Desainer 'Gila' Itu Merajalela
- VIVA.co.id
VIVA – Tahun lalu, prestasinya seperti sebuah bohlam LED super terang di ruangan super sempit, sehingga pijarnya terlampau menyilaukan. Namanya bersinar, karena prestasinya 'berlari kencang'. Tak cuma di dalam negeri, tapi juga mancanegara.
Dan, tak cukup satu, tetapi sudah lebih dari 20 atau mungkin 30 selebriti Asia hingga Amerika mengakui karya hebatnya, memakai ciptaannya dalam konser, video klip, pemotretan atau acara karpet merah yang disorot banyak media. Sementara itu, di Indonesia, tak terhitung berapa karya dan prestasi yang sudah diukirnya. Rasanya, dia memang luar biasa!
Padahal, pria yang sering diganjar penghargaan itu tak punya latar belakang pendidikan di bidang desain. Kreativitas dan kerja kerasnyalah yang justru menuntun pria yang tak menua di usia menjelang kepala lima menjadi dikenal dunia.
Dia dilahirkan di Medan, 13 Desember 1970, dengan nama Rinaldy Arvino Yunardi atau Rinaldy Yunardi. Dia adalah desainer aksesori ternama di negeri ini. Dan, memasuki 22 tahun berkarya, semangat pria yang akrab disapa Yungyung tersebut sepertinya tak pernah mati.  Â
Ketika VIVA berkunjung ke butik yang sekaligus showroom-nya di kawasan Pluit, Jakarta Utara, beberapa waktu lalu, pria ramah itu tak pelit berbagi kisahnya mulai dari 'kepompong hingga menjadi kupu-kupu', dari seorang anak yang belum tahu ingin jadi apa, lalu tumbuh dan bekerja sebagai karyawan biasa hingga bermetamorfosa menjadi seorang maestro aksesori kelas dunia.
Butik dan showroom yang berupa bangunan kaku dan terkesan biasa saja dari luarnya, justru tampak indah di dalam telah menjadi saksi bisu perjalanan seorang Yungyung menuju tangga kesuksesan. Beragam aksesori, mulai dari clutch, headpiece, kalung, anting, kacamata hingga aksesori lain yang cantik, superunik dan memanjakan mata jadi bukti kreativitasnya yang tanpa batas selama lebih dari dua dekade berkarier di industri fesyen Indonesia.
Berikutnya, belajar otodidak>>>
Belajar otodidak
Karya-karyanya selalu tak biasa, rumit, superdetail dan sophisticated dengan berbagai material yang beda, di antaranya akrilik, kawat, kertas, tali rafia dan masih banyak lagi. Untuk membuatnya pun, dia ternyata tak pernah mempelajarinya di bangku sekolah. Yungyung terlahir dengan darah seni yang mengalir deras dari kedua orangtuanya. Ayahnya seorang pembuat tas kulit, sedangkan ibunya adalah guru pembuat bunga dari kertas krep.
Semasa sekolah, Yungyung remaja sudah bisa mendesain, jatuh cinta dengan pelajaran menggambar, mewarnai dan kerajinan tangan. Bahkan, untuk kerajinan tangan, dia mampu mengerjakannya dengan sangat rapi. Bakat itu, memang sudah ada dan dia terus mengasahnya.
Dan, ketika lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), bungsu dari tiga bersaudara itu memilih langsung bekerja dibanding kuliah, karena selain orangtuanya sudah pensiun, dia tak ingin membebani kakak-kakaknya dan mau hidup mandiri. Dia bekerja di beberapa perusahaan swasta hingga bersua dengan desainer gaun pengantin sekitar tahun 1990-an bernama Kim Thong untuk memasarkan tiara dari satu desainer ke desainer lainnya.
Namun, itu tak berlangsung lama, tidak ada setahun, dia memilih hengkang dan berlabuh ke perusahaan elektronik kakaknya. Di sinilah, perjalanan Yungyung untuk menjadi salah satu desainer yang diperhitungkan dunia, dimulai. "Waktu jam 12.00 istirahat, saya memilih enggak istirahat dan pergi ke pabrik," katanya kepada VIVA.
Di sana, Yungyung muda melakukan eksperimen dengan bahan ala kadarnya, di antaranya akrilik, kawat, kabel, benang, alat potong dan merangkainya menjadi sebuah mahkota atau tiara. Dia pun menghiasnya dengan payet dan kristal. Itu adalah karya perdananya yang dibuat selama beberapa bulan sekitar tahun 1996 silam.
Meski tampak kasar dan sederhana, tetapi dia sendiri tak menyangka bisa membuatnya. Sejak itu, minatnya membuat tiara semakin tak terbendung. Imajinasinya bermain liar di kepalanya dan minta segera diwujudkan. Â
Yungyung mulai membuat lagi dan lagi. Pada suatu titik, dia nekat berhenti menjadi karyawan untuk membuka usaha sendiri. Meski saat itu masih tak yakin, namun dia mengikuti hasrat yang membuatnya bahagia.   Â
"Saya enggak bisa bilang yakin ke kakak (untuk buka usaha sendiri), yang penting bahagia dalam mengembangkan dan mempertahankan. Jadi, kebahagiaan yang membuat saya bertahan," ucap pria penyuka warna hitam ini.
Dia pun membeli bahan dan memasarkan karyanya sendiri dengan harga saat itu sekitar Rp20 ribu hingga Rp30 ribu dengan menggunakan ojek. Seiring waktu, Yungyung pun berkenalan dengan desainer fesyen Indonesia, di antaranya Sebastian Gunawan dan Didi Budiardjo. Dari desainer-desainer itulah, Yungyung mendapatkan ilmu dan teknik mendesain. Selain mereka, dia juga rajin belajar dari banyak buku.
Soal inspirasinya, pria yang ketika belia sama sekali tak bercita-cita menjadi desainer ini mengaku bisa datang dari mana saja. Karena, pria yang masuk dalam 20 Rising Global Stars Majalah Forbes pada Juli 2017 itu, melakukannya dengan cinta dan keikhlasan sehingga tak ada batasan ruang.
Apapun yang dilihatnya selalu menginspirasinya dan di mana pun dia berada, inspirasi selalu ada. Bahkan, kadang dia tak bisa tidur, lantaran banyak ide selalu berkeliaran di kepalanya. Itu mengapa karyanya yang memenuhi butik jumlahnya luar biasa. Pun Yungyung tak ingat berapa banyaknya tapi karya-karyanya menunjukkan begitu produktifnya dia.
Tak hanya soal ide, dia juga memikirkan teknik, cara kerja, bahan dan melakukan eksperimen untuk mewujudkannya. Rasanya tak salah, jika Yungyung disebut desainer 'gila' yang melahirkan karya yang juga 'gila'.
Namun, sebenarnya tak sekadar menghasilkan karya, dalam mencipta, dia menyesuaikan karakter dan keinginan kliennya. Hal ini, membuatnya jadi buruan artis-artis Indonesia. Beberapa artis Tanah Air yang menjadi langganannya, yakni Titi DJ, Syahrini, Melly Goeslaw, Rossa, Andien, Krisdayanti. Bahkan keenam diva itu ikut mendukung show tunggalnya bertajuk Equilibrium pada penghujung tahun lalu.
Selanjutnya, mendunia>>>
Mendunia
Sementara itu, di luar negeri, daftar artis yang kepincut dengan karyanya juga cukup panjang. Penyanyi pop rock asal Hong Kong, Kary Ng adalah artis pertama yang memakai hasil kreativitasnya berupa topeng. Sejak itu, ada nama Sammi Cheng dan Aaron Kwok yang ikut-ikutan pakai karya Yungyung.
Tak berhenti di situ, ketertarikan pada karya unik, futuristik nan dramatis Yungyung mewabah ke sejumlah artis ternama Hollywood. Mereka di antaranya, Katy Perry, Nicki Minaj, Cassie, Mariah Carey, Taylor Swift, Zoe Saldana, Janet Jackson, Kylie Jenner, Shakira hingga Gal Gadot.
Semua itu berkat jasa Public Relation Yungyung di Hong Kong bernama The Clique. Pemiliknya, Faye Liu merupakan wanita yang ditemui Yungyung pertama kali di sebuah fashion show seorang teman. Kesukaannya pada fesyen dan karya Yungyung membuat mereka cocok menjalin kerja sama. Faye juga yang membuka jalan Yungyung go international.
"Setelah Faye bikin saya terkenal di internasional, dia mengajak saya bikin wadah dan muncullah The Clique. Saya diminta joint, tetapi saya tidak mau dan mendapat bagian dari apa yang dia hasilkan. The Clique adalah milik Faye. Dari situ, (artis) Hong Kong dan China sampai Amerika Serikat melirik dan menghubungi The Clique)," tuturnya. Â
Meski usia The Clique belum genap empat tahun, namun sudah sukses membuat karya-karya Yungyung makin populer di kalangan artis dunia. Bahkan, dia pernah membuatkan sayap salah satu bidadari Victoria's Secret, Devon Windsor dalam fashion show Victoria's Secret dua tahun lalu. Awal tahun ini, salah satu headpiece karyanya berhasil tampil di ajang kontes pencarian model ternama dunia, America's Next Top Model di season ke-24.
Sementara itu, pada Desember tahun lalu, koleksi apiknya dipilih oleh studio televisi 20th Century Fox Indonesia tampil pada promo film The Greatest Showman. Dalam promo tersebut, Yungyung menampilkan salah satu koleksi dalam seri Cosmos yang pernah menyabet penghargaan aksesori terbaik kompetisi desain dunia World of Wearableart (WOW) 2017 di Selandia Baru.
Pertama kali mengikuti ajang WOW Awards karena diundang, Yungyung berhasil menjadi juara umum. Dia membawa pulang tiga penghargaan sekaligus. Yungyung menorehkan prestasi melalui dua karya, Encapsulate dan Cosmos. Cosmos berhasil menjadi pemenang kategori Avant-garde. Sedangkan Encapsulatemenjuarai kategori Open Section dan juara umum The Supreme WOW Award.
Encapsulate menyerupai kapsul dalam dua bagian yang terbuat dari tali rafia dan LED. Sementara Cosmos berbentuk kostum full body warna hitam dengan hiasan kepala warna silver.
Dia mengaku gemetar, karena memborong tiga penghargaan dari ajang bergengsi itu, lantaran sepanjang kariernya tak pernah mengikuti kompetisi apapun. Menakjubkannya, dia menjadi desainer pertama yang menyabet tiga penghargaan. Kendati demikian, Yungyung tak berniat ikut kompetisi tersebut untuk kali kedua pada tahun ini. Alasannya, karena dia tak bisa mengalahkan diri sendiri.
"Tahun ini diajak. Siapa sih, yang enggak mau dapat penghargaan lagi? Tetapi, setelah ini saya belum tentu bisa meraih penghargaan, karena enggak bisa mengalahkan diri sendiri. Kasih kesempatan ke teman lainnya saja," ujar peraih penghargaan kategori Fashion Industry & Support dalam Fashion Icon Awards 2017 itu.
Meski tak punya target banyak, namun Yungyung punya satu keinginan terpendam. Dia ingin memiliki museum fesyen, bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk mahakarya desainer lainnya di negeri ini. Dia berharap, cita-cita memiliki museum fesyen didukung oleh para pecinta seni. Sebab, melalui museum, generasi berikutnya akan mengenal karya-karya desainer sebelumnya.
"Saya berkarya, tentu ingin meninggalkan sesuatu yang indah untuk ke depannya. Itulah sejarah. Hidup punya sejarah, jadi fesyen Indonesia juga punya sejarah. Kalau tidak sendiri, bisa wujudkan dengan desainer lainnya," ucapnya mengakhiri cerita. (asp)