reuni 212 di Monas Jakarta.

Fahri menuturkan dari kehadiran Prabowo itu masyarakat menilai Ketua Umum Partai Gerindra itu sosok yang memberi kepastian. Dia menilai Prabowo menjawab kegelisahan massa 212.

"Yang jelas dengan kemunculan Pak Prabowo itu, menegaskan jawaban atas kegelisahan massa selama ini. Sekarang ini orang merasa bahwa Prabowo itu lebih memberikan kepastian hukum, keamanan, ketentraman, keadilan, melindungi yang kecil," katanya.

Menurut Fahri, pemerintah Jokowi harus berhati-hati karena anggapan Jokowi memberi ketidakpastian telah menjalar di masyarakat. Dia menyinggung sejumlah persoalan yang terjadi selama pemerintahan Jokowi.

"Makin banyak orang yang dijadikan tersangka, kasus korupsi makin ramai, makin banyak kasus tangkap ini, tangkap itu. Orang bilang ah ini enggak pasti. Orang mau mencari kepastian. Itu yang saya bilang ini akan menjalar kepada banyak masyarakat," kata Fahri.

Keyakinan Fahri itu diamini Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin. Menurutnya, acara reuni alumni 212 pengaruhnya begitu besar bagi Prabowo.

"Besar pengaruhnya. Kan kita tahu juga, gerakan alumni 212 pernah menumbangkan Ahok dari posisi gubernur Jakarta dan masuk penjara," kata Ujang ketika dihubungi, Senin 3 Desember 2018.

Peserta aksi reuni 212 memadati kawasan Monas di Jakarta

Karena itu, dia menilai tak aneh kalangan 212 lebih condong memilih Prabowo di pemilihan presiden 2019. Apalagi, kalangan oposisi juga banyak mengimbau kadernya hadir di reuni itu.

"Wajar jika suara mereka lebih dekat kepada Prabowo. Karena Prabowo juga hadir. Dan ada beberapa tokoh alumni 212 yang masuk tim pemenangan Prabowo-Sandi. Dan beberapa tokoh partai oposisi juga hadir," ujar dia.

"Dan sebelum acara berlangsung juga, Presiden PKS mengimbau kadernya untuk hadir di acara tersebut. Artinya memang acara reuni menguntungkan Prabowo. Dan bisa saja suaranya pun akan ke Prabowo," katanya lagi.

Pendapat senada disampaikan Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Adi Prayitno. Dia mengatakan massa alumni 212 cukup berpengaruh untuk Prabowo karena jika dibandingkan angkanya bertambah signifikan ketimbang reuni 2017 lalu.

"Itu artinya, gerakan ini mulai leading dan banyak yang bergabung. Apapun isu dan motifnya, reuni kemarin menunjukkan satu soliditas gerakan yang massif dan militan," kata dia saat dihubungi VIVA, Senin, 3 Desember 2018.

Umat muslim mengikuti aksi reuni 212 di Jalan MH Thamrin, Jakarta

Adi menegaskan suara mereka jelas ke Prabowo karena sejak awal chemestry alumni 212 itu ingin ganti pemerintah. Karena itu, Prabowo menjadi tamu kehormatan sekalipun bukan alumni 212. "Itu kan jelas pesan politknya apa," katanya.

Apakah Jokowi tidak mendapat limpahan apa-apa dari massa itu? Adi menjelaskan bahwa secara sederhana alumni 212 kemarin itu seleranya adalah ingin ganti presiden 2019. Dengan demikian, Jokowi memang tidak akan mendapat efek positif dari mereka.

"Itu saja tujuan utama mereka itu yang dibungkus dengan gerakan reuni," ujarnya.

Kubu Jokowi

Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Arsul Sani, mengakui massa yang hadir saat reuni 212 kemarin memang sudah lama terlihat mendukung Prabowo. Jumlah mereka tentu sudah masuk dalam hitungan elektabilitas mantan Panglima Kostrad tersebut.

"Toh pada umumnya yang berpartisipasi di reuni 212 itu kan yang tidak memilih Pak Jokowi, yang sudah dihitung dalam elektabilitas Pak Prabowo," ujar Arsul di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin 3 Desember 2018.

Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo (kanan) menyapa peserta jalan sehat bertajuk Sehat Bersama #01JokowiLagi di Lampung

Tapi, Arsul tidak yakin reuni akbar 212 itu akan menggerus elektabilitas pasangan yang mereka usung di Pemilihan Presiden 2019. Menurutnya, elektabilitas calon presiden dan calon wakil presiden tak ditentukan dalam aksi itu saja.

"Enggak (menggerus) juga. Kalau soal elektabilitas itu sesuatu yang sifatnya dinamis. Pak Jokowi bisa naik, bisa turun. Pak Prabowo juga bisa naik, bisa turun. Jadi enggak ada cerita menggerus elektabilitas," kata Arsul.

Apa yang disampaikan Arsul itu klop dengan pernyataan Anggota Advokasi dan Hukum Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Ferdinand Hutahaean. Dia menyebut alumni 212 yang hadir memang kebanyakan pendukung Prabowo.

Tapi, mengenai apakah dukungan massa 212 terhadap Prabowo kemudian secara otomatis berujung kemenangan untuknya, Adi Prayitno juga tidak sependapat. Dia mengingatkan bahwa politik tidak sesederhana itu karena jumlah pemilih di Indonesia cukup banyak yaitu sekitar 191 juta.

"Kemarin yang hadir ke Monas di kisaran 5 jutaan. Tapi reuni kemarin cukup untuk memanaskan politik," katanya.

Begitu juga dengan Ujang Komarudin. Dia menilai reuni 212 belum tentu menggerus suara calon petahana Joko Widodo. Hal itu tergantung dari tindak lanjut soliditas kalangan 212.

"Tindak lanjutnya bisa saja melakukan gerakan subuh berjemaah di setiap daerah untuk tetap menjaga silaturahmi di antara mereka. Atau juga melakukan aksi-aksi damai lainnya di daerah-daerah," kata dia.

Adi melanjutkan mereka solid sebanyak itu karena momentum pilpres, ingin ganti presiden, dan memperjuangkan ulama. Menurutnya, itulah narasi besar demo kemarin.

Capres nomor urut 01 Jokowi di Lapangan Tugu Gajah, Lampung.

Selain itu, politik identitas juga tetap penting pada Pilpres 2019 karena basis pemilih nasional mayoritas Islam. Meski begitu, dia berpendapat politik identitas bukan penentu kemenangan pilpres, karena umat Islam juga terpecah dukungannya.

Sementara itu, tanggapan bernada negatif terus muncul dari kubu Jokowi. Mereka menilai kegiatan reuni 212 itu merupakan kampanye terselubung bagi Prabowo-Sandi. Mereka menyarankan agar Persaudaraan Alumni 212 menjadi partai politik saja. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya