WNI di Wuhan Ditransfer Dana Kebutuhan, Ada Tidak yang Bisa Dibeli?
- tvOne
VIVA – WNI di Wuhan China yang sedang menempuh pendidikan bernama Patmawaty Taibe mengatakan bahwa WNI di Wuhan berharap mereka bisa segera dievakuasi. Meski menurut dia, WNI di sana paham bahwa proses ini tidak akan mudah dan pemerintah perlu melobi lebih keras agar bisa menjemput mereka. Diketahui Wuhan merupakan kota epidemi virus Corona.
"Kami tadi sudah mendapatkan informasi bahwa proses evakuasi sudah mulai diusahakan pihak Kementerian Luar Negeri. Kami sendiri di sini sudah mulai agak panik gitu kondisinya karena kita enggak tahu sampai kapan kota Wuhan ini di-lock down," kata Patmawaty Taibe dalam perbincangan dengan tvOne, Rabu 29 Januari 2020.
Dia membenarkan bahwa komunikasi WNI di Wuhan dengan KBRI terus berjalan. Selain itu mereka memang mendapatkan transferan sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhan hidup selama tujuh hari. Namun Patmawaty menilai, belum tentu pasokan atau bahan logistik kebutuhan pokok akan selalu tersedia dan bisa dibeli. Apalagi penyedia seperti pasar dan toko-toko juga tak dijamin buka.
"Kami kemarin sudah mendapatkan transferan dana untuk biaya hidup 7 hari namun kami khawatir tidak adanya ketersediaan logistik," lanjutnya.
Dia melanjutkan, sebenarnya mereka tidak dilarang keluar rumah maupun apartemen. Oleh karena itu WNI masih bisa keluar membeli bahan kebutuhan pokok. Namun WNI tersebut menginformasikan bahwa WNI juga kesulitan mendapatkan masker yang layak dalam kondisi seperti ini.
"Tapi kami selalu mendapat informasi berapa hari ini dan jumlah korban selalu update. Juga terbuka hotline bagi para expat di Wuhan," kata Patmawaty.
Sementara itu ratusan warga asing telah dievakuasi dari Kota Wuhan yang menjadi pusat penyebaran virus Corona baru seiring dengan meningkatnya korban tewas dan jumlah kasus.
Sejumlah pesawat diketahui bertolak dari kota tersebut membawa warga Jepang dan Amerika Serikat. Adapun Komisi Eropa menyatakan bakal membantu memulangkan warga negara-negara Eropa setelah muncul permintaan dari Prancis. Jerman juga belakangan sudah melakukannya.
Jumlah korban meninggal dunia akibat virus itu mencapai 132 orang di China dan ada 5.974 kasus yang telah dikonfirmasi.