Politik Pilpres di CFD Berujung Intimidasi
- VIVA/Fajar GM
VIVA – Hari bebas kendaraan bermotor atau car free day (CFD) di Jalan Sudirman-MH Thamrin, Jakarta, Minggu, 29 April menjadi sorotan publik. CFD yang seharusnya ajang sosialisasi menurunkan ketergantungan masyarakat pada kendaraan bermotor menjadi agenda rasa politik.
Dua massa dengan mengenakan kaus berbau politik Pemilihan Presiden 2019 hadir di CFD. Pertama, massa dengan jumlah ribuan orang mengenakan kaus #2019GantiPresiden. Lalu, ada massa lain dengan agenda jalan sehat namun menggunakan kaus #DiaSibukKerja bersiluet gambar Joko Widodo sedang melipat kemejanya.
Momen dua massa ini bertemu di sisi barat Bundaran Hotel Indonesia memunculkan gesekan. Massa #2019GantiPresiden meneriaki dan mengolok-olok kelompok #DiaSibukKerja.
"Pasukan nasi bungkus, pasukan nasi kotak. Modal kaus. Kagak punya duit ya, kagak punya duit ya," teriak beberapa orang dari massa #2019GantiPresiden.
Puncak gesekan terjadi ketika seorang pria berkaus #DiaSibukBekerja yang bernama Stedi Repki Watung diintimidasi beberapa pria berkaus #2019GantiPresiden. Mereka meneriaki sembari mengibas beberapa lembar uang Rp100 ribu ke wajah Stedi dengan tudingan beragam.
"Dibayar berapa pak? Sudah kenyang belum, saya tambahin sini," ujar beberapa pria berkaus #2019GantiPresiden.
Baca: Ada Pendukung Jokowi, Massa #2019GantiPresiden Mengolok-olok
Kemudian, seorang ibu bersama anaknya ikut diintimidasi puluhan pria berkaus #2019GantiPresiden. Dari video yang tersebar di media sosial, intimidasi ini sampai membuat anak dari perempuan itu menangis. Ibu yang diketahui bernama Susi Herawati itu didorong tubuhnya dan diteriaki dengan kata-kata yang kurang pantas.
"Cebong, cebong, cebong. Nasi bungkus, nasi bungkus," kata sejumlah orang berkaus #2019GantiPresiden meneriaki Susi.
Imbas kejadian ini mendapat kritikan tajam dari berbagai pihak. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan menyayangkan acara CFD milik umum yang berubah menjadi agenda kepentingan politik.
"Car free day itu kan bebas dari kegiatan partai politik. Kan harus dijaga, enggak boleh rusuh, tempat orang banyak," ujar Zulkifli di komplek parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 30 April 2018.
Zulkifli kecewa dengan intimidasi yang dilakukan beberapa pria berkaus #2019GantiPresiden. Menurutnya, beda pandangan tak perlu dengan sampai menghardik disertai intimidasi. "Yang penting jangan sampai persatuan koyak. Ada cara yang baik, ada cara yang terhormat. Tidak perlu saling menghabisi satu sama lain," jelas Zulkifli.
Baca: Dilecehkan Massa #2019GantiPresiden, Susi Lapor Polisi
Pihak kepolisian pun menyayangkan adanya intimidasi di CFD. Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto menilai peristiwa di CFD merusak demokrasi. Ia berjanji pihak kepolisian akan mengusut bila ada laporan.
“Terkait dengan upaya intimidasi yang terjadi di CFD kemarin, kami sangat menyayangkan dan kami akan mendalami apakah perbuatan melawan hukum atau tidak,” kata Setyo kepada VIVA, Senin, 30 April 2018.
Baca: Massa #2019GantiPresiden Jejali Mulut Stedi Pakai Busa
Tak hanya itu, Polri siap menindak tegas bila kejadian intimidasi seperti ini terulang kembali. Menurutnya, penggunaan kaus tak ada larangan, namun bila disertai dengan intimidasi menjadi berbeda. “Kalau terulang kami akan tindak tegas,” tuturnya.
Pakar Sosiolog Darsono Wisadirana ikut menyoroti intimidasi yang terjadi di CFD, Minggu, 29 April 2018. Dari sudut pandangnya sebagai sosiolog, ada pergulatan sikap yang memaksakan sehingga tertanam kebencian terhadap suatu obyek tokoh.
"Kalau dari kajian sosiologi, orang timur, santun itu penting. Tapi, ini berbau politik, belum mulai tapi pergulatannya sudah panas. Perlu jaga tensi dalam berpolitik, adab santun untuk kebaikan semua," kata Darsono saat dihubungi VIVA, Senin, 30 April 2018.
Darsono yang juga Guru Besar Sosiolog Universitas Brawijaya itu menitikberatkan ajang CFD. Dari aturan, jelas ada larangan agenda politik. Namun, seringkali hal ini terjadi. Menurutnya, penting aturan disertai sanksi tegas diberlakukan.
"Yang seharusnya semacam sosialisasi positif larangan kendaraan positif berubah jadi kepentingan tertentu. Ini jadi pekerjaan rumah semua pihak," tuturnya.
Kemudian, ia juga menyinggung peran aparat terkait seperti kepolisian dalam masalah ini. Semestinya, kejadian ini seperti ini bisa dicegah. Peran aparat kepolisian dalam mengantisipasi dan merespons cepat diperlukan. Ia berharap kejadian seperti ini tak terulang kembali dengan bantuan kesigapan aparat polisi.
"Ya, saya lihat polisi sebenarnya bisa karena sudah biasa antisipasi ada dua kelompok berbeda di satu lokasi. Ada gejolak sedikit kurang antisipatif, ya efeknya ya jadi ramai seperti ini," ujar Darsono.
Tak Patuhi Imbauan Polisi
Pihak kepolisian membantah tak ada antisipasi dalam menjaga massa #2019GantiPresiden dan #DiaSibukKerja. Kapolres Metro Jakarta Pusat, Komisaris Besar Polisi Roma Hutajulu mengatakan, dua kompi sudah dikerahkan untuk menjaga dua massa ini.
"Satu kompi kawal #2019GantiPresiden, satu kompi kawal #DiaSibukKerja," kata Roma saat dihubungi VIVA, Senin, 30 April 2018.
Roma menjelaskan korban intimidasi yaitu Stedi dan Susi beserta anaknya tertinggal dari rombongan berkaus #DiaSibukKerja. Menurutnya, titik massa #DiaSibukKerja di Patung Kuda dekat gedung Indosat untuk melakukan jalan sehat. Dari Patung Kuda menuju Bundaran HI, aparat sudah melakukan pengawalan. Saat titik pertemuan antara dua massa di Bundaran HI juga sudah disiapkan aparat dengan membentuk barisan.
"Pada saat mereka melintas enggak ada masalah. Cuma ada yang tertinggal jauh di belakang rombongan. Itu yang mungkin jadi masalah," jelas Roma.
Baca: Fadli Zon: Tak Ada Intimidasi, Tak Usah Dibesar-besarkan
Roma juga menyinggung massa #DiaSibukKerja yang tak mematuhi imbauan polisi sejak berada di titik kumpul di Patung Kuda. Imbauan yang dimaksud agar massa #DiaSibukKerja tak melintas bundaran HI. Ia khawatir bila ada dua massa beda pandangan yang tak terkoordinasi namun bertemu akan terjadi potensi gesekan.
"Mereka kan massa yang tidak terkoordinir. Yang di HI (#2019GantiPresiden) kan juga massa tak terkoodinir. Yang di HI sudah kita sekat dengan 1 kompi. Harusnya kan yang putih ikut saran kita. Namun kenyataanya gitu," jelas Roma.
Adapun Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon membantah massa yang melakukan intimidasi saat CFD adalah relawan Prabowo Subianto. Menurutnya, ada beberapa informasi yang justru terkesan menyudutkan Gerindra.
"Di beberapa situs mengatakan itu relawan Prabowo. Itu kan jelas framing negatif," ujar Fadli Zon di komplek parleman, Senayan, Jakarta, Senin, 30 April 2018.