Nyaris Mati, Mangrove Pariaman Disulap Jadi Tempat Wisata
- Dok. Viva Andri
VIVA – Lagi-lagi, Pemerintah Kabupaten Pariaman, Sumatera Barat, membuat gebrakan baru untuk menjadikan Kota Pariaman sebagai salah satu tujuan wisata yang menyasar turis lokal maupun mancanegara.
Setelah berhasil mengembangkan dan mempromosikan Pantai Gondoriah dan Pantai Cermin, kali ini Pemerintah Kota Pariaman menyulap kawasan hutan mangrove yang ‘sekarat’, menjadi objek wisata yang menarik.
Kawasan hutan mangrove yang berada Desa Apa, Kecamatan Pariaman Utara, memiliki luas delapan hektare. 1,5 hektare sebagiannya diketahui sudah lama mati akibat kekeringan. Sementara itu, sisanya masih tumbuh dan berkembang dengan sempurna.
Selama beberapa waktu, mangrove di kawasan ini terancam punah, karena banyak masyarakat setempat yang mengambil dan memanfaatkan kayu mangrove sebagai kayu bakar.
Dengan dijadikannya sebagai objek wisata, diharapkan dapat mengubah perilaku masyarakat setempat. Yang sebelumnya menebang mangrove, beralih menjaga dan melestarikan, agar wisatawan terus tertarik untuk berkunjung.
Seolah memahami kebutuhan kebutuhan swafoto masyarakat, Pemerintah Pariaman juga menyediakan spot lokasi yang menarik. Pihaknya membangun jembatan panjang yang mengitari kawasan hutan mangrove.
Jembatan itu dibangun beberapa tahap. Untuk tahap pertama, dibangun sepanjang 60 meter dan akan dibuka untuk umum awal Januari 2018.
Wali Kota Pariaman Mukhlis Rahman menyebutkan, setelah melalui kajian, pihaknya meyakini jika kawasan hutan mangrove ini, memiliki potensi yang cukup bagus jika dikembangkan menjadi objek wisata. Bahkan, bisa menjadi tujuan destinasi unggulan di Pariaman.
"Selain menarik minat wisatawan, kawasan ini juga akan dikembangkan sebagai destinasi wisata edukasi. Trek jembatan yang dibuat memudahkan wisatawan menikmati keindahan tanaman bakau di kawasan tersebut," kata Mukhlis.
Mukhlis juga berencana menjadikan kawasan itu sebagai tempat budidaya kepiting bakau dan beberapa jenis ikan lainnya, yang dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat setempat.
Sementara itu, Sekretaris Tabuik Diving Club (TDC), Tomi Tanjibo menegaskan bahwa TDC yang selama ini sudah menjadi mitra konservasi Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat, menyambut baik program Pemerintah Kota Pariaman yang menjadikan hutan Mangrove di kawasan itu sebagai taman wisata edukasi dan treking mangrove.
Program treking, serta wisata edukasi mangrove ini ke depannya menurut Tomi, tidak semata dapat menambah objek wisata yang ada di Pariaman. Namun, jauh dari itu, program ini merupakan salah satu upaya penyelamatan dan pelestarian ekosistem wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (WP3K) yang ada di Pariaman.
"Kawasan Mangrove merupakan salah satu penyangga utama kelestarian dan keberlanjutan ekosistem ekosistem wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Mangrove tumbuh subur, terumbu karang juga akan ikut subur dan kelestarian perairan laut Pariaman akan terus terjaga. Program seperti ini harus didukung oleh semua stakeholder," ujar Tomi.
Selama ini kawasan hutan mangrove ini seperti tak bertuan. Pohon, termasuk pohon mangrove di dalamnya seenaknya dicuri oknum warga untuk dijual sebagai kayu bakar dan keperluan lain. Setelah dimanfaatkan sebagai objek wisata, lalu memberi keuntungan ekonomi bagi pengelola dan masyarakat sekitar, diharapkan akan muncul kesadaran warga sekitar untuk saling menjaganya fungsi kawasan.
"Minimal saling mengingatkan dan menindak kalau ada yang oknum yang akan merusak.
Ambillah manfaat dari pengembangan destinasi wisata kawasan mangrove, kembangkan daya tarik lainnya, tapi yang nomor satu jaga dan lestarikan fungsi kawasannya," tegas Tomi.
Selain itu, untuk ke depan, sangat diharapkan bagi siapa saja yang akan mengelola kawasan ini nantinya, merupakan orang-orang yang memang betul-betul peduli terhadap lingkungan. Bukan mereka yang sekedar pandai mengambil untung ekonomi dari pengembangan kawasan mangrove.